Lebih dari 90% Anak di Dunia Menghirup Udara Berbahaya, Ini Faktanya

Udara merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Terutama untuk kebutuhan bernapas. Berbicara mengenai hal ini, tidak sembarangan udara yang bisa diterima oleh manusia. Nah, ternyata pencemaran udara di dunia saat ini semakin parah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut mayoritas anak-anak dunia menghirup udara berbahaya.

Kesehatan Pencemaran Udara Anak - CekAja

Padahal, udara bagi anak-anak seharusnya bersih dan sehat, dalam artian tidak tercemar oleh polusi. Karena jika udara yang dihirup oleh manusia tidak dalam keadaan yang bersih, maka otomatis bisa berdampak buruh terhadap kesehatan paru-paru.

Bagaimana dengan kondisi udara di Indonesia? Menurut pantauan kualitas udara yang dilakukan Greenpeace Indonesia, data pengukuran menunjukkan kualitas udara memasuki level tidak sehat atau berbahaya. Banyak hal yang dapat meningkatkan polusi udara, termasuk asap kendaraan bermotor, industri, rumah tangga, dan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).

(Baca juga: 5 Alasan Penting Punya Asuransi Kesehatan Selagi Muda)

Laporan WHO Soal Pencemaran Udara

World Health Organization (WHO) menemukan fakta yang mengejutkan terkait pencemaran udara. Penemuan tersebut mengungkapkan, sebanyak 93 persen anak-anak berusia di bawah 15 tahun ternyata telah menghirup udara penuh polusi dan beracun.

Selain itu, 630 juta anak di bawah usia 5 tahun juga mengalami masalah perkembangan yang cukup serius. Di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah, jumlah anak yang terpapar polutan bahkan semakin tinggi, yakni mencapai 98 persen dari total populasi anak.

Berdasarkan survei pada tahun 2016 lalu, udara yang penuh polusi menyebabkan sekitar 600 ribu anak meninggal dunia karena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Tidak main-main, penyakit ISPA ini tergolong penyumbang kematian anak hingga 50 persen di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah termasuk Indonesia.

Hal ini pasti memunculkan banyak pertanyaan, mengapa justru lebih banyak anak-anak yang mengalaminya. Anak-anak yang sedang berada dalam tahap perkembangan penting, menghirup udara lebih cepat dari orang dewasa. Terlebih jika mereka yang berada lebih dekat dengan permukaan tanah, tentu amat rentan terpapar partikel kecil seperti debu.

Setiap anak berhak untuk menghirup udara bersih, agar tumbuh dan memaksimalkan potensi mereka. Maka dari itu, para profesional kesehatan pun harus bersatu untuk mengatasi ancaman ini sebagai prioritas, melalui upaya kolektif dan terkoordinasi.

Ciri-ciri Udara yang Bersih

Perhatikan udara di sekitar Anda mulai sekarang. Untuk mengetahui seperti apa seharusnya udara bersih yang dihirup setiap hari, berikut ciri-cirinya:

1. Tidak berbau

Ciri udara yang bersih, pertama adalah tidak berbau. Kemurnian udara hakikatnya sama dengan kemurnian air jadi ketika tercemar juga memiliki tanda yang sama yakni memiliki bau. Udara ketika tercemar maka akan berbau, untuk baunya bermacam macam tergantung dari polutan apa yang mencemari-nya.

2. Tidak berwarna

Kedua, udara yang bersih umumnya juga tidak berwarna. Jika berwarna, berarti udara telah tercampur dengan gas-gas seperti CO, CO2 dan SO2. Untuk pencemaran udara dari asap pabrik umumnya udara akan hitam karena kadar CO2, timbal dan unsur lain yang tinggi.

3. Terasa sejuk

Udara bersih pun terasa dari hawanya yang lebih sejuk. Meskipun tidak setiap udara hangat itu tercemar namun setidaknya tanda seperti ini sebagai pelengkap dari warna dan bau. Jadi ketika suhu udara tinggi namun tidak berwarna dan tidak berbau ataupun berasa maka tidak dapat dikatakan udara tersebut tercemar. Namun jika suatu udara berwarna, berbau dan berasa serta bersuhu lebih tinggi, udara tersebut pastilah sudah tercemar.

4. Terasa segar dihirup

Berbeda dengan udara yang yang telah tercemar yang apabila kita hirup maka akan menyesakkan dada. Udara bersih kesegarannya masih tetap terjaga hingga bisa menenangkan pikiran kita dan mengalirkan oksigen murni pada tubuh kita. Sebaliknya, salah satu tanda yang bisa dijadikan indikator pencemaran udara yaitu dapat menyebabkan sesak nafas ketika dihirup.

Memang, tidak semudah itu mengubah kualitas udara di masing-masing daerah. Pemerintah memiliki posisi yang strategis dan berperan penting untuk melakukan upaya pendekatan planatologi, administrasi dan hukum dengan membuat berbagai peraturan terkait emisi karbon sehingga pencemaraan tidak semakin meluas.

Namun upaya pencegahan tetap bisa dilakukan, seperti dengan selalu mengenakan masker ketika keluar rumah. Di samping itu, batasi diri ke luar ruangan. Pastikan juga setiap ruangan dalam rumah selalu tersikulasi, sehingga udara yang kurang baik tidak mengendap dan menjadi penyakit.