Pahami Keuntungan dan Kerugian Dari Mengambil Utang Jangka Panjang

Dalam kredit ataupun pinjaman dari berbagai lembaga keuangan baik perbankan ataupun nonbank terdapat jangka waktu pengembalian utang atau yang biasa disebut tenor pinjaman.

utang jangka panjang

Pinjaman ataupun kredit merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk menopang berbagai kebutuhan. Seperti bisnis ataupun keperluan lainnya pada saat kekurangan dana.

Dan pada saat meminjam, kita harus menentukan terlebih dahulu secara bijak besaran dana yang diajukan untuk dipinjam. Serta masa waktu pengembalian atau tenor pinjaman.

Tenor pinjaman memiliki jangka waktu beragam, mulai dari hitungan hari, hingga puluhan bulan. Setiap masa tenor pinjaman tentu memiliki konsekuensi bagi jumlah pinjaman yang harus dikembalikan berikut bunganya.

Biasanya banyak orang memilih untuk mengambil tenor pinjaman jangka panjang. Karena jumlah cicilan yang harus dibayarkan per bulannya lebih kecil dibandingkan dengan tenor pinjaman jangka pendek.

Pengambilan utang dengan tenor jangka panjang juga sering dilakukan perusahaan untuk mengembangkan usahanya.

Oleh karena itu, sebelum mengajukan kredit, sebaiknya pahami terlebih dahulu keuntungan dan kelebihan dari masa tenor pinjaman. Khususnya untuk tenor pinjaman jangka panjang.

Pengertian utang jangka panjang

Utang jangka panjang (long term liabilities) adalah kewajiban yang harus dibayar dan dilunasi dalam tempo waktu yang relatif lama. Bisa mencapai satu periode akuntansi (satu tahun) atau bahkan lebih.

Secara lebih terperinci, utang jangka panjang dapat dijabarkan sebagai suatu kewajiban atau beban di masa depan yang harus dibayarkan sebagai akibat dari penundaan pembayaran yang seharusnya dilakukan dalam satu tahun lebih atau siklus operasional perusahaan.

Pembayaran atau pelunasan utang jangka panjang dilakukan dengan menggunakan dana yang bersumber dari aktiva tidak lancar. Sebab itu, utang jangka panjang disebut juga sebagai utang tidak lancar.

Aktiva tidak lancar adalah seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan yang umumnya memiliki nilai waktu ekonomis lama atau bersifat permanen sehingga dapat dimanfaatkan selama lebih dari satu tahun.

Aset-aset perusahaan yang termasuk aktiva tidak lancar meliputi investasi jangka panjang, pabrik, gedung, peralatan produksi, dan aset tidak berwujud seperti merek dagang, hak paten, hak cipta, waralaba, dan lainnya.

Utang jangka panjang umumnya digunakan untuk memperkuat posisi modal perusahaan. Tak hanya itu, utang jangka panjang juga digunakan untuk meningkatkan jumlah aset perusahaan. Baik dalam bentuk properti, peralatan, maupun investasi.

Sebab itu, utang jangka panjang mencerminkan rasio ekuitas (total debt to equity ratio), yaitu ukuran untuk menilai kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya.

(Baca Juga: Cek Produk Bank Paling Sering Digunakan Nasabah Disini!)

Rasio ini membandingkan total utang baik jangka pendek maupun panjang dengan total modal perusahaan. Selain modal, utang jangka panjang juga mencerminkan rasio aset yang mengukur bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai dari utang.

Dalam transaksinya, utang jangka panjang biasanya disertai dengan jaminan berupa barang tidak bergerak. Barang tidak bergerak ini lebih umum mengarah pada properti seperti gedung, gudang, pabrik, rumah, dan tanah.

Tentu penyerahannya bukan berupa barang riilnya tetapi berupa sertifikat yang menyatakan hak kepemilikan atas properti tersebut. Meski disertai dengan jaminan, namun perusahaan yang berutang tetap bisa memanfaatkan barang tersebut. Misalnya perusahaan memiliki utang jangka panjang dengan jaminan sertifikat gudang.

Meski sertifikat atas properti tersebut diserahkan kepada pihak yang memberikan utang jangka panjang, namun perusahaan yang berutang tetap bisa menggunakan gudang miliknya untuk menjalankan operasional kegiatan usahanya.

Sesuai dengan namanya, utang jangka panjang memiliki tempo pembayaran yang relatif lama, sekitar 5 hingga 20 tahun. Intinya, tempo pembayaran lebih dari satu tahun. Penentuan jangka waktu pembayaran atas utang jangka panjang ini tergantung pada kesepakatan antara kedua belah pihak. Dan tentunya kemampuan pihak yang mengajukan utang jangka panjang untuk melakukan pembayaran.

Jenis-jenis utang jangka panjang

Hutang jangka panjang memiliki beberapa jenis yang secara umum dapat dibagi ke dalam dua, yaitu:

1. Utang hipotek

Utang hipotek adalah utang yang muncul dikarenakan adanya pendapatan dana yang berasal dari hutang yang menggunakan jaminan harta tetap.

Harta tetap atau barang tak bergerak misalnya saja adalah sertifikat tanah, sertifikat gedung / bangunan, rumah, dan lain sebagainya.

Apabila nantinya peminjam tidak mampu melunasi utang sesuai tenggat waktu yang telah dilakukan, maka pemberi pinjaman memiliki hak untuk menyita dan menjual barang yang dijaminkan tersebut untuk kemudian diambil dananya menurut kekurangan hutang yang belum dilunasi.

Utang hipotek biasanya hanya dapat diperoleh melalui salah satu sumber saja. Misalnya hanya kepada bank.

