Mau Dongkrak Kekayaan di Dunia Investasi? Ini Tipsnya

Meski bisa kembangkan kekayaan secara cepat, namun terjun ke dunia investasi miliki risiko. Semua tergantung dari instrumen investasi yang kita pilih.

Sebagian besar dari kita tentu mengenal sosok Warren Buffet. Ya, investor ulung ini sering menjadi contoh sukses yang menjadi kaya raya, bahkan namanya masuk ke dalam jajaran orang terkaya dunia, berkat investasi. Sampai saat ini, pria ini dikenal sebagai investor saham yang hebat.

Tidak harus menjadi seorang Warren Buffet, saat ini praktik untuk berinvestasi sangat mudah dan semakin terbuka lebar bagi siapa pun. Jika dulu investasi mungkin dikenal hanya milik kaum berduit, kini anggapan itu sudah sirna.

Buktinya, hanya dengan Rp100 ribu, kita sudah bisa membeli sebuah produk bernama reksa dana. Bahkan bila kita ingin memilih produk logam mulia, investasi emas kian mudah dengan adanya program Investasi Modal Mini dengan Tabungan Emas Pegadaian.

Investasi saham juga semakin sederhana berkat adanya program Yuk Nabung Saham! dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Lewat program ini, masyarakat bisa investasi saham mulai dari Rp100 ribu. Jadi, tak ada lagi alasan untuk tidak berinvestasi.

Lalu, sebenarnya strategi apa yang mesti kita miliki untuk terjun ke dunia mengembangkan kekayaan ini. Bahkan bila dimungkinkan, bisa meraih untung maksimal.

Tidak mengharapkan untung dalam waktu singkat

Investasi bukanlah sulap yang bisa menghasilkan uang dalam waktu sekejap. Beberapa jenis investasi baru akan menghasilkan untung yang lumayan dalam jangka panjang. Jadi, janganlah terburu-buru ketika berinvestasi. Bersabarlah menunggu hingga hasilnya memuaskan.

Seorang investor akan fokus untuk berinsvestasi untuk jangka panjang. Berbeda dengan seorang trader yang bertujuan meraih keuntungan dalam jangka pendek.

Karena itu, investor tidak akan mudah terpengaruh terhadap kondisi pasar, apa pun yang terjadi, tidak akan mencairkan investasinya sebelum mencapai target waktu tertentu.

Memahami risiko investasi

Investasi memiliki risiko tergantung dari jenisnya. Terdapat investasi yang risikonya rendah adapula yang risikonya tinggi. Pahami masing-masing agar bisa mengatur strategi investasi dengan baik.

Ada istilah high risk high return, yang artinya semakin tinggi risikonya, sebuah investasi biasanya berpotensi memberikan hasil yang tinggi pula.

Tidak menyimpan di keranjang yang sama

Beberapa telur yang disimpan di satu keranjang akan mudah pecah secara bersamaan apabila terjatuh.

Karena itu salah satu prinsip terpenting dalam investasi adalah tidak menaruh semua dana di instrumen yang sama.

Artinya, jangan sampai menaruh semua dana di sebuah instrumen investasi yang risikonya tinggi.

Perhatikan legalitas

Agar tidak terjebak dalam investasi bodong, masalah legalitas haruslah menjadi perhatian. Misalnya jika ingin berinvestasi di sektor keuangan, maka pilihlah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk investasi di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

4 Alasan mendasar mengapa harus berinvestasi?

Bagi sebagian orang, investasi masih merupakan sesuatu yang asing. Padahal, investasi memiliki banyak manfaat. Inilah alasan mengapa harus berinvestasi :

1. Mengembangkan kekayaan

SepertI telah disebutkan, investasi berpotensi mengembangkan kekayaan. Investasi berbeda dengan menabung.

Menabung hanya menyimpan uang untuk kebutuhan di masa mendatang, kalau pun ada bunga, jumlahnya terbilang sangat kecil.

Sedangkan investasi, menyimpan sekaligus mengolah uang sehingga dapat memberikan hasil, dengan kata lain, uang akan berkembang jumlahnya.

2. Melawan inflasi

Kenaikan harga dari tahun ke tahun seringkali menyulitkan dalam mengatur keuangan. Oleh karena itu, investasi dapat membantu agar daya beli di masa mendatang tetap terjaga. Hasil dari investasi memiliki potensi lebih besar angkanya dari inflasi yang terjadi.

Misalnya, jika rata-rata inflasi di Indonesia pada 2012 – 2016 adalah 5,5%, imbal hasil reksadana saham bisa melebihi angka tersebut yatu di atas 15% per tahun.

3. Mencapai tujuan keuangan di masa depan

Setiap orang atau keluarga pasti memiliki tujuan keuangan. Ada berbagai macam tujuan keuangan mulai dari biaya pendidikan anak, ibadah haji, membeli rumah, dan sebagainya. Investasi akan membantu dalam mencapai berbagai tujuan keuangan tersebut di masa depan.

4. Antisipasi kebutuhan yang semakin kompleks

Kebutuhan saat ini terbilang lebih kompleks daripada era terdahulu. Kebutuhan yang saat ini sudah terbilang menjadi kebutuhan utama adalah intenet.

Contoh lain dari segi pendidikan, anak-anak semakin muda dalam memulai pendidikan, bahkan bermunculan sekolah untuk bayi. Padahal di era dahulu anak-anak baru bersekolah di usia 4-5 tahun.

Lalu, bentuk produk atau instrumen investasi yang bisa dipilih?

Ketika berbicara investasi, ada dua sektor yang bisa dipilih, yaitu investasi di sektor riil dan investasi di sektor finansial. Apa pembeda dari dua sektor itu, berikut ini penjelasannya :

Investasi di sektor riil

Investasi di sektor artinya investasi pada sesuatu yang berwujud seperti properti, perkebunan, logam mulia, dan lain sebagainya. Investasi di sektor riil biasanya membutuhkan modal besar, misalnya saja untuk membeli rumah atau tanah atau bangunan jika ingin mendulang keuntungan di sektor properti.

Investasi finansial

Investasi di sektor finansial artinya investasi pada produk-produk keuangan yang terbilang tidak terlihat wujudnya misalnya saham, obligasi, dan reksadana.

Investasi di sektor finansial kini semakin mudah. Selain modalnya tak begitu besar, kini masyarakat juga bisa menikmati kemudahan investasi secara online.

Ciri-ciri investasi bodong

Tak sedikit orang yang telah menjadi korban investasi bodong atau investasi ilegal. Bukannya mendapatkan untung, malah buntung.

Oleh karena itu, sebelum berinvestasi, pertimbangkan matang-matang dari berbagai aspek. Inilah beberapa ciri investasi bodong :

  • Perizinan tidak jelas, misalnya jika berbentuk lembaga keuangan, tidak ada izin dari OJK
  • Menjanjikan hasil investasi yang fantastis dalam waktu cepat
  • Kegiatan menyerupai money game atau skema Ponzi
  • Tidak jelas bagaimana mengelola dananya
  • Tidak ada penjelasan mengenai risiko investasi