Begini Bentuk Makanan dan Pola Konsumsi di Tahun 2038

Pemeran Ross dalam film Titanic Kate Winslet pernah mengungkapkan bahwa kepribadian manusia dibentuk dari hal baik dan juga hal buruk, namun perubahan membuat manusia berkembang. Ya, perubahan diperlukan oleh setiap makhluk hidup untuk dapat menyesuaikan waktu yang juga terus berubah. Industri makanan dan pola konsumsi pun diprediksi bakal berubah di masa depan.

Dilansir dari Fastcompany, bakal ada perubahan makanan yang terjadi pada tahun 2038 mendatang. Di mana pada 20 tahun kedepan dalam imajinasi manusia kata rasa sudah tidak lagi digunakan sebagai asosiasi dari makanan.

Dalam kerangka berpikir yang disampaikan CEO dan pendiri Reimagine Food, Marius Robles, pada masa itu manusia bakal meminum anggur sintetis, memakan telur yang tidak lagi berasal dari ayam, daging merah yang bukan diambil dari tubuh hewan dan bahkan menjajal ikan panggang yang pada hidupnya dulu tidak pernah melihat laut.

Imajinasi itu sejatinya lahir dari banyaknya efek negatif yang muncul dari pola pertanian dan peternakan konvensional yang diakibatkan dari pemanasan global. Dari sinilah revolusi pangan dimulai, dimana robot dan juga laboratorium sudah berubah menjadi petani dan ladangnya.

(Baca juga: 5 Aplikasi Pangan Terpopuler di Indonesia, Sudah Coba?)

Teknologi

Nah dengan sudah masuknya teknologi di sektor pangan memungkinkan makanan yang tersaji menjadi lebih bersih dan berkelanjutan. Di sisi lain, penerapan teknologi juga berpotensi menciptakan beberapa skenario yang mengerikan.

Hal itu terlihat dari tidak adanya pilihan petani tradisional selain mengubah diri mereka sendiri, meskipun sangat sedikit yang memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan jenis pertanian baru. Sebagian besar dari petani konvensional bakal dieliminasi oleh robot.

Sayuran seperti kembang kol, kubis, dan brokoli telah mengalami lonjakan harga karena kurangnya pekerja yang tersedia untuk memanennya. Hadirnya robot mampu memotong biaya hingga 40 persen.

Pertanian di 20 tahun mendatang sebagian besar berada di tangan generasi muda, 70% di antaranya adalah lulusan perguruan tinggi dan menyebut dirinya sebagai petani-ilmuwan perkotaan.

Mereka menanam semua jenis tanaman dalam wadah yang ditempatkan di seluruh kota, menggunakan setup hidroponik yang efisien dan yang terbaru.

Selain teknologi, ladang-ladang yang tersisa untuk budidaya menjadi tempat untuk praktik pertanian regeneratif, serangkaian langkah di luar apa yang diperlukan untuk mendapatkan label organik dan yang dapat berkontribusi untuk memerangi perubahan iklim dengan mengunci karbon ke dalam tanah.

Bahkan penerapan teknologi tingkat tinggi juga digunakan untuk menelusuri jejak karbon dan limbah makanan yang dikonsumsi manusia. Disini, manusia sudah bermimpi bakal hadir organisasi yang berfokus ada perubahan iklim dan keamanan pangan.

(Baca juga: Ini 5 Bisnis Makanan Selebritis Indonesia, Cek di Sini!)

Organisasi ini menggunakan teknologi dan jejak karbon yang sedang berlangsung yang ditinggalkan oleh setiap warga negara untuk melacak semua yang dimakan dan memantau tingkat limbah makanan. Jumlah semua elemen ini menghasilkan Skor Makanan

Skor yang dihasilkan merupakan hasil analisis dari makanan yang dikonsumsi. Misalnya karbon yang dihasilkan dari konsumsi sandwich setara dengan emisi CO2 yang timbul akibat mengendarai mobil sejauh 10 mil. Teknik perhitungan tingkat tinggi yang juga memungkinkan jumlah karbon dan limbah rumah tangga tanpa perlu memeriksa tempat sampah.

Mesin tersebut hanya cukup mengetahui kebiasaan dan juga barang apa saja yang dibeli di supermarket untuk kemudian menjatuhkan denda yang signifikan ketika tingkat limbah yang tinggi terdeteksi.

Kesehatan

Hadirnya teknologi juga berhasil mengakhiri masa obesitas atau kelebihan berat badan. Caranya adalah dengan membenamkan implan nanochip setiap 6 bulan sekali di tubuh manusia yang bertujuan untuk menganalisis cara makan dan menilai menilai risiko makanan bagi kesehatan dan lingkungan.

Perusahaan asuransipun sudah mulai menawarkan kebijakan dengan premi yang bervariasi sesuai dengan kebiasaan kesehatan. Berkat implan tersebut, perusahaan dapat melacak hampir semuanya secara real time.

Dapur juga telah sepenuhnya berubah. Saat itu manusia sudah memiliki bioreaktor di dapur. Yang dapat memanipulasi atau memproses makanan tetapi dapat menyiapkan hidangan atau resep apa pun. Orang-orang juga telah memiliki taman kota dirumah yang memiliki kemampuan menghasilkan makanan dengan kecepatan tinggi, 500 kali lebih cepat daripada yang tumbuh dari tanah.

Selain itu, untuk proses pengiriman makanan, manusia hanya perlu mengirim data-data makanan yang sudah disimpan dalam bentuk digital sebelumnya untuk kemudian di ekstrak menjadi makanan sungguhan sesuai dengan komposisi yang ada.

Bahkan pada tahun masa itu, setiap restoran sudah menggunakan skor makanan yang berisikan nutrisi yang dibutuhkan oleh setiap orang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Jadi manusia sudah memakan hanya apa yang dibutuhkannya saja, bukan apa yang diinginkan. Menarik bukan?