2. Utang obligasi

Utang obligasi adalah utang yang timbul karena adanya dana yang telah didapatkan melalui terbitnya surat-surat obligasi. Seseorang yang membeli obligasi merupakan pemegang obligasi. Hal-hal yang biasanya tercantum dalam surat obligasi antara lain adalah nominal obligasi, tanggal pelunasan obligasi, bunga per tahun, serta ketentuan-ketentuan lain sesuai jenis obligasi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu peminjam dan pemberi pinjaman.

Plus Minus dari utang jangka panjang

Angsuran lebih terjangkau, tapi beban bunga lebih besar

Utang dengan periode pembayaran jangka panjang akan membuat pembayaran cicilan per bulan menjadi lebih kecil.

Sebagai gambaran, apabila kamu mengambil pinjaman dengan jumlah Rp24 juta selama 1 tahun dengan bunga flat 1% per bulan, maka angsuran perbulan yang harus dibayarkan sebesar Rp2.240.000 sehingga dalam 1 tahun jumlah utang yang kamu harus kembalikan sebesar Rp26.880.000.

Secara cicilan bulanan jumlahnya memang besar, namun jumlah utang yang harus dikembalikan tidak terlalu besar karena hanya membayar bunga sebesar Rp2.880.000 di luar pokok pinjaman.

Sementara itu, apabila kamu ingin membayar cicilan dalam jumlah yang lebih kecil, kamu bisa mengambil tenor lebih panjang seperti 5 tahun. Dengan estimasi bunga flat 1% per bulan, maka cicilan yang harus kamu bayar hanya Rp640.000 per bulannya.

Semakin panjang masa tenor pinjaman, maka besaran cicilan juga semakin kecil. Namun, hal yang perlu kamu perhatikan adalah semakin lama tenor pinjaman, maka total pinjaman beserta bunga yang harus dikembalikan semakin besar.

Dengan estimasi pinjaman sebesar Rp24 juta dengan bunga flat 1% selama 5 tahun atau 60 bulan dengan cicilan Rp640.000, maka total pinjaman yang harus dikembalikan menjadi Rp38.400.000. Dengan jumlah ini, berarti bunga yang harus dibayar sebesar Rp14.400.000.

Namun, pinjaman jangka panjang ini bisa jadi menguntungkan apabila peminjam hanya memiliki kemampuan mengangsur terbatas. Misal hanya Rp500 ribu setiap bulannya.

Dengan kemampuan angsuran Rp500 ribu tersebut, apabila dipakai untuk mengambil pinjaman dengan tenor 1 tahun dengan bunga flat 1%, maka dana pinjaman yang bisa diperoleh hanya Rp5 juta saja.

Akan tetapi, kalau kamu mengambil pinjaman selama 10 tahun bunga flat 1% per bulan dengan kemampuan cicilan Rp500 ribu per bulan, maka kamu bisa memperoleh dana pinjaman mencapai Rp25 juta.

(Baca Juga: Definisi Impulsive Buying yang Harus Diwaspadai)

Walau begitu, jumlah pinjaman yang harus dikembalikan apabila mengambil cicilan selama 10 tahun jelas jauh lebih besar. Karena besarnya bunga yang harus dibayar mencapai 120% dari total pinjaman.

Meski begitu, bila dihitung berdasarkan inflasi yang terus meningkat setiap tahunnya sehingga nilai uang menjadi lebih kecil, maka cicilan Rp500 ribu per bulan yang harus dibayarkan pada awal pinjaman memang terlihat besar.

Tapi, setelah beberapa tahun pinjaman berjalan, nilai Rp500 ribu akan mengecil seiring dengan potensi kenaikan penghasilan dan juga kenaikan harga-harga karena inflasi.

Opsi tenor pinjaman tentu akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan nasabah dalam membayar cicilan bulanan.

Lakukan penghitungan dengan cermat

Berdasarkan plus minus dari tenor panjang pada utang, kamu bisa melakukan penghitungan dan mengukur kemampuan diri mana yang paling sesuai untuk kamu ambil.

Mengambil utang jangka panjang sebagaimana dijelaskan di atas memang memiliki kelebihan jumlah cicilan yang harus dibayar per bulan lebih kecil, namun bunga yang harus ditanggung lebih besar. Selain itu, tidak setiap pinjaman menawarkan tenor pinjaman jangka panjang.

Biasanya tenor yang ditawarkan hanya selama 3 tahun atau 36 bulan. Sedangkan tenor jangka panjang ditawarkan hanya untuk nasabah prioritas saja, atau nasabah yang tempat kerjanya sudah menjalin kerja sama dengan bank tempat pengajuan pinjaman.

Oleh karena itu, perhatikan dengan baik jenis pinjaman yang ingin diambil, termasuk tenor pembayaran dan bunga yang dibebankan, ada atau tidaknya agunan yang harus menjadi jaminan, serta biaya-biaya lain yang mungkin timbul dari pinjaman tersebut.

Jangan sampai salah melakukan penghitungan karena bisa menyebabkan gagal bayar. Sehingga kredit menjadi macet dan nama kamu dalam catatan kredit di Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan menjadi buruk. Sehingga sulit untuk mengajukan pinjaman kembali di kemudian hari saat membutuhkan.

Dalam melakukan penghitungan tersebut, kamu bisa membandingkan satu jenis kredit di suatu bank dengan jenis kredit lainnya. Setiap jenis kredit memiliki ketentuan tenor, bunga, ataupun kewajiban agunan yang berbeda-beda.

Setelah melakukan perbandingan, cari jenis pinjaman yang paling sesuai. Sehingga bisa membantu menyelesaikan masalah keuangan dengan penghitungan yang cermat.