Jadi Mompreneur? 5 Perjuangan Berat Ini Pasti Akan Dihadapi

mompreneur _ kredit tanpa agunan - CekAja.com

Menjadi ibu sekaligus menjalankan bisnis bukanlah perkara mudah. Apalagi kalau anak masih kecil sehingga membutuhkan perhatian ekstra.

Seorang mompreneur harus pintar membagi fokus dan waktu antara anak, suami, rumah tangga, dan bisnis.  Berdasarkan survei yang dilakukan Manta Amerika, 95 persen pemilik bisnis skala kecil di Amerika adalah seorang ibu rumah tangga.

Namun 22 persen dari para mompreneur mengaku kalau membesarkan bisnis lebih sulit daripada membesarkan anak dan hanya enam persen yang merasa membesarkan anak lebih sulit daripada membesarkan bisnis. Sisanya, 69 persen merasa dua-duanya sama-sama sulit.

Jika semua berjalan seimbang, mompreneur bisa memetik buah manis. Finansial keluarga makin terbantu sambil bisa aktualisasi diri. Namun dalam perjalanan meraih kesuksesan tersebut, tantangan mompreneur juga tidak mudah. Lima perjuangan ini sudah pasti dihadapi.

Kesulitan mengatur rutinitas pagi

Di pagi hari, seorang momtrepreneur harus menghadapi tantangan pertamanya. Mulai dari memasak sarapan, memandikan anak, mengantar anak ke sekolah, sampai beres-beres. Bagaimana pagi dihadapi turut membangun mood seharian. Kalau pagi hari diisi dengan marah-marah pada anak atau suami, jangan heran kalau kamu merasa stres sepanjang hari.

CEO Femaledaily, Haniva Ambadar, membagi rutinitas paginya. Ia memprioritaskan segala kebutuhan anak-anaknya sebelum ke sekolah. Setelah mereka pergi barulah ia bersiap-siap pergi ke kantor.

“Saya biasanya juga membuatkan jus untuk suami.  Habis itu saya akan berangkat ke kantor, dan kalau tidak buru-buru maka saya akan mampir dulu ke kedai kopi. Oh ya, saya juga lebih memilih datang ke kantor lebih awal. Konsentrasi lebih mudah didapat kalau masih sepi, bebernya seperti yang dikutip dalam sebuah wawancara.

Tidak mendapat dukungan staf dan keluarga

Menurut 1.000 wanita yang yang disurvei Manta Amerika, mayoritas merasa tidak mendapat dukungan keluarga. Padahal dukungan keluarga sangat berdampak besar pada psikologis momptrepreneur dalam mengatur prioritas. Misalnya saat ibu tidak bisa mengantar anak sekolah karena harus menghadiri  rapat pagi.

Contohnya adalah seorang mompreneur bernama Hanifa Ambadar yang berbagi kisah dalam blog pribadinya, Hanzky.com, “Saya memiliki dukungan dari keluarga yang tinggal dekat dengan saya dan mereka akan membantu kapanpun dibutuhkan.

Begitu juga dengan staf atau karyawan di kantor. Mereka diharapkan mendukung peran mompreneur dalam memberikan asi, mengambil cuti melahirkan, dan melakukan tugas sebagai ibu.

Memilih prioritas

Mompreneur punya segudang aktivitas yang harus dilakukan. Dalam hal ini, lokasi kantor dan rumah turut memberikan kemudahan.

Hanifa Ambadar bercerita dalam blog pribadinya. “Saya berusaha mengintergrasikan kehidupan pribadi dan profesional. Pemilihan lokasi kantor turut memberikan andil besar. Kantor, rumah, kantor suami, dan sekolah anak-anak tidak terlalu jauh.

Perempuan  yang akrab dipanggil Hani ini juga sangat pemilih dalam menggunakan waktunya, siapa yang dia temui, dan di mana waktu bertemu. “Saya menolak banyak sekali permintaan wawancara, rapat tidak penting, undangan untuk menjadi pembicara di konferensi, dan tawaran muncul di TV, sehingga saya tidak teralihkan dari hal-hal yang benar-benar penting.

Ingin menyerah dan menjadi ibu rumah tangga purna waktu

Perasaan lelah dan kesulitan membagi waktu sangat mungkin dirasakan oleh mompreneur. Situasi tak tega meninggalkan si kecil saat harus berangkat kantor atau terpaksa menggagalkan acara dengan keluarga demi pekerjaan pasti pernah dirasakan.

Namun sebelum memutuskan menyerah, ingatlah pada orang-orang yang hidupnya bergantung pada usaha kita. Hal ini akan menyadarkan kita bahwa usaha yang tengah dirintis ternyata bermanfaat bagi orang banyak.

Mintalah dukungan pada anak dan suami dan ceritakan mimpi-mimpi besarmu. Ketika akhirnya kamu berhasil mewujudkannya, mereka juga akan ikut bangga karena memiliki istri dan ibu yang hebat.

Bimbang dalam membuat keputusan

Masalah kecil di rumah, tuntutan pekerjaan, rengekan anak, komplain klien merupakan serangkaian tekanan yang harus dihadapi momtrepreneur. Di balik semua tekanan tersebut, momtrepreneur harus membuat keputusan terbaik yang berkaitan dengan keluarga dan bisnisnya. Logika, perasaan, dan ego bercampuraduk.

Tapi jangan khawatir, salah dalam mengambil keputusan adalah hal wajar dan manusiawi. Berkaca dari kisah Hani, awalnya ia membuat banyak situs. Selain Femaledaily, ada mommiesdaily dotcom, popsdaily, travelersdaily dotcom, dan clozettedaily dotcom.

Suatu hari, ia memperoleh kesempatan untuk mendatangi Sillicon Valley, Amerika Serikat dan mendalami media online. Pengetahuan yang didapatkannya membuatnya sadar bahwa pelebaran sayap dengan membuka beragam situs online tidak tepat, karena membuat pergerakan bisnis dunia mayanya menjadi tidak fokus.

“Saya pernah harus menutup beberapa divisi bisnis cukup menjadi transformasi besar, walaupun memang itu dilakukan demi kebaikan tapi tetap berat untuk melakukannya di awal. Belum lagi beberapa kali keliru mengambil keputusan, cerita Hani dalam salah satu wawancara.

Namun keputusannya ini berjalan memuaskan. Kedua situs yang ia pertahankan, Femaledaily dan Momiesdaily memiliki jutatan visitor unik setiap hari. Hanifa juga meraih berbagai penghargaan entrepreneur.