Ciri-ciri Resesi dan Dampaknya Bagi Masyarakat Indonesia

Sudahkah kamu mengetahui tentang ciri-ciri resesi dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia?

Ciri-ciri Resesi dan Dampaknya Bagi Masyarakat Indonesia

Di tengah pandemi seperti saat ini, patut diakui bahwa perputaran ekonomi di berbagai negara mengalami penurunan yang cukup signifikan, tak terkecuali Indonesia.

Akibatnya, resesi ekonomi pun terjadi. Seperti yang baru-baru ini diberitakan oleh berita nasional, bahwa Indonesia telah dinyatakan resmi mengalami resesi ekonomi.

(Baca Juga: 6 Tips Berhemat Jelang Resesi)

Dilansir dari situs bisnis.com, Badan Pusat Statistik (BPS RI) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 mencatatkan kontraksi atau minum 3,49 persen secara tahunan.

Dalam arti, sebanyak dua kuartal berturut-turut pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) mencatatkan pertumbuhan yang negatif.

Resesi itu sendiri dapat dikatakan merupakan sesuatu yang paling ditakutkan oleh setiap negara. Lantas, sebenarnya apa sih ciri-ciri resesi dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia?

Apa Itu Resesi?

Sebelum kita membahas tentang ciri-ciri resesi dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai arti dari resesi itu sendiri.

Dilansir dari situs bisnis.com yang mengutip dari The Economic Times, resesi adalah perlambatan atau kontraksi besar-besaran dalam kegiatan ekonomi di suatu negara.

Ketika masyarakat berbondong-bondong mulai mengurangi pengeluaran mereka, maka secara otomatis perputaran ekonomi pun akan melambat. Nah, inilah yang umumnya akan mengarah pada resesi.

Selain itu, melambatnya kegiatan ekonomi di suatu negara juga biasanya berlangsung selama beberapa kuartal, sehingga hal tersebut benar-benar menghambat pertumbuhan ekonomi.

Ciri-Ciri Resesi di Suatu Negara

Setelah mengetahui tentang arti resesi, sekarang saatnya kita mengetahui tentang ciri-ciri resesi itu sendiri. Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa ciri-ciri resesi yang umumnya terjadi pada suatu negara, yaitu adalah:

  • Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat Atau Menurun Selama dua Kuartal (Enam Bulan) Berturut-turut

Ciri-ciri resesi yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi yang lambat selama dua kuartal berturut-turut.

Perlu diketahui bahwa perkembangan ekonomi memang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan baik buruknya kondisi ekonomi di suatu negara.

Dalam arti, apabila suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang naik atau positif, maka negara tersebut dapat dipastikan memiliki kondisi ekonomi yang baik. Begitu juga sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi biasanya mengacu pada pendapatan nasional (PDB/GDP) yang merupakan jumlah total dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta ekspor yang dikurangi impor.

Nah, apabila pendapatan nasional di suatu negara ini mengalami penurunan selama enam bulan berturut-turut, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut mengalami resesi ekonomi.

  • Nilai Impor yang Lebih Tinggi Dibandingkan Nilai Ekspor

Ciri-ciri resesi selanjutnya adalah kemungkinan nilai impor yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor.

Umumnya, aktivitas impor dan ekspor perlu dilakukan oleh setiap negara guna menjalin hubungan yang baik antar negara secara internasional.

Dengan adanya aktivitas impor dan ekspor yang dilakukan bersamaan ini, kebutuhan akan suatu produk di masing-masing negara akan terpenuhi dengan baik.

Bagi negara yang merasa tidak mampu memproduksi suatu barang secara mandiri, maka mereka bisa memilih untuk melakukan impor dari negara lain.

Sementara itu, bagi negara yang justru memiliki komoditas lebih, mereka bisa melakukan ekspor ke negara lain yang membutuhkan.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa antara impor dan ekspor harus dilakukan secara seimbang, guna menjaga kestabilan ekonomi.

Lantas, apa yang terjadi apabila aktivitas impor justru lebih tinggi dibandingkan ekspor? Hal ini bisa berdampak pada defisit anggaran negara, yang membuat pendapatan nasional pun akan turut menurun. Dan dampak terburuknya adalah, negara dapat mengalami resesi ekonomi.

