Cara Mudah Mengatur Keuangan Keluarga Buat yang Baru Nikah
4 menit membaca
Seringnya pasangan baru menikah belum paham mengatur keuangan keluarga. Padahal masalah keuangan jadi sebab nomor wahid retaknya hubungan.
Sebelum menikah, keuangan adalah salah satu hal penting yang perlu dibahas secara mendalam oleh pasangan. Pasalnya, romantisme masalah keuangan tidak akan seindah pesta pernikahan dan masa bulan madu. Tak sedikit pasangan yang bertengkar ketika masalah keuangan muncul dalam rumah tangga yang baru saja dibina.
Biasanya obrolan seputar masalah keuangan selalu dihindari di masa pacaran. Akibatnya, pasangan yang baru menikah kerap merasa kesulitan mencari cara untuk mengatur keuangan keluarga dengan tepat. Masing-masing pihak belum memiliki bayangan dan belum bisa membedakan mengatur keuangan ketika masih sama-sama lajang dan ketika sudah hidup bersama.
Cara mengatur keuangan keluarga yang keliru dan sering dilakukan pengantin baru
Tak jarang pengantin baru yang terlalu larut dalam kegembiraan pernikahan. Mereka merasa bisa hidup tenang, nyaman, dan bahagia selamanya. Padahal kenyataannya, kita justru akan menemukan berbagai masalah saat membina rumah tangga. Termasuk salah satunya masalah keuangan.
Agar bisa terhindar dari masalah keuangan keluarga, inilah daftar kesalahan dalam mengatur keuangan keluarga yang kerap dilakukan pengantin baru.
1. Tidak terbuka soal kondisi keuangan masing-masing
Merahasiakan kondisi keuangan pribadi dari pasangan adalah kesalahan besar yang dilakukan pengantin baru. Memang tidak semua hal perlu diberitahukan kepada pasangan. Kita bisa saja menyimpan sedikit rahasia, tapi jangan sekali-kali dilakukan dalam masalah keuangan.
Mulai dari berbohong soal gaji yang diterima, hingga menutup-nutupi pengeluaran serta kredit yang sedang diambil hanya akan berdampak lebih buruk daripada membicarakannya.
(Baca: Bagaimana Mengatasi Pasangan Anda Selingkuh Uang?)
2. Pembicaraan soal keuangan dianggap haram
Pengantin baru juga kerap menghindari perbincangan soal keuangan. Entah karena menganggap hal tersebut tidak pantas untuk dibicarakan, tabu, atau haram. Sejatinya obrolan soal dana tabungan, investasi, hingga tagihan-tagihan merupakan hal yang wajib diketahui satu sama lain. Bila pengantin baru sama-sama enggan membicarakan keuangan keluarga, apapun masalah keuangan tidak akan diketahui dan bisa diselesaikan bersama.
3. Hanya satu pihak yang urus keuangan
Karena baru menikah, banyak pasangan yang masih menetapkan cara tradisional dimana istri diberi kepercayaan penuh oleh suami untuk mengatur keuangan rumah tangga. Sebaliknya, tidak jarang istri yang menganggap suami yang punya tanggung jawab penuh untuk membawa pulang penghasilan dan menanggung hidup keluarga. Padahal keuangan keluarga menjadi tanggung jawab satu sama lain.
4. Miliki gaya hidup seperti masih lajang
Mungkin banyak kita temui para istri sibuk menghabiskan penghasilan pribadi mereka untuk membeli tas atau kosmetik baru. Di sisi lain, suami memutar otak untuk bergulat dengan cicilan kredit rumah. Kita bisa saja menghabiskan seluruh penghasilan sesuka hati untuk membeli barang yang diinginkan ketika masih lajang, tapi lain halnya jika kita sudah menikah.
5. Hangout atau sekadar makan di luar terlalu sering
Hangout atau sekadar makan di luar bersama pasangan, jika dilakukan sesekali untuk mencari suasana baru atau melepas penat kesibukan, itu mungkin wajar. Tapi bagaimana bila kegiatan tersebut dijadikan rutinitas seperti ketika masih pacaran, atau bahkan dilakukan setiap hari?
