5 Alasan Hidup di Kota Besar Bikin Pensiunmu Sengsara
2 menit membacaTinggal di kota besar masih jadi impian banyak orang di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah tersedianya lapangan kerja. Memang anggapan itu tidak salah karena persebaran lapangan kerja dan perputaran uang memang masih terpusat di kota saja. Kota besar memang menjanjikan kehidupan di satu sisi, sementara di sisi lain kota besar juga punya sisi negatif.
Terlebih bagi mereka yang memutuskan untuk melanjutkan hidup di kota usai pensiun. Rupanya, risiko yang mengancam justru lebih banyak dibandingkan mereka yang memutuskan pensiun di desa atau kota yang lebih kecil. Berikut ini 5 alasan hidup di kota besar akan membuat hidupmu sengsara di masa pensiun:
Polusi tinggi
Berdasarkan riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan seperti dikutip CekAja dari Detik.com, kadar polusi beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Depok, Bogor dan Tanggerang sudah mencapai taraf berbahaya.
Ini terbukti dari jejak polutan di 200 sampel penduduk di wilayah tersebut. Polusi yang ditimbulkan oleh asap pabrik hingga kendaraan bermotor tersebut dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti sakit tenggorokan, batuk, iritasi mata hingga sakit kepala.
(Baca juga: Cara Membuat Laporan Arus Kas Keuangan Pribadi)
Warga kota lebih mudah stres
Survei berjudul Jakarta Professional Health Index yang dirilis tahun 2015 mengungkap, penyebab stres terbesar bagi warga Jakarta adalah kemacetan. Survei yang dikutip CekAja dari CNN ini membuktikan, masyarakat yang tinggal di kota besar yang identik dengan kemacetan seperti Jakarta akan lebih rentan pada stres dibandingkan mereka yang tinggal di tempat yang tidak mengalami kemacetan.
Yang mengejutkan, masyarakat yang tinggal dekat dengan kemacetan rentan mengidap penyakit berbahaya seperti kanker usus besar (kanker kolorektal). Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia Ari Fachrial Syam seperti dikutip dari Metro TV News mengatakan, salah satu penyebab kanker usus adalah tekanan hidup di perkotaan yang semakin tinggi. “Stres bisa berdampak pada masalah masalah susah buang air besar (sembelit). Bila dibiarkan risiko terjadinya kanker kolorektal bakal semakin tinggi,” sebutnya.
Makanan tidak sehat
Makanan di kota besar juga cenderung tidah sehat bahkan terkontaminasi zat berbahaya. Contohnya bila kamu tinggal di Jakarta, memakan seafood seperti kerang atau udang laut justru berbahaya bagi kesehatan.
Seperti dikuti CekAja dari Tempo, Sejak tahun 1979, para peneliti di Batan Atom Nasional (Batan) telah mendapati kandungan logam berat dalam air Teluk Jakarta sudah tinggi. Bahkan di beberapa lokasi, seperti Muara Angke, kadar zat berbahaya itu cenderung meningkat.
Jika hewan laut yang disantap sudah tercemar zat berbahaya, maka orang yang mengkonsumsi rentan terkena penyakit berbahaya seperti ginjal bahkan mempengaruhi kesehatan janin pada ibu mengandung.
Lebih konsumtif
Menurut survei yang dilakukan Manulife Investor Sentimen Indeks yang dilakukan pada akhir 2015, terungkap bahwa masyarakat kota-kota besar di Indonesia cenderung hidup lebih konsumtif. Dari survei yang dikutip CekAja dari Republika itu disebutkan Surabaya menjadi kota di mana warganya paling konsumtif. Di kota pahlawan warga menghabiskan 75% dari pendapatan Untuk konsumsi. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan Jakarta yang mencapai 65% dan Medan sebesar 63%.
(Baca juga: 10 Tip Sederhana Siapkan Tabungan Pendidikan Anak)
Waktu terbuang
Warga di kota besar tinggal semakin jauh dari tempat mereka beraktivitas. Hal ini disebabkan keterbatasan lahan perumahan di pusat kota. Selain itu harga tanah yang terus meroket membuat warga memilih tinggal di pinggiran kota yang relatif lebih murah.
Akhirnya, waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas semakin panjang. Bahkan banyak warga yang lebih banyak menghabiskan waktunya di jalanan karena jauhnya jarak dan lalu lintas yang macet.