  • Inflasi atau Deflasi yang Tinggi

Memang sebenarnya inflasi sangatlah berguna untuk sejumlah alasan dan kepentingan tertentu.

Akan tetapi, jika terlalu tinggi dikhawatirkan justru akan mempersulit kondisi ekonomi masyarakat di masa yang akan datang.

Sebab, inflasi yang tinggi akan membuat harga produksi dan komoditas menjadi ikut mengalami kenaikan harga.

Akibatnya, masyarakat akan sulit menjangkaunya, khususnya bagi kalangan menengah ke bawah.

Tidak berhenti sampai disitu, kondisi perekonomian pun bisa semakin parah apabila kenaikan inflasi tidak disertai dengan daya beli masyarakat yang tinggi.

Selain inflasi, deflasi juga merupakan salah satu ciri-ciri resesi di suatu negara. Karena, harga komoditas yang menurun secara drastis ternyata mampu mempengaruhi tingkat pendapatan dan laba perusahaan juga.

Hingga pada akhirnya, perusahaan bisa mengalami kerugian akibat biaya produksi yang tidak tertutupi, yang disebabkan karena harga jual yang tidak ikut menurun.

  • Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi

Ciri-ciri resesi yang terakhir adalah adanya ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi.

Padahal, keseimbangan antar keduanya merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi yang baik di suatu negara.

Apabila terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi, maka hal tersebut bisa menimbulkan masalah pada berjalannya siklus ekonomi.

Ketika jumlah produksi yang tinggi tidak diikuti dengan jumlah konsumsi yang tinggi pula, maka akan terdapat penumpukan stok barang produksi.

Tetapi apabila konsumsi justru lebih tinggi dibandingkan produksi, maka kebutuhan masyarakat akan sulit untuk terpenuhi.

Akibatnya, negara tidak memiliki pilihan lain selain harus melakukan impor, demi tercapainya keseimbangan tersebut.

Namun dampaknya, keuntungan yang didapat oleh perusahaan produksi akan menurun dan melemahkan pasar modal.

Dampak Resesi Bagi Masyarakat Indonesia

Salah satu dampak terburuk dari resesi adalah, tingkat pengangguran yang kemungkinan besar akan semakin tinggi dan meluas.

Dilansir dari Accurate Digital Partner News, menurut data Kamar Dagang Indonesia (Kadin), saat ini sudah terdapat sebanyak 6,4 juta orang yang terkena dampak PHK akibat Covid-19.

Dimana, hal tersebut dapat terjadi karena permintaan masyarakat akan komoditas yang kian menurun, sehingga membuat kapasitas produksi pun turut menjadi rendah.

Tak hanya itu, beberapa perusahaan juga mulai menerapkan kegiatan Work from Home sementara beberapa bidang industri tidak dapat berjalan dan terpaksa memberhentikan seluruh aktivitas produksi.

Ketika angka pengangguran mengalami peningkatan, maka tingkat pembelian konsumen pun menjadi turun, yang bisa menyebabkan kebangkrutan terhadap sejumlah perusahaan.

Di dalam beberapa kasus resesi, banyak orang yang bisa kehilangan rumah karena tidak sanggup membayar cicilan rumah, para lulusan baru yang juga akan sulit mendapatkan pekerjaan karena banyaknya pengangguran, hingga para pekerja yang akan sulit mendapatkan peluang untuk kenaikan gaji dan promosi.

Mereka yang tetap bekerja mungkin juga bisa mengalami pemotongan gaji. Akan tetapi, dampak resesi ini juga belum tentu dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, yang membuat ketidaksetaraan menjadi meningkat.

Dikarenakan hal itu, daya beli masyarakat juga bisa menurun. Karena ada sebagian orang yang mengalami pengurangan pendapatan bulanan sementara yang lainnya justru tidak memiliki penghasilan karena terkena dampak PHK.

Melihat hal tersebut, jumlah angka kemiskinan bisa kian meningkat, yang bisa dibarengi dengan peningkatan angka kriminalitas.

