Transfer Ronaldo Rp1,8 Triliun dan Hal-hal yang Perlu Anda Tahu

Piala Dunia 2018 di Rusia mungkin kini tampak seperti kenangan saja. Tetapi, kurang dari satu bulan berlalu sejak Timnas Prancis mengangkat trofi, para penggemar tidak harus menunggu lama untuk kejutan berikutnya. Banyak yang akan memperhatikan Serie A, liga top Italia, yang menjadi tuan rumah bagi kisah terbesar musim panas ini: Cristiano Ronaldo yang pindah dari Real Madrid ke Juventus.

Dilansir dari World Economic Forum, penyerang asal Portugal itu diboyong oleh raksasa Italia pada bulan Juli dengan mahar 112 juta euro atau setara Rp1,8 triliun, transfer termahal keenam dunia sepanjang masa.

Ronaldo dianggap sebagai salah satu atlet paling laku di dunia, dan beberapa hari setelah pindah, klub Turin itu dilaporkan mencetak penjualan kaos klub seharga 52 juta euro. Pertanyaannya kini, apakah benar biaya transfer yang sangat besar itu akan ‘balik modal’ dalam waktu singkat?

Sayangnya tidak.

Dengan membuat asumsi itu, maka sama saja mengabaikan ekonomi menjalankan klub sepakbola. Business Insider menyatakan bahwa Juventus hanya akan menerima 10-15% dari penjualan baju, yang berarti klub akan perlu menjual lebih dari 5 juta kaus Ronaldo sebelum biaya transfernya dikompensasi, dan bahkan itu tidak mencakup upahnya.

Kenyataannya adalah, menghasilkan uang dengan menjalankan klub sepakbola bergantung pada perpaduan yang kompleks dari pertunjukan di lapangan dan di luar lapangan serta berbagai kesepakatan transaksi yang terjadi. Dan inilah yang menjadikan Ronaldo studi kasus yang bagus untuk ekonomi sepakbola saat ini.

Ada baiknya juga memandang tim olahraga profesional sebagai perusahaan hiburan. Meskipun itu tidak akan menyenangkan para fans puritan. Namun kenyataannya adalah, semakin banyak perhatian pada produk yang ada, maka semakin banyak uang yang dapat dihasilkan.

Aliran duit ke klub sepak bola

Umumnya tidak ada lebih dari lima aliran pendapatan untuk tim olahraga, yaitu hak siar, sponsorship, pendapatan pertandingan, penjualan merchandise dan pemain.

Hak siar adalah penghasil pendapatan terbesar dalam neraca klub. Ini terdiri dari penyiaran permainan domestik, pertandingan kompetisi, serta pendapatan tambahan yang dapat dihasilkan klub, misalnya dengan mengemas ulang konten matchday atau penjualan ke saluran TV internal untuk yang berlangganan.

Pendapatan siaran cenderung dirundingkan secara kolektif oleh liga, yang kemudian membagikannya ke klub sesuai dengan penampilan mereka. Menurut lembaga data keuangan Deloitte, rata-rata klub di Inggris, Perancis, dan Italia memperoleh kontribusi dari hak televisi dan radio hingga sebesar 50% ke pendapatan mereka.

Sementara, sponsor menghasilkan 20%-30% ke pendapatan klub dan dapat berasal dari kesepakatan dengan produsen kit, sponsor kaos atau hak penamaan stadion.

Pendapatan pertandingan umumnya merupakan bentuk pendapatan terbesar berikutnya, diikuti oleh pendapatan barang dan non-olahraga (menyewakan stadion atau menyelenggarakan tur klub), yang masing-masing biasanya menghasilkan kurang dari 5%-10% rasio pendapatan klub.

Varian terbesar cenderung ditemukan dalam registrasi pemain, dengan kata lain, jual beli pemain. Untuk klub yang lebih kecil di liga yang lebih rendah, menjual pemain berbakat ke tim yang lebih besar dapat menjadi aliran pendapatan utama. Sementara klub paling bergengsi jarang menghasilkan uang dari transfer karena mereka mampu mempertahankan pemain sampai mereka tidak lagi layak dipertahankan.

(Baca juga: Strategi Terbaik Untuk Mencapai Kemerdekaan Finansial)

Memahami ekonomi sepak bola

Namun, ‘membuang’ uang dalam sepak bola tampaknya jauh lebih mudah daripada mendatangkannya. Selain dari biaya operasional menjalankan klub, setelah menghabiskan jumlah besar untuk membeli pemain, klub juga masih harus membayar gaji mereka.

Memang, kekhawatiran yang meningkat dalam sepakbola adalah rasio upah terhadap balik modal (turnover). Upah keseluruhan terhadap rasio pendapatan di seluruh liga utama Eropa saat ini mencapai 58%, tetapi biaya operasional lainnya membuat sulit untuk mendapatkan keuntungan dalam sepakbola.

Bahkan Manchester United, tim olahraga terlaris di planet ini, hanya menghasilkan keuntungan bersih sekitar 63 juta euro dari pendapatan yang lebih dari 600 juta euro. Menurut data terbaru, 45% dari turnover klub digunakan untuk membayar upah.

Jadi, memboyong bintang seperti Ronaldo tidak setara dengan umpan crossing dalam sepak bola, atau rute cepat menuju gol. Sebaliknya, hal itu harus dilihat sebagai permainan membangun yang penuh kesabaran dan menghasilkan serangkaian peluang bagus.

Dan seiring berjalannya waktu, Juventus perlu memastikan bahwa biaya membeli Ronaldo, mulai dari biaya penandatanganan, gaji, dan biaya operasional yang dibutuhkan untuk mempertahankannya di puncak, akan lebih besar daripada uang yang dapat ia hasilkan.

Juventus akan perlu memulai dengan melakukan segalanya untuk memastikan bahwa pembelian Ronaldo akan memangkas pendapatan mereka ke arah yang benar.

Menyoal strategi bisnis Juventus

Ronaldo secara luas dianggap sebagai salah satu pemain terbesar yang pernah ada, selain dari keberhasilan yang diharapkannya, ia juga hadir dengan lebih dari 300 juta pengikut di berbagai platform media sosial, sesuatu yang akan diusahakan Juventus untuk monetisasi.

Akuntan klub akan berharap bahwa hal ini meningkatkan nilai hak siar tim, sponsorship dan pendapatan pertandingan, yang bersama-sama membentuk lebih dari 64% dari pendapatan Juventus, menurut laporan keuangan terbaru klub (komponen ini setara dengan hampir 80% dari semua pendapatan di musim sebelumnya).

Sebuah tim yang secara konsisten berkinerja baik di banyak kompetisi akan mampu menguasai hak siar, sponsor, dan pendapatan pertandingan yang lebih besar. Hal ini pada gilirannya dapat membantu menarik pemain yang lebih baik, yang bisa memperkuat tren kemenangan klub, dan akhirnya membantu klub menjadi mesin penghasil uang.

Dan seperti diketahui, kontrak penyiaran maupun sponsor biasa dinegosiasikan dalam siklus tiga hingga lima tahun. Sehingga, performa yang baik dari waktu ke waktu bisa menempatkan klub dalam posisi yang bagus untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik.

Juventus mungkin klub Italia terkaya dengan pendapatan lebih dari 400 juta euro, tetapi mereka masih tertinggal di belakang raksasa Eropa lainnya seperti Manchester United (676 juta euro), Real Madrid (674 juta euro) dan Bayern Muenchen (588 juta euro). Namun, mungkin tidak lama lagi kedatangan Ronaldo di Turin bakal mengguncang urutan peringkat ini.