Beragam Modus Maling Modern di Era Uang Elektronik

Kemajuan teknologi finansial rupanya tidak membuat kejahatan yang berkaitan dengan keuangan berkurang. Para pelaku kejahatan justru semakin canggih. Para maling uang tersebut pun meninggalkan gaya lama seperti mencopet bahkan merampok. Kini mereka mengincar uang elektronik seperti ATM dan kartu kredit.

Tentunya kamu tidak ingin jadi salah satu korban aksi maling modern ini, kan?  Untuk lebih meningkatkan kewaspadaanmu, simak modus-modus maling modern di era uang elektronik berikut ini.

Modus ATM tersangkut

Modus ATM tersangkut sudah sering terjadi. Modus kejahatan ini bermula saat kartu ATM kamu  tersangkut. Biasanya pelaku yang berkelompok sudah berjaga-jaga di sekitar ATM. Pelaku pertama kemudian berusaha membantu mengeluarkan kartu ATM yang tersangkut. Tapi saat kartu ATM sudah berhasil ditarik, dia langsung mengganti kartu tersebut  dengan kartu ATM palsu.

Tentu saja kamu tidak bisa mengakses kartu ATM dengan PIN yang kamu ketik. Saat inilah pelaku kedua (orang yang mengantri di belakang) berusaha meyakinkanmu  untuk mengulang memasukkan PIN ATM. Sambil memperhatikan PIN yang diketik, dia mengingat angkanya  kemudian  mengirim  pesan ke pelaku pertama. Pelaku pertama inilah yang bertugas membobol uang di rekeningmu.

Tips antisipasi: Saat ATM tersangkut, jangan panik. Cari pihak keamanan tepercaya untuk membantu, bukan orang lain yang tidak kamu kenal.

(Baca juga:  Ketahui 5 Modus Kejahatan Seputar ATM Ini Agar Kamu Tidak Menjadi Korban)

Modus Call Center

Triknya hampir mirip  dengan di atas. Awalnya ATM korban tersangkut karena sudah  diganjal dengan korek api atau tusuk gigi. Bedanya, saat korban panik dan tidak menemukan petugas, korban otomatis menelepon call center yang tertera pada ATM.

Akan tetapi nomor call center tersebut sudah diganti pelaku. Caranya dengan  menempel stiker di mesin ATM untuk menutupi nomo call center yang sebenarnya. Nantinya korban yang panik menelepon ke nomor tersebut. Pada banyak kejadian, korban yang bingung kemudian dihipnotis  dan  diarahkan mentransfer uang ke rekening pelaku.

Modus lainnya,  pelaku yang menyamar sebagai  costumer service berpura pura  mendikte langkah yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan rekeningmu. Pelaku pun akan meminta nomor PIN. Begitu kamu  keluar dari gerai  ATM, pelaku langsung masuk untuk mengambil ATM yang terganjal batang korek api. Seluruh isi saldo dikuras karena sudah mengetahui nomor PIN ATM.

Tips antisipasi: Catat nomor call center bank di handphone. Nomor call center yang asli juga dapat ditemukan di belakang kartu ATM.

Modus Skimming

Modus skimming termasuk ke dalam kejahatan canggih perbankan. Dalam modus skimming ini, pelaku mencuri data rekening milik nasabah yang tertera dalam kartu ATM atau kartu kredit. Caranya dengan menempelkan alat penyadap pada mesin EDC/ATM sekaligus menempelkan sebuah kamera kecil untuk merekam gerak tangan korban. Jadi saat nasabah menggesekkan kartu, otomatis data ataupun PIN  di kartu tersebut terekam oleh pelaku.

Pelaku kemudian membuat kartu baru dengan data nasabah yang dicuri dan menggasak uangnya. Modus skimming dapat dijalankan karena adanya keteledoran korban ketika bertransaksi. Misalnya tidak memilih merchant yang aman saat bertransaksi menggunakan EDC atau tidak menutup tangan sewaktu mengetik PIN di mesin EDC.

