Delapan Orang Menawan yang Merintis Karier Sebagai Wartawan

Pers adalah segala usaha dari alat-alat komunikasi massa untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat akan hiburan, keinginan, peristiwa, dan berita. Jika sekarang kita bisa menikmati berita dari berbagai macam media sosial maupun konvensional, itu semua boleh dibilang karena jasa para wartawan yang menjadi insan pers.

pekerjaan tambahan _ kartu kredit - CekAja.com

Namun sebagai sumber informasi yang utama, pers harus dibekali kebebasan untuk mencari serta wajib menyampaikan informasi yang valid kepada masyarakat. Sehingga berita-berita hoax yang belakangan ini banyak disebarkan oleh orang tidak bertanggungjawab bisa ditangkal.

Sejarah mencatat, pers juga memiliki peranan lain yang tak kalah penting. Di zaman kolonialisme dulu, wartawan ikut andil dalam menyulut perlawanan rakyat terhadap penjajah agar bisa mencapai kemerdekaan.

Hari Pers Nasional

Pers selalu mengalami dinamika permasalahan dari masa ke masa. Berangkat dari peran wartawan yang begitu penting dalam mendukung kemerdekaan Indonesia, maka dibentuklah organisasi bernama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Tak lama berselang, melalui Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985 yang ditandatangani Presiden Soeharto, Hari Pers Nasional pun turut diresmikan. Keputusan itu berdasarkan rekomendasi sidang Dewan Pers ke-21 di Bandung pada 19 Februari 1981. Dari situlah kemudian Hari Pers Nasional jatuh ditetapkan setiap tanggal 9 Februari, Bertepatan pula dengan Hari Ulang Tahun PWI.

(Baca juga: Pahami 6 Aturan Bermedsos Ini Agar Jauh dari Bui)

Tahun ini, Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur terpilih menjadi tuan rumah peringatan Hari Pers Nasional dengan mengangkat tema ‘Penguatan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Digital’.

Tokoh Menawan yang Dulunya Wartawan

Memperingati Hari Pers Nasional tahun ini, perlu rasanya kita mengenal sederet tokoh inspiratif yang dulunya mengawali profesi sebagai wartawan. Beberapa di antarnya sudah berhasil menjadi pejabat, pengusaha sukses, dan tokoh yang terpandang. Siapa sajakah mereka?

1. Adam Malik

Sebelum menjadi Wakil Presiden ke-3 dan Menteri Luar Negeri, Adam Malik memulai karirnya sebagai wartawan. Pada saat yang bersamaan, ia juga aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, antara lain melalui pendirian Kantor Berita Antara. Dengan hanya bermodalkan satu mesin tulis tua, ia dan Soemanang sebagai Direktur menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional.

2. Dahlan Iskan

Nama besar Dahlan Iskan tentunya sudah tak asing lagi di telinga. Tapi siapa sangka, mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara di era SBY itu ternyata sempat menjadi reporter di sebuah koran kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada 1957.

Lalu pada 1976, ia bergabung dengan Majalah Tempo dengan posisi yang sama. Enam tahun kemudian, ia pun mampu mendirikan dan memimpin koran Jawa Pos berkat hasil keringatnya selama ini.

Satu hal yang paling diingat, Dahlan Iskan adalah sosok yang berhasil membangkitkan kembali Jawa Pos setelah oplah eksemplarnya sempat menurun. Dari 6.000 ekslempar, dalam waktu lima tahun, menjadi 300.000 eksemplar.

3. Budiono Darsono

Di balik keberhasilan Detik.com menjadi portal berita online besar di Indonesia, ada sosok Budiono Darsono sebagai ‘koki’ andalnya. Dulu, ia hanyalah wartawan Tabloid Detik yang harus rela dibredel oleh Pemerintahan Soeharto pada 1998.

Pembredelan itu tak membuat Budiono dan rekan-rekan sejawatnya menyerah. Hingga kemudian, dibangunlah oleh mereka Detik.com. Nama Detik.com pun kian besar dan sukses menjadi baromoeter media online Indonesia saat ini.

Pada September 2016, Budiono justru pensiun dari Detik.com, lalu didapuk sebagai Presiden Komisaris di Kumparan.com.

