Tradisi Sambut Ramadan, Makan Daging Hingga Mandi untuk Menyucikan Diri

Tak terasa, bulan istimewa Ramadan akan tiba tak lama lagi. Sebagian masyarakat di Indonesia melakukan tradisi khusus untuk menyambutnya. Apa saja tradisi untuk menyambut Ramadan di berbagai daerah?

10 Pilihan Restoran untuk Bukber, Cek Promonya!

Bagi umat muslim, Ramadan adalah bulan yang istimewa karena berlimpah pahala. Umat muslim melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh. Selain itu, umat muslim biasanya memanfaatkan bulan Ramadan untuk memperbanyak amal kebaikan.

Karena Ramadan istimewa, maka wajar saja apabila muncul tradisi untuk menyambutnya. Bahkan, di beberapa daerah, tradisi menyambut Ramadan bisa menjadi atraksi wisata yang menarik.  

Inilah beberapa tradisi yang muncul di masyarakat menjelang kedatangan Ramadan:

1. Munggahan

Masyarakat Sunda biasa melakukan tradisi Munggahan untuk menyambut Ramadan. Munggahan berasal dari kata dalam bahasa Sunda yaitu unggah yang artinya naik ke tempat yang lebih tinggi. Maknanya, Munggahan berarti naik ke bulan yang lebih tinggi derajatnya yaitu bulan suci Ramadan.

Biasanya, masyarakat melakukan Munggahan sehari sebelum puasa. Ketika Munggahan, masyarakat akan berkumpul bersama keluarga, teman, dan tetangga. Selain bermaaf-maafan, terdapat pula kegiatan berupa botram alias makan bersama.

Tradisi ini juga dapat menjaga keharmonisan keluarga. Mereka yang tengah merantau pun biasanya menyempatkan diri untuk pulang agar bisa mengikuti tradisi Munggahan.

2. Ruwahan

Ruwahan adalah tradisi masyarakat Betawi yang biasa dilakukan di bulan Sya’ban. Masyarakat Betawi menyebut bulan Sya’ban dengan bulan Ruwah atau arwah. Terdapat kepercayaan di tengah masyarakat Betawi yaitu menjelang Ramadan, arwah leluhur datang untuk menengok keluarga. Oleh karena itu muncul tradisi Ruwahan.

Ketika Ruwahan, masyarakat mengadakan acara kumpul keluarga dan tetangga, kemudian mengundang tokoh agama. Mereka mendoakan keluarga yang telah tiada. Makanan khas Betawi biasanya tersaji dalam acara Ruwahan.

(Baca Juga: Ingin Sehat dan Bugar Saat Puasa, Perhatikan 7 Hal Ini!)

3. Padusan

Salah satu tradisi masyarakat Jawa menyambut Ramadan adalah Padusan. Padusan yaitu mandi dengan tujuan menyucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadan. Tradisi ini berkembang sejak zaman Walisongo dan kerap dilakukan di lokasi wisata.

Di daerah Boyolali misalnya, masyarakat biasanya mengikuti tradisi Padusan di objek wisata Umbul Tirto Marto. Umbul Tirto Marto pada zaman dahulu sering dipakai oleh keluarga Keraton Surakarta untuk mandi menjelang Ramadan.

Padusan di Boyolali ini juga diramaikan dengan kirab budaya. Kegiatan ini sudah menjadi event tahunan di Boyolali yang mampu mendongkrak kunjungan wisata. Jumlah pengunjung dalam event tahunan tersebut bisa mencapai ribuan orang lho!  

4. Dugderan

Dugderan adalah sebuah tradisi di Kota Semarang untuk menyambut ibadah puasa. Kegiatan yang menyerupai pesta rakyat ini telah ada sejak masa kolonial. Tepatnya, tradisi ini telah ada sejak tahun 1881, saat masa pemerintahan Bupati Kyai Raden Mas Tumenggung (KRMT) Purbaningrat.

“Dug berasal dari kata bedug, sementara “deran menggambarkan suara letusan. Dahulu, suara meriam turut meramaikan tradisi tersebut. Kini acara Dudgeran diramaikan dengan suara tabuhan bedug serta letusan mercon alias petasan.

Selain itu, terdapat arak-arakan yang menampilkan maskot khas hewan imajiner yang disebut Warak Ngendhog. Acara Dugderan juga semakin meriah dengan adanya pasar kaget. Berbagai barang dagangan yang dijual antara lain mainan, pakaian, hingga peralatan masak.

Tradisi Dudgeran muncul karena dahulu sempat muncul gerakan yang memecah belah masyarakat di Semarang yang terdiri dari berbagai suku. Karena itu, perlu usaha untuk memadukan berbagai perbedaan.

(Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Hindari Bau Mulut Saat Puasa)

5. Meugang

Masyarakat Aceh punya tradisi bernama Meugang. Mereka melaksanakan Meugang tiga kali dalam setahun yaitu saat Ramadan, Idul Adha, dan Idul Fitri. Meugang yaitu memasak daging dan menyantapnya bersama keluarga dan orang-orang terdekat.

Tradisi ini pertama kali muncul pada abad ke-16 masehi. Tepatnya, saat Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh Darussalam. Saat itu, istilah meugang atau makmeugang masuk dalam Qanun Meukuta Alam Al Asyi atau Undang-Undang Kerajaan.  

Sultan Iskandar Muda kala itu menyuruh perangkat desa untuk membagikan daging untuk dinikmati warga. Jadi, tradisi Meugang mengingatkan untuk saling berbagi.

Kamu senang keliling Indonesia untuk melihat berbagai tradisi unik di daerah? Kamu bisa gunakan kartu kredit terbaik untuk nikmati promo menarik di berbagai merchant.