Tips antisipasi: Sebisa mungkin gunakan ATM di tempat yang ramai dan aman. Selain itu, tutupi tangan saat mengetik PIN. Teliti juga dalam membaca nama merchant di mesin EDC.

Modus belanja online

Kamu tidak merasa belanja online, tapi tahu-tahu datang tagihan yang tidak masuk akal. Itu artinya, seseorang sudah menggunakan data kartu kreditmu seperti nomer dan PIN untuk berbelanja.

Tips antisipasi: Jangan simpan data kartu kredit di akun belanja online milikmu. Agar lebih aman, bayar dengan sistem transfer.

(Baca juga: Waspada Penipuan Kartu Kredit, Bagaimana Cara Menolak Transaksi)

Modus tawaran voucher pesawat dan hotel

Nasabah mendapat telepon dari telemarketing yang mengatasnamakan pihak VISA/Mastercard. Pelaku kemudian berpura-pura melakukan cek silang terhadap  data-data berupa nama, limit kartu kredit, dan jumlah pembelanjaan kartu kredit (mereka tidak menyasar nasabah yang sudah mencapai limit kartu kredit).

Kemudian nasabah diiming-imingi voucher diskon pesawat dan hotel yang berlaku di seluruh dunia selama 10 tahun. Untuk mendapatkan fasilitas tersebut, nasabah diminta membayar kartu keanggotaan yang bekerja sama dengan salah satu agen travel. Uang keanggotaan yang harus dibayarkan pun tidak murah. Mulai dari Rp1,9 juta sampai Rp4,9 juta   dan bisa dicicil selama setahun.

Setelah setuju, pelaku kemudian mengirimkan kurir yang membawa voucher, hadiah, dan mesin EDC. Pada modus satu ini, banyak korban  merasa terhipnotis ketika menggesek kartu kredit di mesin EDC. Mereka  baru sadar kalau sudah menjadi korban penipuan  ketika voucher yang diterima tidak memiliki barcode dan tidak diterima di hotel dan maskapai manapun. (Lebih lengkapnya baca di sini:  Waspada Penipuan Kartu Kredit, Bagaimana Cara Menolak Transaksi)

Tips antisipasi:  Jangan langsung terima tawaran promo dan diskon yang bombastis. Cari tahu dulu latar belakang perusahaan tersebut. Bila ada yang aneh, laporkan saja pada pihak keamanan.

Modus tambahan  limit  

Pelaku biasanya menelepon korban dan  mengatasnamakan diri sebagai pihak bank. Kemudian, dia menawarkan kenaikan  limit kartu kredit. Pelaku berpura-pura melakukan cek silang atas  data-data pribadi korban dengan menyebutkan nomor awal kartu kredit lalu membiarkan korban menyebut kelanjutannya. Kebanyakan korban tidak ragu menyebut PIN kartu kredit karena percaya bahwa pelaku merupakan  petugas  bank penerbit  kartu kredit.

Tips antisipasi: Jangan pernah sebutkan nomor kartu kredit dan PIN kepada siapapun. Petugas  bank sekalipun tidak diperbolehkan  meminta PIN karna sifatnya sangat privasi.

Modus menaikkan limit kartu kredit dengan kartu baru

Pelaku berkedok sebagai pegawai perusahaan kartu kredit. Saat memulai aksinya, mereka menelepon nasabah untuk menawarkan penambahan limit. Jika nasabah berhasil masuk dalam jebakan, pelaku akan mengatur pertemuan untuk mengambil KTP dan kartu kredit korban. Setelah itu, pelaku meminta korban mengisi formulir aplikasi baru. Agar nasabah tak curiga, pelaku melakukan pemotongan kartu kredit di depan nasabah. Hal ini dilakukan agar nasabah percaya, kartunya sudah tidak berfungsi lagi dan akan mendapatkan kartu baru dengan tambgahan limit.

Pada kenyataannya, kartu yang dipotong bukanlah kartu kredit asli nasabah. Pelaku melakukan semuanya secepat kilat hingga nasabah tidak sadar kartu kredit yang asli justru sudah dikantongi pelaku. Setelah itu pelaku beralasan meminjam KTP nasabah. Setelah berhasil menggondol kartu kredit berserta identitas korban, pelaku langsung melakukan transaksi menggunakan kartu kredit tersebut.