Solusi Mengatasi Resesi Ekonomi

Setelah mengetahui tentang ciri-ciri resesi dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia, kita juga perlu mengetahui tentang solusi dalam mengatasi resesi ekonomi yang tengah terjadi ini.

Jika dilihat secara nasional, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan dalam mengatasi resesi ekonomi adalah dengan mengandalkan belanja pemerintah untuk mendorong aktivitas ekonomi.

Contohnya adalah dengan adanya program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang mulai diperluas, bukan hanya untuk karyawan yang memiliki BPJS Ketenagakerjaan saja, melainkan juga untuk para pekerja informal yang tidak berada di bawah korporat.

Tak hanya dari sisi pemerintah saja, kita pun, sebagai bagian dari masyarakat, juga bisa lho melakukan sejumlah cara dalam mengatasi resesi ekonomi.

Dilansir dari situs pluang.com, berikut beberapa cara mengatasi resesi ekonomi yang bisa kamu lakukan, yaitu adalah:

  • Segera Melunasi Utang

Cara pertama yang bisa kamu lakukan adalah, dengan segera melunasi utang. Khususnya di masa resesi, memiliki rencana utang dalam jangka panjang bukanlah pilihan yang bijak.

Contohnya, bagi kamu yang memiliki kartu kredit, melunasi tagihan kartu kredit justru bisa membantu dalam meningkatkan jumlah tabungan lho.

  • Tunda Pengeluaran Besar

Punya rencana untuk membeli rumah atau mobil dalam waktu dekat? Sebaiknya tahan dulu! Sebab, salah satu faktor orang bisa masuk ke dalam masa krisis ialah karena melakukan pembelian dalam jumlah besar, apalagi tepat sebelum resesi.

  • Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas di Tempat Kerja

Ketika terjadinya resesi ekonomi, maka ada kemungkinan tak sedikit perusahaan yang melakukan pengurangan jumlah pegawai.

Oleh karena itu, kamu perlu mencari cara agar perusahaan tetap mau mempertahankan kamu. Bagaimana? Yaitu dengan meningkatkan performa dan kualitas kerja.

  • Mencari Penghasilan Tambahan

Selanjutnya adalah dengan mencari penghasilan tambahan. Usahakan untuk tidak terpaku pada satu sumber penghasilan saja.

Semakin banyak kamu bisa mengumpulkan uang, maka akan semakin baik, bukan? Kamu bisa memanfaatkannya dengan mengembangkan hobi atau kemampuan terpendam.

  • Siapkan Dana Darurat

Nah, cara terakhir yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi resesi ekonomi adalah, dengan mempersiapkan dana darurat.

Kamu bisa meningkatkan intensitas menabung ataupun menambah jumlahnya. Misalkan saja, yang biasanya kamu hanya menabung Rp500 ribu per bulan, maka kamu bisa meningkatkannya menjadi Rp1 juta per bulan.

Jadi, itulah ciri-ciri resesi dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia yang perlu kamu ketahui. Tahukah kamu? Membangun bisnis kecil juga nyatanya bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan tambahan lho.

Akan tetapi, tentu yang namanya bisnis akan membutuhkan modal untuk bisa menjalankannya, bukan?

(Baca Juga: Tips Menghemat Pengeluaran di Masa Krisis Keuangan)

Nah, apabila kamu saat ini tengah berencana untuk membangun bisnis namun masih terkendala dengan modal, kamu bisa mengatasinya dengan mengajukan pinjaman modal usaha di CekAja.com.

Sebab, disini kamu bisa memilih jumlah pinjaman, cicilan, hingga tenor, yang dapat disesuaikan dengan kemampuan kamu dalam membayar.

Tak hanya itu, seluruh pengajuan yang dapat dilakukan secara online pastinya membuat kamu menjadi jauh lebih mudah dan cepat dalam hal melakukan pengajuan.

Tak perlu ke luar rumah, hanya dalam waktu beberapa hari saja dana pinjaman sudah bisa cair ke rekening pribadi.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk segera mencari penghasilan tambahan bersama pinjaman modal usaha dari CekAJa.com.