Beda Istilah Pedagang Online Preorder, Dropshipper, dan Reseller yang Perlu Kamu Tahu

Sepanjang bulan puasa, para pedagang online dipastikan akan kebanjiran pembeli. Maklum, sampai Lebaran nanti masyarakat Indonesia cenderung akan lebih konsumtif dalam membeli pakaian, perhiasan, gadget terbaru, kue-kue kering, dan lain sebagainya.

tips jualan online - CekAja.com

Hal ini tentu membuka peluang bisnis yang sayang untuk kamu lewatkan. Sebab menjalani bisnis secara online sekarang ini relatif mudah, tentu kalau kamu mau telaten menjalankannya.

Bisnis online juga bisa dilakukan dari mana saja dan kapan saja, tidak terpaku pada suatu tempat berjualan pada umumnya yang mengandalkan keramaian untuk bisa laku.

Namun, untuk memulai berjualan secara online maupun konvensional seringkali kita terbentur masalah klasik yaitu permodalan. Beruntung dalam berjualan online, masalah itu bisa diselesaikan dengan model bisnis preorder, dropship, dan reseller.

Apakah kamu tahu arti dan untung-rugi berjualan dengan tiga cara tersebut? Simak penjelasannya berikut ini:

1. Preorder

Kalau selama ini kamu sering ikutan preorder alias PO apakah kamu sudah paham apa maksudnya? Pengertian PO sebenarnya tak terbatas pada penawaran barang yang belum diproduksi. Preorder juga berlaku untuk pemesanan barang yang stoknya belum ada atau belum dikirim dari supplier.

Bisa dikatakan bahwa bisnis dengan sistem PO adalah contoh bisnis yang cocok untuk kamu yang memiliki modal terbatas, karena tidak perlu membeli produk yang sudah jadi sebagai ready stock.

Preorder juga sering dijadikan pelengkap dari dua metode, yakni reseller dan dropship. Dengan preorder, kamu bisa menerapkan konsep reseller yang membeli dalam jumlah besar untuk mendapat potongan harga sekaligus bertindak seperti dropshiper yang memulai usahanya tanpa modal.

Caranya adalah dengan menawarkan dulu barang yang bakal dijual ke beberapa calon pembeli hingga jumlah pembeli yang menyatakan minat mencapai jumlah tertentu.

Setelah itu, kamu bisa meminta calon pembeli membayar dulu separuh harga atau bahkan membayar penuh alias full payment. Uang pembayaran dari pembeli, kemudian kamu belanjakan barang sesuai yang dipesan.

Sistem preorder tengah menjamur, apalagi untuk barang-barang yang berasal dari luar negeri. Sebagai penjual preorder, kamu sebaiknya meminta bayaran penuh untuk mengurangi risiko penipuan.

Saking banyaknya penjual dan pembeli online saat ini sering kali terjadi penipuan. Karena itu pastikan kamu berhati-hati meski bisnismu relatif minim modal.

(Baca Juga: 7 Barang Ini Sebaiknya Tidak Dibeli Secara Online)

2. Dropship

Kalau kamu sering belanja online, kamu pasti sering mendengar kata ini. Pada dasarnya, dropship memiliki konsep menjual ulang.

Hanya saja, dropshiper bertugas sebagai perantara. Karena itu, dropshiper tidak terikat dengan jumlah barang yang harus dibeli.

Dia juga tidak terikat dengan harga dari supplier atau tidak perlu mengejar potongan harga dari supplier atau produsen karena seorang dropshiper bisa menaikkan harga jual produk untuk mendapat keuntungan.

Di sinilah perbedaan dropship dan reseller. Seorang reseller akan membeli barang dalam jumlah banyak agar mendapat harga grosir kemudian menjualnya kembali dengan harga tinggi.

Sementara dropshipper hanya bertindak sebagai penghubung antara supplier dan konsumen. Perbedaan lain dari dropship dan reseller adalah reseller perlu mengeluarkan modal untuk membeli barang terlebih dahulu.

Sementara dropship rata-rata tidak membutuhkan modal besar. Tapi cara ini bukan berarti tanpa risiko. Karena harus menaikkan harga, biasanya harga jual barang dari dropshipper lebih mahal ketimbang harga jual rata-rata. Sehingga ada risiko sulit menjual barang, karena pastinya pembeli bakal memburu harga termurah untuk produk yang sama.

Keuntungan dropshipper:

  • Tidak perlu modal besar, bahkan bisa dikatakan tanpa modal.
  • Tidak perlu menyetok barang sehingga tidak mengeluarkan biaya perawatan.
  • Tidak memerlukan ruang besar untuk menyimpan barang.
  • Tidak perlu bingung dengan proses packaging ataupun pengiriman barang.

Kekurangan dropshipper:

  • Karena tidak memiliki barang sendiri, maka tidak memiliki product knowledge.
  • Promosi langsung kurang efektif karena tidak memiliki produk fisiknya.

3. Reseller

Istilah reseller mungkin sudah sangat familiar di telinga kamu. Tapi nyatanya, masih banyak yang tidak tahu dengan konsep berwirausaha sebagai reseller. Apa sih reseller itu?

Reseller adalah penjualan barang dari pihak lain. Misalnya kamu adalah seorang reseller yang membeli barang dari produsen tertentu, kemudian kamu menjual kembali barang tersebut kepada orang lain.

Sebagai reseller, kamu bisa mendapat barang dengan harga miring dari produsen namun syaratnya, kamu harus membeli dalam jumlah banyak untuk mendapat potongan harga. Risikonya, kamu bisa rugi bila barang tidak laku karena jumlahnya banyak. Barang akan mengendap lama dan ada risiko rusak sehingga nilai jualnya turun.

Untung meminimalisasi risiko cobalah mencari produsen yang bersedia menjual dalam partai kecil. Selain itu, dia juga bersedia menerima pengembalian barang kalau sampai barang tidak laku dalam jangka waktu tertentu.

(Baca Juga: Ini Rahasia Dagangan Online Bisa Laris Manis!)

Keuntungan reseller:

  • Stok bisa dikelola dan diaudit ketersediannya
  • Harga jual bisa sesuai keinginan dan disesuaikan dengan harga jual pasaran
  • Promosi bisa dilakukan lebih efektif karena produk bisa diperlihatkan langsung
  • Harga yang didapatkan lebih murah daripada dropshipper
  • Barang bisa dijual secara langsung maupun secara online.

Kekurangan reseller:

  • Harus memiliki modal yang cukup
  • Ada risiko produk tidak laku
  • Lebih repot dalam pengiriman barang.

Setelah mengerti perbedaan tipe pedagang online, kira-kira model bisnis mana yang paling cocok untuk kamu? Jika kamu baru memulai berbisnis, pertimbangkan masak-masak setiap langkah yang akan kamu ambil.

Jika membutuhkan modal, ajukan Kredit Tanpa Agunan (KTA) atau Kredit Dengan Agunan (KDA) lewat CekAja.com. Selamat mencoba!