DBD Mewabah, Lakukan Upaya Pencegahan Ini

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) kian merebak, efeknya pun cukup serius. Sejak awal Januari 2019, Kementerian Kesehatan menerima laporan sebanyak 12.240 orang terjangkit virus DBD di beberapa daerah.

Angka itu meningkat signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Di ibu kota sendiri, ada sekitar 876 kasus DBD.

Penularan paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Dengan kondisi tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti memprediksi pada Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta berpotensi masuk dalam kategori waspada Kejadian Luar Biasa (KLB).

Hal itu dikarenakan Indonesia masih tergolong daerah yang hyper endemic. Ditambah, hujan dengan intensitas tinggi masih terjadi sehingga menambah risiko penyebaran penyakit DBD.

Apalagi jenis nyamuk Aedes aegypti, biang keladi dari penyebaran virus dengue lebih aktif berkembang biak di udara yang lembap.

(Baca juga: 5 Makanan Ini Ampuh Tingkatkan Daya Tahan Tubuh di Musim Hujan)

Penularan Demam Berdarah

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus khususnya betina. Mengapa “tersangkanya” lebih banyak nyamuk betina?

Sebab dari darah manusia lah, nyamuk-nyamuk itu bisa mengembangbiakkan telur yang dimiliki. Lalu ketika hendak “beraksi”, nyamuk juga akan mencari bau keringat untuk menemukan kulit yang memiliki banyak darah.

Nyamuk tersebut nantinya membawa virus setelah menggigit korban yang sudah terinfeksi dengue. Kemudian, dia menggigit lagi orang lain dan di situlah penularan terjadi.

Setelah inkubasi virus selama delapan sampai sepuluh hari, nyamuk yang terinfeksi pun mampu menjadi pembawa virus selama sisa hidupnya.

Dampak penularan virus inilah yang akhirnya membuat tubuh mengalami infeksi, serta terganggunya sistem peredaran darah manusia.

Perlu diingat bahwa nyamuk aedes aegepti berbeda dengan nyamuk yang umumnya beredar pada malam hari, si “nyonya berdengung” ini lebih sering muncul di siang bolong.

Kenali Gejalanya

Semakin dini seseorang terdeteksi demam berdarah, tentunya akan lebih baik. Dalam artian, penanganan medis bisa segera dilakukan.

Tujuannya adalah untuk menutup potensi hadirnya berbagai komplikasi seperti syok dan pendarahan yang lebih sulit dituntaskan.

Ketika sudah tertular, virus dengue akan beredar dalam darah manusia yang terinfeksi selama dua sampai tujuh hari. Di saat yang bersamaan pula, tubuh akan mengalami demam dengan jangka waktu yang sama.

Demam tersebut adalah tanda awal DBD yang patut diwaspadai. Terkadang muncul terus menerus dan naik-turun.

Adapun gejala lain demam berdarah biasanya diawali oleh nyeri otot, mual, hingga rasa ngilu di persendian. Selain itu, terdapat bintik atau ruam merah pada kulit yang sangat khas.

Diare juga bisa ditemukan pada 5-6 persen kasus demam berdarah. Hasil tes darah pengidap DBD pun umumnya akan menunjukkan trombosit yang mengalami penurunan cukup drastis. Dari level normal 150.000, menjadi 136.000 misalnya.

Trombosit atau keping sel darah merupakan salah satu komponen yang mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah. Ia akan bekerja dengan menutupi pembuluh darah yang rusak dengan membentuk benang-benang fibrin.

Saat jumlahnya menurun, maka virus dengue yang tak terbendung berarti sudah menguasai tubuh.

Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati

Semua faktor penyebab DBD sebenarnya dapat ditekan untuk mengurangi penyebaran penyakit itu ke depannya. Ingat dengan 3M? Berikut ini CekAja ingatkan upaya-upaya pencegahan DBD yang dianjurkan tersebut:

1. Menguras tempat penampungan air

Nyamuk aedes aegepti lebih suka berkembang biak di genangan atau wadah berisi air, biasanya dekat dengan tempat tinggal manusia. Oleh karenanya, kuras bak atau tempat penampungan air di rumah Anda.

Selain itu, jangan lupa juga untuk menyikatnya hingga bersih, karena telur nyamuk kerap menempel di sana.

Anda juga perlu menutup rapat penampungan air tersebut agar tidak terjangkau oleh nyamuk aedes aegepti.

2. Mendaur ulang barang bekas

Jangan biarkan barang-barang bekas tertumpuk di dalam rumah. Lebih baik dibuang, atau bila kiranya masih bisa dipakai, daur ulang saja.

Mendaur ulang barang-barang tidak terpakai dapat membantu menekan perkembangbiakan nyamuk.

3. Menaburkan bubuk larvasida

Terakhir, beli dan taburlah bubuk larvasida di tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras. Contohnya talang air, walaupun saat sedang kosong.

Perlu diketahui, telur nyamuk bisa bertahan di tempat kering dalam waktu 3-6 bulan.

Pemerintah juga menganjurkan untuk menggunakan kelambu menutup tempat tidur. Gunanya tak lain agar menghalangi nyamuk jenis apapun mendekat saat manusia tidur.

Penggunaan obat anti nyamuk pun sangat disarankan, namun sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing saja.

4. Usir Nyamuk dengan Pelihara Ikan

Secara biologis, perkembangbiakan nyamuk bisa ditekan dengan memelihara ikan. Ikan terutama jenis cupang adalah predator nyamuk beserta jentik-jentiknya.

Tak perlu membeli ikan cupang yang berharga mahal, yang terpenting masih dalam kondisi sehat.

Apalagi, ikan cupang juga memiliki daya tahan hidup cukup kuat. Sehinga makhluk yang memiliki warna dan ekor indah ini konon mampu bertahan hidup dalam air meski hanya memakan plangton ataupun jentik-jentik nyamuk.

Intinya, nyamuk amat menyukai tempat yang kotor dan lembap. Jagalah kebersihan di sekitar tempat tinggal Anda, seperti rutin membersihkan dan menyapu rumah.

Hindari pula menyimpan pakaian kotor dalam waktu lama di suatu tempat yang akan mengundang datangnya nyamuk. Selama belum ada vaksinnya, DBD akan sulit untuk dicegah kecuali dengan upaya-upaya di atas.