Mengenal Artificial Intelligence di Industri Finansial!

Bukan hanya di film-film science fiction, kini kecerdasan buatan sudah banyak diterapkan pada kehidupan manusia. Teknologi artificial intelligence atau AI yang paling nyata adalah Siri pada perangkat iOS.

Siri merupakan asisten virtual pertama yang dapat membantu setiap pengguna melalui suara. Dengan komando ‘Hey Siri’ di awal perintah, ia akan menjawab lalu melanjutkan apa yang ingin seseorang minta atau tanyakan.

Di dunia kerja, kecerdasan buatan diramal akan mempengaruhi hampir semua industri. Tak terkecuali industri finansial.

Survei Narrative Science pada tahun 2016 mengatakan 38% perusahaan besar sudah menggunakan teknologi kecerdasan buatan, dan angka tersebut akan terus meningkat hingga 62% pada 2018.

Awalnya teknologi ini diusung untuk mempermudah pekerjaan atau menyelesaikan suatu masalah dengan lebih cepat. Namun seiring dengan kemampuannya yang bertambah, beberapa perusahaan melihat potensinya justru lebih dari itu.

Menurut mereka, kecerdasan buatan juga akan sangat mempengaruhi peningkatan revenue sekaligus menghemat pengeluaran perusahaan. Lantas, kecanggihan seperti apa yang mampu diberikan kecerdasan buatan dalam meningkatkan kinerja perusahaan?

1. Menemukan consumer insight

Dalam sektor perbankan, adanya kecerdasan buatan dapat membantu perusahaan untuk menggali insight mengenai berbagai kebutuhan pelanggan. Demi kenyamanan antar kedua belah pihak, teknologi tersebut akan melihat seberapa tepat rekomendasi produk finansial terhadap nasabah berdasarkan analisis komprehensif terhadap kondisi pasar, keputusan yang pernah diambil, dan kejadian yang baru dialami.

Dengan komponen-komponen tersebut maka perusahaan dapat menentukan pelanggan mana yang harus dihubungi, bagaimana berkomunikasi dengan mereka, sehingga akan mendapatkan respon yang diharapkan dan memberi nilai yang maksimal untuk kemajuan bisnis mereka kedepannya.

(Baca juga: 6 Wanita yang Jadi Orang Nomor Satu di BUMN)

2. Deteksi penipuan

Kecerdasan buatan pun amat menolong industri finansial lain seperti asuransi dalam mendeteksi penipuan. Contohnya, deteksi pada sikap nasabah yang menunjukkan tanda-tanda penipuan seperti kecelakaan yang dibuat-buat atau surat keterangan palsu pada klaim asuransi. Koneksi antar setiap faktor nantinya akan dianalisis hingga seberapa besar kemungkinan klaim tersebut terbukti palsu. Selain asuransi, salah satu perusahaan yang juga menggunakan kecerdasan buatan untuk mencegah penipuan adalah Mastercard. Dengan Decision Intelligence (DI), teknologi ini mempelajari pola dari histori pembelanjaan dan pengeluaran rutin pemegang kartu untuk menentukan basis perilaku yang akan selalu dibandingkan dan dinilai setiap kali ada transaksi baru.

(Baca juga: Bos Go-Jek Hingga Rich Brian Masuk Daftar Tokoh Inspiratif Asia)

3. Merespon pertanyaan otomatis

Cara kecerdasan buatan yang ketiga dalam membantu kerja industry finansial adalah merespon pertanyaan secara otomatis, dengan teknologi bernama chatbot. Asisten virtual tersebut akan mempermudah komunikasi langsung langsung dengan pelanggan yang memiliki pertanyaan atau keluhan.

Perusahaan jadi bisa lebih mudah dalam mengelola sistem customer relationship management. Bukan hanya itu, chatbot ternyata juga turut diberdayakan dalam berbagai fungsi misalnya menolong klien mengelola uang dan tabungan mereka.

(Baca juga: Cek Perusahaan Tempat Bekerja Terbaik 2018 Versi LinkedIn)

4. Tentukan potensi jual beli saham

Bentuk kecerdasan buatan ada yang diimplementasikan pula dalam suatu algoritma. Algoritma tersebut akan mencerna jutaaan poin data untuk mencari lebih dalam pola perdagangan serta meramalkan tren yang berguna untuk mengambil keputusan, dalam hal ini adalah jual beli saham.

Teknik yang dipelopori oleh Sentient Technologies itu menjalankan triliunan simulasi skenario perdagangan saham dari data publik yang melimpah di dunia maya. Teknik mereka sanggup mencari pola dari perdagangan selama 1800 hari hanya dalam hitungan menit.

Akankah Tenaga Manusia Digeser Oleh Kecerdasan Buatan?

Kehadiran teknologi kecerdasan buatan tak dapat dipungkiri menimbulkan sedikit kecemasan dari beberapa tenaga kerja. Seperti dulu saat penjaga pintu tol yang pada akhirnya digantikan dengan teknologi e-toll karena tidak lagi memberlakukan pembayaran tunai.

Hal ini tentu berdampak besar pada nasib mata pencaharian mereka di masa depan. Akan tetapi pihak pengelola tol untungnya tak tinggal diam. Sebagian dari mereka disiagakan pada beberapa gerbang tol dan sebagian lagi dialihtugaskan ke unit tugas di rest area. Dengan begitu, pemutusan hubungan kerja tidak perlu dilakukan.

Dampak dari kecerdasan buatan yang semakin berkembang tersebut otomatis menjadi pekerjaan rumah yang amat menantang untuk para petinggi perusahaan. Perusahaan harus tetap bisa mengelola sumber daya manusia dan pekerja yang dimilikinya. Biar bagaimanapun, kecerdasan buatan seharusnya tidak begitu saja bisa menggeser peran manusia.