Belajar Bisnis dari 5 Entrepreneur di Bawah 25 tahun, Apa Rahasia Sukses Mereka?
4 menit membacaTak semua orang memiliki keberanian memulai bisnis di usia muda. Namun, bukan berarti hal tersebut mustahil terjadi.
Nama-nama seperti Alina Morse, Isabella Rose Taylor, Mikaila Ulmer, Bella Weems, dan Erik Finman adalah bukti bahwa usia muda bukan halangan mewujudkan mimpi menjadi orang sukses. Berikut ini kisah dan rahasia sukses mereka seperti dilansir entrepreneur.com.
Alina Morse (11 tahun)
Alina Morse dibantu sang ayah menciptakan permen lolipop rasa buah bernama Zollipops saat usianya masih 7 tahun. Ada yang berbeda dengan permen lolipop ciptaannya tersebut. Rasa manis yang ada berasal dari campuran xylitol, sirup maltitol, jus buah bit dan stevia, bukan dari gula.
Berkat langkahnya, dia pernah mengunjungi Gedung Putih tetapi bukan sebagai turis, melainkan sebagai tamu kehormatan yang diundang langsung oleh Ibu Negara Michelle Obama. Alina Morse datang dan memperkenalkan produk permennya.
Dia mengaku sangat suka permen tetapi dia tahu bahwa makanan tersebut tidak baik untuk giginya sehingga dia menciptakan Zollipops. Dia pernah melempar pertanyaan pada dirinya sendiri, “Mengapa tidak membuat lolipop yang enak dan baik untuk gigi? .
Dia merealisasikan mimpinya pada 2014, dengan menggunakan uang tabungan dari sang nenek sebesar US$7.500 atau sekitar Rp98 juta sebagai modal usaha. Setelah itu, dia langsung mempromosikan permen lolipop buatannya. Lolipop unik tersebut kini tersedia di berbagai supermarket di Amerika Serikat dan dijual secara online di Amazon.
Lebih istimewa lagi, pengusaha belia ini mendonasikan 10% hasil dari keuntungan usahanya ke beragam organisasi yang mendedikasikan diri mereka pada usaha untuk mengurangi dampak kerusakan gigi pada anak-anak.
Bagi Morse, hal yang menyenangkan dari menjadi seorang kidpreneur adalah dia bisa jalan-jalan dan bertemu banyak orang.
Saran dari Alina Morse
Dia memiliki tips bagi para kidpreneur, yaitu selalu bertanya. “Anda bisa melakukan apa saja jika Anda bekerja keras, terus mencoba dan percaya pada diri sendiri, serta tidak pernah menyerah,” ujarnya.
(Baca Juga: 9 Rekomendasi Channel Youtube untuk Belajar Entrepreneurship)
Isabella Rose Taylor (16 tahun)
Saat usianya 12 tahun, Isabella Rose Taylor sudah mengukir prestasi mengesankan, yaitu menjual koleksi pakaian karyanya sendiri di Nordstrom, sesuatu yang sangat diinginkan oleh perancang busana berpengalaman.
Segera setelah dia menjadi perancang termuda yang pernah memasarkan lini pakaian di peritel kelas atas, dia juga mencatat prestasi lainnya yaitu memamerkan desain hippie-chic di New York Fashion Week.
Untuk mendongkrak usahanya, gadis ini menjalankan homeschool. Orangtuanya selalu mendorong untuk mengikuti mimpinya. Mereka mengatakan bahwa tidak perlu menunggu sampai lebih tua untuk menjadi bos dan melakukan apa yang dicintai.
Tak lama kemudan, dia mewujudkan impiannya jadi kenyataan. Dia merasa senang bisa membangun bisnis di bidang yang disukainya dan melihatnya tumbuh. Dia juga senang bertemu orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
Saran dari Isabella Rose Taylor
“Memulai bisnis adalah kerja keras, jangan memulai bisnis kecuali Anda menyukai apa yang Anda lakukan. Lakukan banyak penelitian dan perencanaan untuk memastikan ada pasar untuk produk Anda .
