Sering dilakukan tapi Bisa Bikin Koper Perjalanan Bermasalah

Sering dilakukan tapi Bisa Bikin Koper Perjalanan Bermasalah

Koper tidak bisa dipisahkan dari kegiatan traveling, baik traveling dalam rangka liburan atau pekerjaan.

Bagi kamu yang sering bepergian menggunakan pesawat dan membawa koper, pasti paham hal-hal yang boleh dan tidak boleh dibawa di dalam koper. Misalnya seperti membawa durian, tumbuhan, atau rokok dalam jumlah tertentu.

Jika dicurigai, petugas bandara akan memintamu membuka koper yang artinya barang-barang di dalamnya bisa berantakan setelah susah payah disusun. Risiko perjalanan bermasalah pun membayang.

Selain risiko dibongkar, koper juga berisiko hilang, tertukar, atau terlambat datang. Penyebabnya justru sepele namun sering dilakukan seperti berikut.

1. Tidak mencabut label/stiker bagasi

Setiap selesai mendaftarkan bagasi, biasanya koper akan ditempel label/stiker yang berisi informasi seperti nama maskapai, tujuan, nomor penerbangan, dan berat. Seringkali frequent traveler alias orang yang sangat sering naik pesawat lupa mencabutnya sebelum naik penerbangan lain.

Kesalahan sepele seperti ini bisa membuat kehilangan bagasi. Misalnya tanggal 15 seorang traveler berangkat ke Bali dari Jakarta. Kemudian tanggal 18 berangkat ke Medan dari Jakarta. Kebetulan jadwal keberangkatan ke Bali dan Medan di hari yang sama nyaris berdekatan.

Saat stiker lupa dilepas, bisa saja koper malah terbang ke Bali karena label bertuliskan Bali lupa dicabut sebelumnya. Padahal seharusnya koper terbang ke Medan. Meskipun penerbangan ke Bali terjadi tanggal 15, petugas bandara mungkin luput karena banyaknya bagasi.

Mengganti label bagasi ini juga pernah jadi modus sindikat pencurian bagasi di bandara. Korbannya adalah Menteri Pemuda dan Olah Raga, Roy Suryo. Saat dirinya terbang dari Jogja ke Surabaya bagasi miliknya tidak sampai pada hari itu juga. Bagasinya baru tiba keesokan harinya, namun dirinya mendapati label bagasi yang tadinya berlabel SUB untuk tujuan Surabaya sudah berganti dengan label UPG kode kota Makasar. Laptop dan handphone miliknya pun raib.

2. Tidak diberi tag nama

Coba perhatikan koper-koper yang malang melintang di conveyor belt. Mungkin akan ditemukan 2-3 koper yang tipenya sama baik dari ukuran, warna, dan bentuk. Terkadang sulit membedakan apakah koper tersebut milik kita atau bukan.

Kalau koper kita termasuk yang merek, warna, dan bentuknya pasaran, pasanglah tag nama supaya lebih mudah dibedakan.

Tag nama berisi informasi nama, alamat, email, dan nomor yang bisa dihubungi. Jika ada orang yang membawa pulang koper orang lain karena mengira itu milliknya, dia bisa menghubungi pemiliknya.

Kalaupun koper nyasar atau hilang, petugas bandara bisa langsung mengidentifikasi dan menghubungi pemilik jika menemukannya.

3. Tidak memakai cover koper

Cover koper biasanya terbuat dari plastik, kanvas, atau kain elastis. Fungsinya untuk menutupi keseluruhan koper agar koper lebih aman dan tidak mudah kotor.

Bagi pemilik koper soft case (koper berbahan kain), cover koper merupakan keharusan agar koper makin awet. Pasalnya koper soft case lebih mudah kotor. Begitu juga jika koper yang dimiliki tipe hard case (koper berbahan plastik), cover koper dapat melindungi dari lecet.

Pernah melihat bagaimana bagasi diturunkan dari pesawat? Jangan heran kalau melihat pemandangan koper dilempar dan ditumpuk petugas. Belum lagi kalau cuacanya hujan.

Jika tidak punya cover koper, biasanya bandara memiliki jasa wrapping (lilit bagasi menggunakan plastik tipis) di dekat konter check in. Kamu hanya perlu membayar Rp30.000-Rp50.000 dan koper pun terlindungi.

4. Tidak memasang gembok kombinasi dan berkualitas

Titi Yusnawati istri perwira polisi di Kalimantan Barat kehilangan tas yang berisi sejumlah perhiasan emas bernilai ratusan juta rupiah. Saat itu Titi menumpang pesawat Lion Air dari Pontianak menuju Jakarta. Sampai di Jakarta didapati kunci gembok tasnya sudah rusak dan perhiasan miliknya pun hilang. Titi lalu melapor pada kepolisian di Bandara Soekarno Hatta. Setelah diselidiki tertangkaplah empat orang petugas porter bagasi Bandara Supadio Pontianak yang melakukan pencurian. Aksi dilakukan saat memasukan bagasi ke dalam pesawat.

Dari kisah di atas, bisa ditarik pelajaran untuk tidak menaruh barang berharga seperti uang, perhiasan, dan barang elektronik di bagasi. Hal ini semestinya sudah umum diketahui.

Kedua, gunakan gembok kombinasi berkualitas. Jika perlu berukuran sedikit besar karena semakin besar gembok, semakin sulit dibongkar.

Ketiga, gunakan trik susun angka. Misalnya kunci dari gembok kombinasimu adalah 1-4-8. Setelah mengunci, susun angka berurutan seperti 1-1-1 atau 5-5-5. Jika kamu mendapati angka bergeser, misalnya menjadi 1-5-7 atau 6-5-6, kemungkinan ada yang mencoba membongkar gembokmu.

5. Tidak mengansuransikan koper

Banyak orang yang belum sadar untuk membeli asuransi perjalanan sebelum bepergian. Padahal harganya murah dan perlindungannya sangat menguntungkan.

Asuransi perjalanan bisa dibeli mulai harga Rp23 ribu-Rp60 ribu saja untuk domestik. Sedangkan untuk perjalanan internasional biasanya Rp100 ribuan.

Dengan harga murah tersebut, traveler sudah bisa mendapatkan perlindungan seperti petanggungan jika pesawat batal terbang, biaya medis jika sakit atau kecelakaan di tempat tujuan, penundaan perjalanan, perlindungan isi rumah dari kebakaran saat ditinggal berlibur, dan tentu saja ganti rugi jika kehilangan bagasi.

Nah traveler, masih ragu beli asuransi perjalanan?