Wow, Penjualan Ganja di Dunia Tembus Rp200 Triliun!

Cannabis Sativa atau yang dikenal dengan marijuana/ganja ternyata penggunaannya cukup populer di dunia internasional. Meskipun banyak pro dan kontra terkait boleh tidaknya digunakan tumbuhan tersebut, namun tampaknya hal itu tidak menyurutkan para penggunanya untuk memanfaatkan efek sampingnya demi kesehatan.

Untuk tahun ini saja penjualan marijuana ditaksir sudah menembus angka Rp200 triliun atau lebih dari 15 miliar dolar AS. Membincang ganja di Indonesia, penggunaannya memang masih dilarang di seluruh wilayah nusantara.

Tidak hanya itu, setiap penggunanya bahkan juga diancam dengan hukuman pidana berat. Negeri ini memang tengah dalam tahap untuk melepaskan diri dari bahaya narkotika. Untuk pengedar, hukuman mati siap dijatuhkan kepada siapa-siapa yang berani menjual barang tersebut.

Larangan tegas juga diwujudkan dalam UU Narkotika di Pasal 8 disebutkan bahwa melarang segala bentuk pemanfaatan narkotika golongan I untuk kesehatan.

(Baca juga: 5 Pertanda Bahwa Kamu Mengalami Dehidrasi dan Cara Mengobatinya)

Ganja bagi sebagian orang memang identik dengan barang narkotika yang dapat memabukkan. Pemerintahan di negara ini pun menganggapnya seperti itu. Jika menelisik lebih jauh, memang benar adanya jika ganja dikatakan zat narkotika yang memabukkan, karena didalam tumbuhan tersebut terdapat zat aktif yang dinamakan Tetrahydrocannabinol (THC).

Nah zat inilah yang mampu membuat setiap penggunanya merasakan efek melayang semacam euphoria semu. Zat inilah yang membuat ganja dianggap sebagai barang haram yang tidak boleh digunakan dalam tubuh.

Tetapi tahukah kamu jika didalam ganja juga terdapat senyawa yang dinamakan Canabidiol (CBD)? Melansir Indonesia Cannabis News & Movements, senyawa non psikoaktif itu ternyata memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Bahkan dengan CBD tingkat tinggi dapat membunuh sel kanker yang ditemukan dalam organ terpapar kanker.

Dan penjualan ganja yang sudah menembus angka ratusan triliun itu didorong oleh penjualan produk turunan daru ganja (CBD) dan juga legalisasi ganja di Kanada yang baru saja berlaku. Ya, dibanding tahun lalu angka penjualan ganja meningkat 36 persen.

Sebuah Lembaga riset pasar, Arcview Group mengatakan bahwa meningkatnya penjualan ganja juga didukung oleh persetujuan FDA (food and drug administration) atas obat epidiolex.

FDA sendiri merupakan badan khusus yang mengawasi makanan dan obat-obatan di AS yang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat. Makanan dan juga obat-obatan yang beredar di negeri Paman Sam harus mendapatkan sertifikat dari FDA untuk dapat diedarkan ke masyarakat.

(Baca juga: Dedaunan yang Dipercaya Mampu Jadi Obat Penyakit Kronis, Cek Yuk!)

Ganja Untuk Kesehatan

Ingatkah kamu dengan kasus Fidelis Ari Sudarwoto yang kedapatan menanam ganja untuk kesembuhan istrinya. Fidelis merupakan pegawai neger sipil (PNS) Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Dirinya mengenal ganja dari situs-situs asing yang memberikan informasi terkait khasiat lain dari ganja. Istrinya sendiri mengidap penyakit langka berupa adanya kista dalam sumsum belakang atau Syringomyelia.

Namun belum sembuh penyakit sang istri, Fidelis diringkus oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). Padahal menurut pengakuan Fidelis, ganja digunakan sebagai obat untuk istrinya.

Selain Fidelis, belum lama ini ada juga Hubert Henry, Basis grup band rock Boomerang yang ditangkap atas kepemilikan ganja. Hubert mengaku menggunakan ganja sebagai obat untuk penyakit bronchitis yang diidapnya.

Sejatinya sudah banyak gerakan yang menginginkan ganja untuk dikeluarkan dari golongan narkotika.

Hal itu dikarenakan banyaknya efek positif dari penggunaan ganja yang bisa dimanfaatkan. Apalagi di beberapa negara di dunia juga sudah melegalkan penggunaan ganja untuk obat. Seperti Belanda, Kanada, Uruguay, Chili, Peru, Belgia, Inggris, Argentina dan Spanyol.

Namun Pemerintah sendiri mengaku belum melakukan kajian mendalam atas efek positif dari ganja.