Mikaila Ulmer (12 tahun)
Bagi Mikaila Ulmer, kesuksesannya berawal dari sengatan lebah. Berkat dorongan orangtua dan gurunya, dia mendaftar kontes kewirausahaan saat usianya masih sangat belia. Sebelumnya, dia disengat dua lebah dalam waktu berdekatan, sejak itulah dia mulai memikirkan peluang usaha dari lebah.
Untuk membantu meringankan rasa takut cucunya terhadap lebah, neneknya mengirim buku masak yang berisi resep limun. Lalu Mikaila Ulmer melakukan penelitian tentang lebah dan mengetahui betapa pentingnya keberadaan mereka terhadap ekosistem dan mereka sekarat. Jadi dia menciptakan produk untuk menyelamatkannya.
Produk tersebut adalah Me & the Bees Lemonade, minuman yang dipermanis dengan madu dari lebah. Untuk setiap botol yang terjual, sebagian keuntungannya disumbangkan untuk organisasi yang bekerja meringankan penderitaan lebah, termasuk juga untuk asosiasi peternak lebah.
Awalnya, limun tersebut dijual di restoran pizza. Sampai akhirnya minuman tersebut bisa mejeng di toko kelontong kelas atas. Bagian yang paling favorit baginya selama menjadi kidpreneur adalah mampu bertemu orang yang mengagumkan.
Saran dari Mikaila Ulmer
“Jadilah wirausahawan sosial. Lakukan sesuatu untuk membantu memecahkan masalah di dunia. Jangan menjalankan bisnis hanya untuk menghasilkan banyak uang.
Bella Weems (19 tahun)
Ketika Bella Weems berusia 14 tahun, dia mengalihkan minatnya untuk merajut kalung dan gelang dan menjadikannya penghasil uang. Dia memulai bisnis ini sebagai cara untuk menabung dan membeli mobil. Dia melakukan hal itu setelah orangtuanya mengatakan bahwa mereka tidak akan membelinya dan memintanya untuk mendapatkannya.
Dia merasa yakin melakukannya. Dan saat dia berusia 16 tahun, usahanya meledak menjadi mesin penghasilan yang menjanjikan. Melalui Origami Owl, dia mendapatkan banyak keuntungan dari anting, gelang dan aksesoris lainnya.
Bagian favorit gadis ini selama menjadi seorang pengusaha adalah mampu mendorong anak-anak dari segala umur agar tidak takut meraih impian mereka.
Saran dari Bella Weems
“Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang percaya kepada Anda, ikuti kata hati dan selalu ingat bahwa Anda tidak pernah terlalu muda untuk mencapai mimpi besar. Juga, sikap positif adalah suatu keharusan. Ingat hal-hal tidak selalu berjalan seperti yang direncanakan. Namun, apapun yang terjadi, terus tersenyum dan nikmati perjalanannya.
(Baca Juga: Orang Sukses Lakukan Hal Ini Saat Baru Datang ke Kantor)
Erik Finman (18 tahun)
Erik Finman berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain dan sering mengalami intimidasi baik secara emosional maupun fisik. Dia akhirnya putus sekolah, tetapi tidak dengan pendidikannya.
Dia membangun lingkungan belajar sendiri dari rumah, menggunakan komputer dan koneksi internet, dan menyebutnya Botangle. Dia mengaku menciptakan proyek sampingan ini untuk menyelamatkan dirinya. Misinya adalah mengganti sistem pendidikan publik karena pengalaman yang sangat mengerikan di dalamnya.
Erik Finman juga mencoba peruntungan dengan menanamkan investasi pada mata uang digital Bitcoin. Dia kemudian meluncurkan layanan bimbingan video online berbayar dengan modal dari hasil investasi di Bitcoin.
Bagian favoritnya selama menjadi seorang kidpreneur yaitu tidak harus pergi ke sekolah. Dia mendapatkan kebebasan untuk bepergian, bergaul dengan orang-orang terpenting di setiap industri dan mengerjakan sesuatu yang dia cintai.
Saran dari Erik Finman
“Lakukan apa yang Anda cintai, bangun apa yang ingin Anda bangun, pergi ke mana Anda ingin pergi,”