Persiapan Finansial Ketika Memiliki Anak Pertama

10 Rekomendasi Buku Cerita Terbaik untuk Anak Berbahasa Indonesia dan Inggris

Bagi kebanyakan pasangan muda, penyesuaian diri dengan bayi pertama berarti mengurangi tidur jadi tiga jam sehari dan mencari detergen yang paling tepat untuk membersihkan noda muntahan si kecil. Masalah keuangan biasanya diabaikan sementara waktu, padahal penundaan ini justru bisa mengarah pada persoalan yang lebih besar ketika sang anak mulai tumbuh dewasa.

Akhirnya, kebanyakan pasangan muda ini kebingungan untuk membiayai uang sekolah dan pendidikan tambahan-seperti les dan bimbingan belaja yang dibutuhkan sang anak dalam mengejar impiannya.

Untuk meminimalkan risiko itu, di bawah ini kami menyajikan beberapa cara yang dapat Anda lakukan agar sang buah hati memiliki kehidupan yang terjamin secara finansial:

1. Lebihkan nilai proteksi diri dan pasangan

Selain bermanfaat bagi diri sendiri dan pasangan, proteksi dengan pembelian asuransi jiwa juga memberikan perlindungan kepada sang buah hati. Oleh karena itu, coba hitung pula secara rinci kebutuhan dananya secara tepat, sehingga Anda tidak membeli produk asuransi dengan premi yang terlalu rendah atau kelewat mahal. 

(Baca: 5 Cara Atur Keuangan Setelah Menikah)

Dikutip dari artikel Kesalahan Ketika Membeli Asuransi yang dimuat secara online oleh Kompas, banyakan orang yang masih belum mengerti dengan baik tentang produk asuransinya, termasuk di dalamnya soal uang pertanggungan. 

Misalnya, sebagian orang puas membeli asuransi dengan uang pertanggungan sebesar Rp250 juta, namun mereka lupa untuk menghitung kebutuhan hari-hari keluarga dan jangka panjang sang anak. Bayangkan jika pencari nafkah meninggal dan keluarga hanya mendapatkan uang pertanggungan sebesar Rp 250 juta, padahal pengeluaran per bulan sebesar Rp 10 juta. Uang itu hanya cukup untuk bertahan hidup selama dua tahun. 

Berdasarkan survei pada tahun 2011, nilai pertanggungan asuransi jiwa di Indonesia hanya sekitar Rp78 juta per polis per tahun. Padahal, kebutuhannya mencapai 10 kali lipatnya. Selisih uang pertanggungan dengan kebutuhan yang ada di Indonesia cukup besar. Dengan kata lain, data ini menunjukkan bahwa sebenarnya sebagian pemegang polis asuransi jiwa di Indonesia mengalami underinsurance.

2. Lindungi diri dari kecelakaan

Berbeda dengan perlindungan jiwa dan kesehatan, asuransi kecelakaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek ketika dalam masa pemulihan. Dengan demikian, Anda tidak perlu resah akibat tidak bisa bekerja.

Dikutip dari artikel Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga yang dimuat secara online oleh Badan Intelijen Negara, pada tahun 2011 kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis/TBC. 

(Baca: Beda Pria dan Wanita dalam Membayar Asuransi)

Data WHO tersebut menyebutkan, sebanyak 67 persen korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif , yakni 22-50 tahun. Terdapat sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan raya, dengan rata-rata angka kematian 1.000 anak-anak dan remaja setiap harinya. Bahkan, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak-anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun.

Dengan melihat data ini, tentu semakin terasa kebutuhan untuk memiliki asuransi kecelakaan. Namun sama seperti proteksi jiwa di atas, jangan lupa untuk menghitung nilai pertanggungan yang wajar agar Anda dapat terlindungi dengan baik.

3. Siapkan dana pendidikan

Walaupun bisa dimulai dari semenjak anak duduk di bangku sekolah, namun waktu yang paling tepat untuk menabung dana pendidikan tinggi untuk si buah hati adalah saat masih bayi. Harapannya, sang anak dapat memiliki banyak pilihan perguruan tinggi tanpa terkait permasalahan dana ketika akan masuk ke bangku kuliah. 

Untuk mempersiapkan dana yang satu ini, Anda bisa membuat rekening untuk deposito berjangka atau membeli produk asuransi pendidikan. Deposito berjangka cocok bagi pasangan muda dengan penghasilan yang besarannya tidak tentu setiap bulannya, sedangkan asuransi pendidikan lebih tepat bagi para orang tua yang memiliki penghasilan tetap. Cara mana pun yang dipilih, cobalah untuk konsisten menjalankannya.

4. Ikuti program pensiun

Meskipun masih tergolong muda, tapi tentu Anda dan pasangan tidak ingin menyusahkan anak ketika mereka sudah beranjak dewasa, terutama ketika sang anak juga sudah memiliki pasangan. Selain itu, manfaat tambahan yang bisa didapatkan dari program pensiun adalah perlindungan jika mengalami cacat atau meninggal dunia sebelum masa pensiun tiba.

Secara umum, ketika kita bermaksud untuk mempersiapkan kesinambungan penghasilan di hari tua, kita sebenarnya berkejaran dengan waktu. Semakin dini kita mempersiapkannya, akan semakin ringan biaya yang harus kita keluarkan setiap tahun atau bulan. Semakin panjang masa iuran kita, semakin besar pula akumulasi dana yang dapat kita kumpulkan untuk hari tua kita.

5. Berhematlah dalam jangka pendek

Sebagian orang tua mungkin “tergoda” dalam membeli berbagai barang unik seperti pakaian yang lucu atau mainan yang menarik untuk sang buah hati. Namun, coba Anda renungkan kembali sampai sejauh mana pakaian atau mainan tersebut dalam bermanfaat bagi anak.

Dengan melakukan penghematan jangka pendek seperti membeli pakaian pada jumlah yang cukup pada harga yang normal, Anda sebenarnya juga sudah menabung bagi keperluan jangka panjang dan menengah anak. Selain itu, anak yang sedang dalam masa pertumbuhan juga akan terus-menerus membutuhkan pakaian baru yang sesuai dengan tubuhnya, sehingga para orang tua perlu mempersiapkan dana untuk pembelian pakaian secara terus-menerus pada masa ini.

Selain melakukan persiapan finansial di atas, para orang tua juga perlu untuk memberikan pendidikan untuk mengatur keuangan kepada sang anak sejak dini. Dengan demikian, anak dapat mengerti “dunia nyata” sejak kecil sehingga tidak kaget lagi ketika harus mengelola keuangannya sendiri.