Alternatif Bisnis Penghasil Passive Income di atas Properti Kita

Alternatif Bisnis Penghasil Passive Income di atas Properti Kita

Banyak cara untuk mendapatkan penghasilan dari investasi/bisnis properti, baik income secara langsung (active income), ataupun income secara tidak langsung (passive income). Uang yang didapat bervariasi, dan biasa dihitung / dibanding dengan modal awal untuk membeli properti. Tergantung apakah hanya disewakan, atau ada bisnis di atasnya.

Bila disewakan maka, income yang didapat, rata-rata hanya 2-3 % / tahun dari harga properti. Jadi kalau propertinya seharga 1 milyar, perkiraan nilai sewa-nya adalah 2-3% dari harga properti 1 Milyar, atau sekitar 20 – 30 juta / tahun. Bisa lebih besar pada properti komersial, seperti ruko, kios, ataupun juga di apartemen. Tentu angka 2 – 3% dari harga properti bukan harga mati, bisa mencapai 10% ataupun lebih, bila properti yang dibeli sedang murah, atau bila nilai sewanya cukup tinggi.

Keuntungan disewakan adalah kepastian income yang didapat. Sementara alternatif lain dari disewakan, adalah ada bisnis penghasil passive income di atasnya. Passive income adalah income yang kita dapat tanpa bekerja, bersifat terus menerus dalam jangka panjang, dan rutin. Contoh income dari properti sewa seperti di atas.

Bisnis properti penghasil passive income ini bisa bermacam – macam, bisa berupa warung tegal (Warteg), toko ban motor waralaba, kos harian yang dikelola operator, hingga minimarket waralaba, yang sekarang ada byk dimana-mana.

Keuntungan dari bisnis penghasil passive income ini, bisa dari beberapa bentuk kerjasama antara pemilik tanah, dan pemilik/pengelola bisnisnya. Bisa berupa bagi hasil, bisa juga berupa kerjasama opeasional/pengelolaan, ataupun waralaba.

Alternatif pertama adalah warung nasi, atau disebut juga warteg, warung tegal. Untuk warteg, biasanya kerjasama berupa bagi hasil antara pemilik tanah dan pengelola warteg. Angka yang wajar adalah 50:50% dari profit setiap bulan. Sementara sewa tanah dibayarkan ke pemilik tanah, bisa merangkap sekaligus sebagai pemilik bisnis juga, atau tanah sewa, yaitu pemilik tanah, bukan pemilik bisnis.

Alternatif lain adalah rumah kos, baik berupa bulanan ataupun harian, bisa juga syariah ataupun bukan syariah. Sebaiknya memakai operator untuk mengelola rumah kos kita, supaya kesibukan mengelola kos tersebut tidak mengganggu kesibukan sehari-hari kita di pekerjaan. Operator kos ada di beberapa kota besar, dan bisa mengelola rumah kos kita dengan profesional, mulai dari mencari penyewa, operasional, keamanan, maupun keuangannya.

Alternatif lain adalah toko ban motor franchise, sekaligus dengan bengkel-nya. Pihak pemilik merk, yang biasa juga sebagai franchisor, memiliki sistem yang sudah terbukti keunggulannya. Sehingga ketika kita sebagai franchisee, atau terwaralaba mengikuti sistem tersebut, maka hasil dari bisnis akan sama, minimal hampir sama dengan yang sudah ada/sudah berhasil.

Alternatif lain yang paling memasyarakat adalah waralaba minimarket, yang tersebar di mana – mana di seluruh penjuru Indonesia. Dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi, bahkan sekarang mulai ke Maluku dan Papua. Jumlah minimarket yang lebih dari 40 ribu, membuktikan bahwa alternatif passive income dari minimarket waralaba, adalah pilihan masyarakat. Selain karena kemudahan operasionalnya, juga karena ketangguhan sistem yang telah teruji baik di saat ekonomi sedang booming, ataupun saat ekonomi sedang lesu, seperti saat pandemi lalu. Terbukti waralaba minimarket ini terus berkembang.

Tentu selain pilihan-pilihan di atas, masih banyak pilihan-pilihan lain, dan tidak tertutup kemungkinan semua bisnis bisa menjadi passive income ketika digabungkan dengan investasi properti. Tinggal selera kita yang memilih mana yang paling cocok untuk kita.