4. Jakob Oetama

Jakob Oetama adalah salah satu orang pendiri Kompas. Sejak usia 24 tahun, ia sudah bergelut menjadi wartawan. Ia pernah bekerja di Mingguan Penabur dan majalah bulanan Intisari. Bersama rekannya PK Ojong, pria kelahiran Magelang, 27 September 1931 itu berhasil membangun Kompas dari nol.

Hingga kini, Kompas bukan hanya menerbitkan koran saja, tapi merambah ke sektor lain seperti percetakan, toko buku, televisi, media online, sampai jaringan perhotelan.

Grup Kompas mengelola lebih dari 40 jaringan hotel Santika di seluruh Indonesia melalui PT Grahawita Santika. Untuk mempermudah masyarakat menikmati kenyamanan bisnis propertinya tersebut, Grup Kompas menjalin kerjasama dengan berbagai bank penerbit kartu kredit yang setiap bulannya memberikan diskon menarik.

Kalau Anda belum memiliki kartu kredit, ajukan aplikasinya lewat CekAja.com. Kami akan membantu menemukan kartu kredit yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

5. Andy F. Noya

Mungkin selama ini, orang hanya mengenal sosok Andy dari acara talkshow bertajuk ‘Kick Andy’. Di balik kepandaiannya berbicara dengan hampir semua kalangan narasumber, Andy adalah mantan wartawan yang cukup berprestasi.

Ia pernah tercatat sebagai salah satu dari 19 reporter pertama Bisnis Indonesia. Pada tahun 2000, Andy dipanggil oleh Surya Paloh untuk menjadi Pemimpin Redaksi Metro TV.

Lima tahun kemudian, ia pun mendapat tantangan baru dalam karier dunia jurnalistiknya lewat program acara yang membuat namanya kian melambung.

6. Najwa Shihab

Dalam dunia jurnalistik hingga pertelevisian, Najwa Shihab bukanlah sosok yang asing. Kemampuannya dalam menginvestigasi dan menggali opini para narasumber yang dihadapinya sudah tak diragukan lagi.

Hampir 18 tahun lamanya, sarjana hukum Universitas Indonesia ini berkarier menjadi jurnalis. Ilmu dan pengalaman itulah yang membawanya kini menjadi presenter wanita paling disegani.

Ia bahkan pernah meraih penghargaan bergengsi, beberapa di antaranya seperti Panasonic Awards dan Young Global Leader 2011. Terakhir, Nana begitu panggilannya dinobatkan sebagai Duta Baca Indonesia periode 2016-2020.

7. Yenny Wahid

Wanita bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid dikenal seorang aktivis Islam dan politikus. Tak lepas juga dari nama ayahnya selaku tokoh nasional yang sangat terkenal, yakni Abdurrahman Wahid.

Setelah mendapat gelar sarjana desain dan komunikasi visual dari Universitas Trisakti, wanita yang akrab disapa Yenny Wahid ini memutuskan untuk menjadi wartawan.

Yenny bertugas sebagai reporter di Timor-Timur dan Aceh. Ia menjadi koresponden koran terbitan Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age (Melbourne) antara 1997 dan 1999.

(Baca juga: Bisnis Online Kena Pajak? Ini Kiat Antisipasinya!)

8. Meutya Hafid

Jauh sebelum menduduki kursi anggota Komisi I DPR dari Partai Golkar pada masa jabatan 2009-2014, Meutya adalah seorang jurnalis televisi di Metro TV, yang membawakan berita serta presenter di beberapa acara.

Meutya dan rekannya juru kamera Budiyanto pernah diculik dan disandera oleh sekelompok bersenjata, saat bertugas meliput konflik di Irak. Keduanya akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005.

Pengalaman menegangkan itu kemudian dituliskan dalam buku 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak, yang diluncurkan pada 28 September 2007.

Menjadi seorang wartawan tidaklah mudah. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi tanpa kenal lelah. Tak hanya sekadar mencari berita, tapi juga ikut membela keadilan dan kebenaran lewat berita.

Dengan adanya peringatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada Jumat (8/2) pekan lalu, harapan besar selalu tersirat oleh setiap juru berita. Salah satunya, agar kebebasan pers di Indonesia bisa terus terjaga.