5 Fintech Online P2P Lending yang Bergerak di Sektor Pertanian
3 menit membacaDi zaman yang serba canggih seperti sekarang ini, hal apapun sudah semakin mudah untuk dilakukan. Termasuk investasi online peer to peer (P2P) lending alias investasi yang mempertemukan si pemberi pinjaman atau investor dengan pihak yang memerlukan pinjaman.
Beberapa tahun terakhir ini mungkin pamor P2P lending semakin terus mengemuka seiring banyaknya startup fintech yang banyak terjun di platform ini. Salah satu sektor yang bergerak di P2P lending adalah pertanian, di mana cukup banyak startup fintech yang membuat platform ini.
Kehadiran fintech P2P lending yang bergerak sektor pertanian tampaknya sangat membantu para petani yang selama ini kesulitan akses permodalan. Tak hanya mereka, masyarakat atau investor juga sangat diuntungkan karena diberi kesempatan untuk terlibat dalam proyek pertanian. Nah, berikut adalah beberapa platform fintech P2P lending yang bergerak di sektor pertanian. Yuk simak!
1. Crowde
Platform ini lahir pada 2015 lalu dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. Crowde menghimpun dana dari masyarakat sebagai modal kerja petani. Hasil proyek petani tersebut nantinya akan dikembalikan kepada masyarakat bersama imbal hasilnya yang telah meminjamkan modalnya.
Ada banyak proyek pertanian di mana kamu bisa terlibat di dalamnya untuk jangka waktu tertentu. Tak hanya proyek berkebun atau berternak, kamu juga sebagai investor terlibat dalam supply hingga distribusi hasil kerja petani.
Sederhananya, kamu sebagai investor menyetor sejumlah uang minimal Rp10 juta kepada Crowde dan uang tersebut nantinya akan digunakan untuk mengerjakan proyek pertanian mulai dari sayuran, buah-buahan hingga produk peternakan. Nanti akan ada bagi hasil antara kamu, petani dan pihak Crowde dari proyek yang kamu modali.
(Baca juga: Fintech Mulai Rambah Pasar Modal!)
2. Tanifund
Platform satu ini merupakan anak usaha dari TaniHub, sebuah marketplace produk pertanian. Cara kerja TaniHub adalah menampung hasil budi daya para petani untuk didistribusikan kepada konsumen sehingga memutus mata rantai para tengkulak.
Sementara TaniFund dibangun untuk memberikan pembiayaan terhadap para petani yang berasal dari masyarakat atau investor. Kamu bisa menjadi salah satu investor yang dananya akan digunakan untuk proyek budi daya mulai dari sayuran, buah-buahan, umbi-umbian hingga perikanan.
Para investor akan mendapat informasi perkembangan terbaru dari kebun atau lahan yang sedang dikerjakan para petani mitra TaniFund. Begitu juga dengan keuntungan yang nantinya para investor akan memperoleh imbal hasil yang telah disepakati.
3. Vestifarm
Mulai berdiri pada 2017, platform investasi online di bidang pertanian satu ini sudah mengumpulkan dana masyarakat atau dari para investor hingga lebih dari Rp21 miliar. Vestifarm mengajak para investor sama-sama membantu petani mengerjakan proyek budi daya mulai dari padi, bawang, udang hingga penggemukan sapi potong. Hingga saat ini sudah lebih dari 350 kalangan petani, peternak, dan penambak di seluruh Indonesia telah memperoleh pembiayaan melalui Vestifarm.
Kalau kamu tertarik menjadi salah satu investor untuk menggandakan uang, kamu bisa langsung terlibat menjadi salah satu pemodal di Vestifarm. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 1.710 investor yang terlibat dalam proyek pertanian yang dikelola Vestfarm. Imbal hasil yang bisa kamu terima bisa sampai 18 persen.
4. iGrow
Beralamat kantor di Depok, iGrow sebagai salah satu platform pembiayaan pertanian hingga saat ini telah lebih mengumpulkan sekitar 3.000 investor, 1.200 petani, dan 800 hektare lahan pertanian bersama mitra petani.
iGrow mengajak kamu yang gak punya kemampuan bertani dan lahan pertanian tetapi ingin terlibat dalam proyek pertanian, begitu juga bagi para petani yang punya kemampuan dan lahan tetapi gak punya modal untuk mengembangkan dan membudidayakan lahannya. Maka, di sinilah keduanya bisa saling melengkapi satu sama lain.
Beberapa proyek yang tengah dikerjakan iGrow bersama mitra petani antara lain pengerjaan kampung teknologi perikanan ikan patin, ayam petelur, budi daya komoditas jagung, hingga budi daya tebu. Semua pengerjaan proyek ini membutuhkan permodalan dari para investor yang hasilnya akan dibagi sesuai kesepakatan.
(Baca juga: Kilau Investasi Emas yang Tak Pudar Ditengah Gempuran Fintech)
5. Tanijoy
Sama seperti platform-platform sebelumnya, Tanijoy juga menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu petani membudidayakan proyek pertanian mulai dari komoditas kentang, jamur, wortel, brokoli, tomat hingga jagung. Hingga saat ini sudah lebih dari 500 hektare lahan telah dikelola, dari 1.900 petani, 35.000 pohon yang ditanam dari 112 proyek yang dijalankan.
Perbedaan Tanijoy dengan platform lainnya adalah pada skema pembiayaan. Saat ini Tanijoy melaksanakan skema bisnis secara syariah. Dengan prinsip syariah maka akan tercipta pembagian keuntungan yang adil bagi Tanijoy, Petani Mitra, Mitra Lahan, dan Investor. Tanijoy mengawasi semua proses budi daya hingga pasca panen secara langsung melalui Field Manager.
Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor pertanian, menurut Tanijoy konsep syariah dinilai lebih adil. Hal ini dikarenakan investor, petani, dan pengelola merasakan resiko yang sama. Dengan begitu semua pihak akan menanggung resiko kerugian secara seimbang sedangkan di dalam skema konvensional tidak.
Nah, itulah beberapa fintech pertanian yang telah membangun platform pembiayaan yang cukup menarik untuk menghubungkan investor dengan petani yang sama-sama menguntungkan. Apakah kamu siap menjadi salah satu investor di sektor pertanian di atas?