Lima Fakta Rinjani yang Nyaris jadi Gunung Syariah Pertama di Dunia

Gunung Rinjani dalam beberapa hari terakhir menjadi perbincangan di kalangan para pendaki. Setelah adanya wacana pemisahan tenda antara pendaki laki-laki dan pendaki perempuan di gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia tersebut.

Wacana yang digagas oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) ini dinilai sejalan dengan konsep wisata halal yang sedang gencar digaungkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan pelaku industri wisata.

Rencana BTNGR itu pun menuai pro dan kontra. Meski bertujuan untuk menghindari perbuatan yang melanggar norma kesusilaan di Gunung Rinjani, rencana pemisahan pendaki tersebut dinilai berlebihan. Pihak BTNGR pun akhirnya membatalkan rencana tersebut karena bukan menjadi prioritas utama memajukan wisata alam gunung tersebut.

(Baca juga:  5 Usaha yang Menguntungkan Saat Musim Mendaki Gunung)

Meski rencana itu dibatalkan, bukan berarti kamu bisa berbuat sesukamu di Rinjani loh. Nah, untuk lebih mengenal salah satu gunung yang menjadi impian para pendaki untuk “ditaklukkan ini, berikut fakta-fakta seputar Gunung Rinjani yang perlu kamu tahu.

  1. Gunung pantai

Jangan salah paham dulu. Tidak ada pantai di gunung dengan ketinggian 3.726 mdpl ini. Gunung pantai hanyalah julukan yang disematkan pada Rinjani karena memiliki hamparan padang sabana yang sangat luas.

Keberadaan padang sabana yang minim pohon tersebut membuat hawa udara terasa begitu panas. Kondisi cuaca yang panas ini membuat para pendaki merasakan nuansa seolah berjalan di pantai. Kondisi pada titik inilah yang mendasari Gunung Rinjani dijuluki sebagai gunung pantai.

  1. Punya Trekking Management Board

Rinjani Trekking Management Board (RTMB) merupakan badan pengelola yang bertanggung jawab terhadap Rinjani Trek. Selain itu, badan ini pun bertindak sebagai forum koordinasi dan konsultasi kebijakan dari pemerintah, masyarakat, dan pelaku wisata.

Berdasarkan namanya, badan ini salah satunya jelas bertugas mengurusi masalah pendakian di Gunung Rinjani. Berkat RTMB, proses pendakian di Gunung Rinjani berhasil mendapatkan predikat sebagai pengelolaan pendakian terbaik di Asia Tenggara. Hal itu tentu saja tidak terlepas dari kerja sama antara pemerintah, mitra pemerintah, dan masyarakat setempat.

  1. Geopark dunia

Tanggal 12 April 2018 menjadi titik tolak bagi Gunung Rinjani untuk lebih dikenal oleh dunia internasional. Pada hari tersebut, sidang UNESCO Executive Board menetapkan kawasan Gunung Rinjani sebagai geopark dunia.

Penetapan tersebut tentu saja membuat kawasan Gunung Rinjani sejajar dengan ratusan geopark dunia lainnya. Imbasnya, jelas bakal meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke NTB pada umumnya.

Sejak tahun 2013, Pemerintah Provinsi NTB sebetulnya sudah memperjuangkan status kawasan Gunung Rinjani tersebut. Meski usaha itu belum membuahkan hasil dalam rentang waktu yang singkat, secara de facto bisa dibilang bahwa Gunung Rinjani sudah masuk ke dalam daftar geopark dunia sejak NTB ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan Asia Pacific Geopark Network Symposium 2019 pada September 2017.

Hanya, pengumuman atas predikat tersebut dilakukan pada April 2018 dan penyerahan piagamnya dilakukan pada September 2018 di Italia.

Meski sudah menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGG), seluruh pihak terkait perlu terus menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan di geopark Rinjani. Dengan begitu, diharapkan keanggotaan UGG yang selama empat tahun dapat dipertahankan.

  1. Punya nilai spiritual tinggi

Bagi masyarakat Suku Sasak, Gunung Rinjani adalah sumber penghidupan. Selain itu, mereka juga meyakini bahwa Rinjani memiliki nilai spiritual yang tinggi dan menjadi penopang ekosistem.

Suku Sasak merupakan suku bangsa yang mendiami Pulau Lombok. Hubungan masyarakat suku ini dengan Rinjani tidak sekadar didasari oleh nilai ekonomi, tetapi juga hubungan ekologi dan spiritual yang terlihat dalam kehidupan bermasyarakat yang harmonis.

(Baca juga: Biaya Mendaki 5 Gunung Tertinggi di Indonesia)

Saking menilai tingginya nilai spiritual Rinjani, semua rumah masyarakat Suku Sasak dibangun dengan menghadap ke arah gunung. Hal itu sebagai bentuk penghormatan warga setempat terhadap gunung yang menjadi bagian dari Seven Summits Indonesia tersebut.

  1. Penghargaan kelas dunia

Dinilai berhasil mengembangkan diri sebagai destinasi wisata yang berbasis ekologi dan masyarakat, Gunung Rinjani pun memperoleh beberapa penghargaan kelas dunia. Di antaranya World Legacy Award untuk kategori Destination Stewardship dari Conservation International and National Geographic Traveler pada tahun 2004.

Selain itu, pada tahun 2005, Taman Nasional Gunung Rinjani berhasil bertengger di 3 besar Tourism for Tommorow Award untuk kategori Destination Award dari World Travel & Tourism Council. Adapun pada tahun 2007, gunung ini menjadi finalis pada Tourism for Tommorow Award.

Sejumlah penghargaan itu tentu turut menjadikan Gunung Rinjadi sangat layak untuk “ditaklukkan dan disambangi oleh para pencinta pertualangan alam bebas.

Kalau rencana tersebut terbersit di benak kamu, jangan lupa lindungi diri dengan asuransi terbaik yang bisa kamu pilih lewat CekAja.com ya.