Wawancara Pakar: Cara Agar Bisnis Bisa Selamat di Tahun Pertama

Bagi pelaku usaha pemula, tiga tahun pertama usia bisnis adalah waktu paling kritis. Tahun-tahun pertama tersebut akan menentukan apakah bisnis yang dirintis bisa berlanjut atau gulung tikar.

Apa alasannya? Bagi pengamat bisnis, pada tahun-tahun awal itu, pelaku usaha kerap melakukan sejumlah kesalahan. Namun, kesalahan mendasar ini sebenarnya bisa dideteksi sejak dini dan dicegah.

Apa saja kesalahan tersebut, bagaimana solusinya, apa saja indikator untuk menetukan suatu bisnis punya potensi? Untuk membantu kamu para pengusaha pemula atau calon pengusaha, kali ini CekAja mewawancarai Pengamat Bisnis, Bije Widjajanto. Untuk lebih legkapnya, simak artikel ini hingga tuntas.

3 hal yang harus diperhatikan sebelum memulai bisnis

Ada sejumlah kesalahan yang kerap dilakukan pengusaha pemula. Di antaranya pemilihan produk yang tidak punya manfaat bagi konsumen, cara menawarkan prouk yang tidak tepat, promosi dan komunikasi yang tidak cocok serta lokasi yang tidak tepat.

Kesalahan bisnis tersebut bisa dicegah. Caranya, perhatikan tiga hal dasar yakni produk, kapasitas diri dan modal. Pertama, produk. Menurut Bije, produk yang baik harus mempunyai manfaat bagi pelanggan.

Untuk mnengetahuinya, cari tahu, apakah produk yang akan dijual diterima pasar atau tidak. Sebelum memulai usaha, hal inilah yang harus dipikirkan pertama kali. Lakukan riset kecil-kecilan dengan menguji produk pada konsumen.

Jika pasar ternyata tidak menbutuhkan, sudah pasti bisnis kamu tidak akan bertahan lama. Kedua, ukur kemampuan kamu dalam mengembangkan bisnis.

Pada tahapan ini, bisnis sudah mulai berjalan “Katakanlah potensinya bagus, selanjutnya tinggal seberapa mampu kamu menjual,” tuturnya.

Baca juga: Enam Cara Dapatkan Penghasilan Tambahan Tanpa Repot)

Produk dan pemasaran saling mempengaruhi

Sebaik apapun produk yang ditawarkan secara salah hasilnya akan minim. Namun modal pemasaran juga tidak cukup. “Kalau produk bagus tapi menjualnya jelek pasti tidak laku.

Tapi kalau kemampuan pemasarannya bagus tapi produknya, jelek dalam tiga bulan hingga empat bulan bisnis pasti mati,” ujarnya.  Lantas bagaimana dengan permodalan. Menurut Bije, modal itu tidak penting.

Modal yang paling penting justru pelaku bisnisnya. Sejauh mana dia bisa ciptakan produk yang bagus, punya atau tidak tekad untuk masuk ke bisnis baru ide bisnisnya itu sendiri.

Cara branding bisnis

Terkait cara branding, usaha rintisan bisa mencari cara yang tidak mahal. Contohnya kalau segmen pasarnya mahasiswa. Bagaimana cara branding yang tepat. Sekarang pertanyaannya, untuk bisa dibeli mahasiswa bagaimana caranya.

Bije menyarankan kamu untuk mendatangi langsung konsumennya. “Coba berikan sampling pada mahasiswa yang punya banyak teman. dan berisik. Pasti akan ngebuzz pada yang lain, sambungnya.

Menurut Bije, selain sejumlah hal yang diungkapkan di atas, penggunaan modal yang keliru juga menjadi alasan bisnis kolpas di tahun awal perjalanan usaha.

Dia mencontohkan kesalahan dalam berbisnis manufaktur. Yang sering terjadi, modalnya habis untuk beli mesin. ketika mesin sudah ada, produksi berjalan, modal sudah habis untuk biaya pemasaran.

Sebenarnya ada banyak solusi untuk mengakalai keterbatasan seperti ini. Pada bisnis pabrik, Bije menyarankan pelaku untuk membuat prototipe produk.

Pembelian bahan baku dan alat produksi secara lengkap sebaiknya dilakukan setelah ada order. Selanjutnya, minta uang muka yang nantinya diputar untuk membuat mesin atau beli bahan baku.

“terlalu bersandar pada bank untuk cari kredit adalah cara yang gampang tapi justru menggampangkan. Orang akan bayar bunga dan termakan dengan bank, Tapi kalau mau sedikit putar otak dan kerja keras bisa dapatkan orang yang mau bayar uang muka,” tutupnya.