Sering Tengkar tentang Uang dengan Pasangan? Ini Penyebabnya

Jika Anda telah menikah, artikel ini mesti dibaca. Karena sudah banyak penelitian yang membuktikan, perbedaan pendapat tentang masalah finansial akhirnya berbuntut perceraian. Tapi, bukan artinya yang belum menikah tidak boleh membaca artikel ini.

Sebab, tentunya Anda juga ingin mengetahui dan terbantu agar lebih terbuka dengan pasangan sebelum melangkah ke sebuah hubungan yang lebih serius. Dibawah ini adalah beberapa tanda yang bisa menggambarkan bila pasangan Anda memiliki masalah keuangan. Jadi, Anda bisa mengetahui masalah keuangan apa yang ada dan dialami pasangan.

1. Besar pasak daripada tiang

Anda tentu tahu peribahasa tersebut. Tetapi, bukan artinya pasangan Anda harus membuktikan dan memraktikkan apa yang diartikan dalam peribahasa tersebut. Jadi, pemasukan uang lebih besar dibanding pengeluaran.

Lalu, bagaimana cara mengetahui hal ini? Cobalah perhatikan kebiasaan belanja yang dilakukan pasangan Anda. Bila perlu, hitung pengeluaran keuangan yang selalu dilakukan dibanding pendapatannya. Jangan-jangan, secaa tidak sadar pasangan Anda miliki sifat impulsif dalam berbelanja.

(Baca juga: 7 Cara Agar Gaji Tidak “Koma” di Tengah Bulan)

2. Tabungan nol

Bila poin ini dimiliki pasangan Anda, maka fatal urusannya. Terlebih Anda telah menikah.

Karena poin ini sudah membuktikan jika pasangan Anda memang bermasalah dengan pengaturan keuangannya. Apapun alasannya, idealnya setiap orang wajib menyisihkan 10% dari penghasilan yang dimilikinya untuk kegiatan menabung atau investasi.

Alokasi ini tidak bisa diganggu gugat, terkecuali ada kondisi yang benar-benar darurat membutuhkan pengeluaran keuangan. Dengan kondisi itu pun, pemakluman bisa dilakukan, asalkan ada kejujuran.

(Baca juga: Langkah Jitu Ajukan KPR untuk Pasangan Muda)

3. Selalu ribut jika bicara tentang uang

Pertengkaran ini biasanya terjadi karena kurang terbukanya pengelolaan keuangan serta tidak adanya 7 Langkah Efektif Atur Anggaran Bulanan Bagi Anda yang Masih Boros. Keributan akan bertambah besar saat salah satu pasangan diketahui membeli sebuah barang kebutuhan yang cukup mahal tanpa berdiskusi terlebih dahulu. Salah satu pihak tidak dapat menempatkan antara kebutuhan dan keinginan, hingga berujung ke kebiasaan pemborosan.

4. Anggap kartu kredit penghasilan tambahan

Lagi-lagi, hal ini tentang kebiasaan boros. Jadi, ketika menggunakan kartu kredit, bahkan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak bisa dibeli, pasangan Anda tidak pernah berpikir apakah nantinya bisa membayar tagihan yang datang.

Lebih fatal lagi, karena uang tunai di dompet habis, kartu kredit selalu menjadi penggantinya.