Tips antisipasi: Bank tidak akan meminta KTP nasabah, PIN kartu kredit  apalagi  mengatur  janji bertemu untuk menaikkan limit kartu kredit. Ajukan pembuatan kartu kredit di tempat terpercaya.

Phishing

Phishing merupakan penipuan yang menggunakan e-mail, instant messages, dan situs-situs palsu dengan tujuan mencuri data  pribadi dan rahasia. Terminologi ini datang dari kata bahasa Inggris “fishing (yang artinya memancing) karena prosesnya menyerupai memberikan umpan agar informasi perbankan dapat diperoleh untuk kemudian disalahgunakan.

E-mail yang dikirim guna melakukan phishing sepintas seperti dikirim dari organisasi yang sah. Namun alamat situs, atau URL, tidak sama dengan alamat organisasi yang sah. Korban kemudian diminta untuk mengklik link untuk memperbaharui informasi pribadi.

Tips antisipasi: Jika memperoleh e-mail yang mengatasnamakan organisasi atau perusahaan tertentu, langsung hubungi organisasi tersebut melalui telepon  untuk memverifikasi keabsahan informasi yang diterima. Namun, jangan gunakan nomor atau alamat yang tercantum dalam e-mail tersebut

Jangan memberikan informasi pribadi melalui e-mail dan jangan asal mengklik link. Jika kamu mengklik link tersebut, kamu berisiko mengunduh program yang dapat mengintai dan merekam informasi komputer tanpa sepengetahuanmu. Gunakan piranti anti virus termasuk filter spam serta program anti phishing yang dapat membantu mengidentifikasi ancaman serupa.

Modus menitip uang

Modus satu ini adalah penipuan di gerai ATM. Kejahatan berawal saat kamu sedang mengantri ATM, orang di belakangmu menitip uang untuk ditransfer ke sebuah rekening. Sebagai gantinya dia memberikanmu uang tunai sesuai dengan jumlah yang harus ditransfer. Padahal, uang tersebut adalah uang palsu yang sudah dipersiapkan pelaku.

Tips antisipasi: Jangan percaya pada orang asing yang menumpang transfer. Katakan secara halus kalau dia bisa ke bank untuk melakukan transfer. Jika dia memaksa, kamu bisa memanggil pihak keamanan untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Modus dokumen berharga

Apa yang akan kamu lakukan jika tiba-tiba menemukan amplop dokumen berupa surat, tanah, cek, dan surat berharga lainnya? Kurniawan seorang  warga Klaten pernah berniat memgembalikan sebuah amplop coklat di tengah jalan raya. Isinya berupa cek senilai Rp 2,8 miliar, dokumen kepemilikan usaha dari Dinas Perdagangan dan Perindutrian DKI Jakarta serta sertifikat kepemilikan tanah di  Kota Bontang.

Awalnya, Kurniawan  menghubungi Rudianto, orang yang namanya tertera sebagai pemilik dokumen.  Kebetulan dalam dokumen tertulis nomor telepon seluler. Singkat kata, sang pemilik menawarkan  imbalan uang senilai Rp 30 juta. Tentu saja Kurniawan membayangkan akan mendapat rejeki ‘nomplok’.

Namun itikad  baik ini berubah saat ia diminta menyebutkan nomer rekening berikut PIN ATM. Kurniawan mulai curiga, dan dia tetap tidak memberikan nomor rekening dan PIN ATM. Akhirnya Kurniawan bersikap tegas  dan meminta  Rudianto mengambil sendiri dokumen  miliknya.  Namun, pria yang mengaku bernama Rudianto itu malah menutup telepon.

Tips antisipasi: Jika menemukan  sesuatu yang berharga, segera berikan pada pihak yang berwajib. Jangan berikan informasi penting seperti nomor rekening apalagi PIN pada orang yang tidak kita kenal.