Para Kartini Muda, Yuk Belajar Belanja Hemat Ala Ibu Kita Saat Zaman Dulu

7 Pasar Terbesar di Indonesia yang Paling Populer dan Legendaris

Ibu-ibu generasi terdahulu punya perbedaan mencolok dengan para ibu generasi sekarang.

Para mamah muda sekarang banyak yang fokus bekerja atau berbisnis, sehingga untuk urusan rumah tangga dan mengurus anak kerap  melimpahkannya kepada pihak lain. Sementara ibu-ibu zaman dahulu biasanya lebih banyak waktu untuk mengurus rumah.

Perbedaan mendasar tersebut otomatis menimbulkan berbagai perbedaan dalam hal finansial pula. Coba cek gaya belanja ibu zaman dulu, kamu mungkin akan melihat kebiasaan-kebiasaan ini melekat pada ibu atau nenek kamu. Kamu bisa menirunya jika ingin lebih hemat.

Tak Sungkan Blusukan di Pasar Tradisional

Ibu atau nenekmu hampir setiap hari selalu memasak untuk kebutuhan seluruh rumah bukan? Untuk belanja, mereka tak sungkan dengan kondisi becek di pasar tradisional.

Berkeliling pasar demi mendapatkan sayuran, daging, ikan, atau buah-buahan segar dan murah. Atau mencari kebutuhan lainnya. Meski ada supermarket, mereka tetap setia dengan pasar tradisional.

Saat ke supermarket, kamu harus mengeluarkan biaya ekstra untuk parkir jika membawa kendaraan sendiri. Belum lagi harga yang lebih mahal.

Sementara pasar tradisional biasanya berlokasi dekat dengan pemukiman sehingga ibu dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki. Super hemat bukan?

(Baca Juga: Hari Kartini, Perayaan Semata Atau Semangat?)

Lebih Sering Belanja Bahan Makanan Daripada Makan di Restoran

Karena senang ke pasar tradisional dan memasak, otomatis ibu-ibu zaman dulu jarang membeli makanan di luar atau pergi ke restoran. Bagaimana dengan kamu? Makan di restoran mungkin hal biasa bagi mamah-mamah muda zaman sekarang.

Selalu Menawar

Ibu atau nenekmu pasti senang belanja di tempat yang bisa ditawar harganya. Bahkan, pedagang baju seperti di Pasar Tanah Abang, biasanya memberikan diskon jika ada yang membeli barang minimal 3 pcs.

Nah, selain senang menawar, ibu atau nenek kamu kerap senang berbelanja dengan mengajak teman atau anggota keluarga lain, tujuannya agar bisa mendapatkan diskon belanja karena membeli barang lebih banyak.

Senang Belanja Emas Perhiasan

Ibu-ibu zaman dahulu senang membeli emas setiap mendapatkan uang dari suaminya. Penghasilan suaminya tak seluruhnya digunakan untuk belanja kebutuhan rumah tangga. Biasanya, mereka memanfaatkan emas sebagai semacam dana darurat.

Saat kondisi keuangan keluarga sedang mepet, mereka akan menjual atau menggadaikan emas sehingga tak merepotkan orang lain. Emas juga pada dasarnya dapat dijadikan sebagai sarana investasi.

(Baca Juga: Pekan ASI Sedunia, Ini Fakta Menarik Seputar Menyusui)

Selalu Bawa Keranjang Belanja dari Rumah

Dahulu para ibu selalu membawa keranjang belanja saat ke pasar tradisional, kebiasaan ini tentu menghemat penggunaan kantong plastik dan ramah lingkungan.

Saat ini pasar swalayan menerapkan biaya untuk penggunaan kantong plastik. Beritasatu.com pernah memberitakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menganjurkan kepada warganya untuk membawa keranjang sendiri dari rumah jika berbelanja, mengingat untuk Surabaya, harga kantong plastik sudah ditetapkan sebesar Rp200.