Ingat, sebagai pasangan yang baru menikah, seperti telah disebutkan di atas, banyak tujuan keuangan yang mesti dikejar. Pasalnya, kebiasaan tersebut bisa menghamburkan keuangan.
Kunci sukses mengatur keuangan keluarga
Merupakan hal yang wajar jika pengantin baru masih melakukan kesalahan dalam mengatur keuangan keluarga. Bagaimanapun, butuh proses untuk beradaptasi dengan perbedaan yang terjadi. Apalagi pernikahan menyatukan dua pribadi yang berbeda, dari pemikiran, cara pandang, hingga gaya hidup yang tak lepas dari persoalan keuangan.
Masalah keuangan pasti akan terjadi dalam berumah tangga. Tapi jangan sampai memicu timbulnya pertikaian besar, apalagi sampai perceraian. Agar kehidupan berumah tangga bisa berjalan lancar, berikut kunci sukses mengatur keuangan keluarga di awal-awal pernikahan.
1. Saling terbuka dengan kondisi keuangan masing-masing
Hal pertama yang wajib dilakukan pasangan dalam mengatur keuangan rumah tangga adalah terbuka dengan kondisi keuangan masing-masing.
Kenali lebih dalam kondisi keuangan pasangan dengan saling mengajukan pertanyaan seperti berapa penghasilan yang didapat suami, atau jika istri juga bekerja, berapa penghasilannya? Apakah harus menanggung biaya hidup orang tua, adik, atau saudara lainnya? Berapa jumlah hutang yang dimiliki?
2. Menyusun anggaran kebutuhan harian, mingguan, dan bulanan
Anggaran rumah tangga sangat penting bagi kelangsungan hidup rumah tangga. Dengan adanya anggaran harian, mingguan, dan bulanan, kita bisa membatasi pengeluaran dan memrioritaskan kebutuhan.
Untuk memudahkan, bagi anggaran untuk kebutuhan dengan strategi 50: 30: 20 dimana 50% penghasilan digunakan untuk pengeluaran wajib dana fleksibel seperti makan sehari-hari, cicilan hutang, hingga pembayaran tagihan listrik dan air. Hal ini merupakan hal penting yang wajib dianggarkan agar pengeluaran terkontrol.
Satu lagi, miliki juga dana darurat yang bisa didapatkan dari menyisihkan 5%-10% penghasilan. Tujuan dana ini adalah untuk mengantisipasi berbagai risiko yang bisa terjadi.
(Baca: Hal Buruk yang Bisa Terjadi Jika Tidak Punya Dana Darurat)
3. Membagi tugas dan tanggung jawab dengan adil
Biasanya dalam berumah tangga, penghasilan suami akan diberikan kepada istri, dan kemudian istri lah yang akan membaginya dalam pos-pos pengeluaran. Lain halnya jika suami dan istri sama-sama bekerja, terdapat pembagian tugas dalam menyelesaikan kebutuhan.
Misalnya gaji suami digunakan untuk membayar cicilan rumah, belanja bulanan, dan kebutuhan sekolah anak. Sedangkan gaji istri digunakan untuk membayar tagihan listrik, telepon, dan urusan liburan.
4. Rutin untuk menabung dan investasi
Masih dengan strategi 50: 30: 20, tabung dan investasikan dana minimal 30% dari pendapatan di awal, bukan sisa dari pengeluaran lainnya. Di saat kita menerima gaji, sisihkan 30% paling sedikit untuk ditabung dan investasi.
Menabung dan investasi akan terasa besar manfaatnya saat keluarga memiliki keperluan mendesak, dan tentunya untuk biaya masa depan seperti pensiun atau pendidikan anak.
5. Jangan lupakan rekreasi dan hiburan keluarga
Meski harus berhemat dalam mengatur keuangan keluarga, jangan lupa untuk menempatkan bujet liburan dan rekreasi. Setidaknya, kita dapat memiliki “quality time” untuk rileks atau bersenang-senang bersama suami dan keluarga. Jadi suasana kehidupan keluarga pun tidak monoton.
Tak perlu takut kondisi finansial terganggu, gunakan strategi 50:30:20. Sisihkan 20% dari pendapatan bulanan untuk biaya rekreasi seperti jalan-jalan, belanja baju, atau hiburan lainnya.