Ini Buktinya Kalau Macet Bikin Kamu Bangkrut

Ibu kota Indonesia, Jakarta, memang terkenal dengan kemacetannya. Berbagai upaya mengatasi kemacetan mulai dari pembangunan busway, kebijakan 3 in 1 hingga kebijakan ganji genap digulirkan oleh pemerintah DKI Jakarta.

Tapi hingga saat ini macet tetap sulit diurai. Tapi seberapa parah sebenarnya kemacetan Jakarta? Sebah artikel yang dimuat Time, 4 Februari 2015, menyebutkan bahwa Jakarta punya tingkat kemacetan terburuk di dunia. Studi yang dilakukan perusahaan oli Castrol juga menyebutkan bahwa Jakarta adalah kota paling macet di dunia berdasarkan frekuensi pengemudi berhenti dan berjalan di jalanan.

Frekuensi ini juga dihitung dari seberapa sering pengemudi di Jakarta menginjak rem dan gas selama perjalanan. Studi tersebut merilis, rata-rata pengemudi di Jakarta melakukannya 33.240 kali dalam setahun. Hasilnya ada dua kota di Indonesia yang masuk dalam 10 jajaran kota paling macet di dunia, yang pertaman adalah Jakarta dan di urutan keempat ada Surabaya.

(Baca juga: Hati-hati, 8 Hal Ini Bisa Bikin Kamu Gagal Kaya)

Macet sudah jelas membuatmu rugi dalam hal waktu. Tapi bagaimana dari segi finansial? Ini buktinya kalau macet bisa bikin kamu bangkrut.

Contoh pertama

Profesi sopir taksi

Misalnya jika dalam sehari seorang sopir taksi bekerja selama 9 jam, sementara dalam sejam dia bisa menghasilkan rata-rata Rp100.000, artinya sopir tersebut mampu menghasilkan Rp900.000 per hari. Namun, di Jakarta dia terjebak macet selama 4 jam per hari. Oleh karenannya, penghasilan sang sopir berkurang dan hanya menghasilkan Rp400.000 per hari

Penghasilan tersebut bukanlah penghasilan bersih karena sopir taksi masih harus memberikan setoran pada perusahaan, menyervis kendaraan dan membeli bensin. Uang bensin juga lebih mahal karena bensin terbuang percuma selama macet. Jika 1 liter seharga Rp6.500 digunakan untuk menempuh 10 km. Maka untuk menempuh 100 km diperlukan Rp650.000. Tapi karena macet, bensin hanya cukup untuk 70 km. Rugi bukan?

Contoh kedua

Profesi sales marketing

Seorang sales marketing waktu adalah uang. Dia harus menghasilkan penjualan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat agar komisi yang didapatkan besar. Waktu yang ada harus digunakan seproduktif mungkin untuk mendapatkan pembeli.

Jika seorang sales door to door di Jakarta terjebak macet 2 jam sehari maka dengan asumsi hari kerja lima hari dalam seminggu, waktu yang terbuang selama sebulan adalah 40 jam (2 jam x 20 hari).

Dalam setahun, dia sudah membuang-buang waktu kurang lebih 5.600 jam (140 hari kerja x 40 jam). Ini artinya dia menghabiskan 93,3 hari atau 3 bulan di perjalanan (5600 jam : 60 menit). Sungguh waktu yang sia-sia!

(Baca juga: Orang-orang Ini Kehilangan Pekerjaan tapi Justru Merayakannya dengan Gembira)

Perhitungan di atas hanya berupa perhitungan sederhana. Kemacetan di Jakarta bisa lebih parah dari perumpamaan tersebut. Tidak hanya pengguna mobil pribadi atau angkutan umum yang bisa terjebak macet, bahkan di Jakarta kereta pun bisa terjebak macet lho!

Kamu yang biasa naik KRL Jabodetabek pasti setuju waktu tempuh dari dan menuju stasiun Manggarai sangat memakan waktu. Jakarta-Bogor yang seharusnya hanya 1 jam 15 menit bisa jadi 2 jam! Coba sekarang hitung, berapa waktumu yang terbuang setiap harinya gara-gara macet?

Macet juga bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Bila ingin melindungi diri dan keluarga dari risiko berlalu-lintas, miliki asuransi kecelakaan diri terbaik di sini