Geliat Bisnis Startup Indonesia, Tumbuh dan Berkembang Bersama CekAja

Apakah kamu masih ingat dengan istilah unicorn? Dalam salah satu debat calon presiden dan wakil presiden yang berlangsung belum lama ini, kata unicorn mencuat dan jadi bahan perbincangan hangat di masyarakat. Unicorn adalah salah satu istilah yang ada di bisnis startup, bisnis yang menjamur belakangan ini di Indonesia.

Unicorn merupakan istilah untuk perusahaan rintisan (startup) yang memiliki valuasi lebih dari USD1 miliar. Valuasi maksudnya adalah nilai ekonomi dari suatu bisnis. Di Asia Tenggara, terdapat tujuh startup unicorn dan empat diantaranya ada di Indonesia yaitu Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Keempat nama startup tersebut sudah sangat akrab di telingamu bukan?

Menjamurnya bisnis startup tentu tak lepas dari makin kencangnya penetrasi internet di Indonesia. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet mencapai 143 juta orang pada tahun 2017. Gak heran kan kalau bisnis yang berkaitan dengan internet maju pesat?

Perkembangan startup di Indonesia

Jumlah startup di Indonesia mencapai 992 perusahaan pada tahun 2018. Angka tersebut berdasarkan data yang termuat dalam laporan Mapping & Database Startup Indonesia 2018 yang dikeluarkan MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia) dan Teknopreneur Indonesia.

(Baca juga: Selain Unicorn, Ada 3 Istilah Unik Lain Dalam Startup)

Data juga memperlihatkan pada kurun waktu antara tahun 2013-2018, pertumbuhan startup di Indonesia sangat pesat. Terdapat setidaknya 604 startup yang berdiri di tahun tersebut atau mencapai 60,89 persen dari total jumlah startup yang ada. Sisanya berdiri sebelum tahun 2007 yaitu sebanyak 35 startup dan 172 startup pada tahun 2007-2012. Sementara sebanyak 181 startup tidak diketahui kapan berdirinya.

Startup bergerak di banyak bidang, sebanyak 352 startup adalah e-commerce. Selain itu, terdapat 53 startup di bidang financial technology (fintech), 55 di bidang game, dan 532 di bidang lainnya.

Data itu juga memperlihatkan sebaran lokasi pertumbuhan startup. Mayoritas startup berada di Jabodetabek yaitu sebanyak 522 startup atau 52,62 persen dari keseluruhan. Di daerah lain yaitu Jawa Tengah, terdapat 30 perusahaan, Daerah Istimewa Yogyakarta 54 perusahaan, Jawa Barat 44 perusahaan, Jawa Timur 113 perusahaan, Bali & NTB 32 perusahaan, Kalimantan 24 perusahaan, Sulawesi 34 perusahaan, dan Sumatera 115 perusahaan. Ada pula startup yang tidak diketahui domisilinya sebanyak 24 perusahaan.

Milenial pendiri startup

Rupanya, mayoritas pendiri startup di Indonesia adalah para milenial. Data dari Mapping & Database Startup Indonesia 2018 juga memperlihatkan sebanyak 69,20 persen founder startup adalah Generasi Y alias milenial (kelahiran 1981-1994). Sementara sebanyak 15,20 persen merupakan Generasi Z (kelahiran 1995-2010) dan Generasi X (kelahiran 1965-1980) sebanyak 15,60 persen.

Lihat saja founder keempat startup unicorn yang semuanya merupakan milenial. Founder Traveloka yaitu Ferry Unardi adalah milenial kelahiran Padang, 16 Januari 1988 yang pernah bekerja di Microsoft. Pria ini bahkan berhenti kuliah di Harvard demi mengembangkan naluri bisnisnya.  

Ada pula Achmad Zaky, kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986, yang merupakan founder Bukalapak. Bukalapak berdiri dengan tujuan memajukan UKM di Indonesia melalui internet. Namun, saat awal mendirikannya, dia sempat mengalami penolakan oleh investor atau UKM. Meski begitu, dia tak menyerah   dan kini Bukalapak telah dipercaya oleh UKM sebagai wadah untuk berdagang secara online.

Tokopedia yang juga jadi wadah UKM untuk berbisnis secara online didirikan oleh William Tanuwijaya. William adalah milenial kelahiran Pematang Siantar, 11 November 1981. Satu lagi unicorn di Indonesia yaitu Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, milenial kelahiran Singapura, 4 Juli 1984.

Sisi positif dan negatif kehadiran startup

Menjamurnya startup tentu punya sisi positif dan sisi negatif untuk masyarakat. Jangan dulu melihat orang lain deh. Kamu tanya saja pada diri sendiri, manfaat apa yang kamu rasakan dengan menjamurnya startup di Indonesia?

Ya, kehadiran startup menciptakan banyak sekali kemudahan di tengah kehidupan masyarakat. Belanja lebih mudah, mencari makanan lebih mudah, mencari layanan transportasi lebih mudah, mencari tiket perjalanan lebih mudah, mencari informasi lebih mudah, dan sederet kemudahan lainnya. Masing-masing startup menawarkan berbagai bentuk kemudahan yang berbeda.

Menjamurnya startup juga menyerap tenaga kerja yang tak sedikit.  Setidaknya dari seluruh startup yang ada, telah menyerap lebih dari 55.000 tenaga kerja. Apakah kamu termasuk pekerja di perusahaan startup?

(Baca juga: Cek Fakta Unicorn yang Bikin Geger Debat Capres)

Bukan cuma itu, menjamurnya startup juga jadi tanda adanya peluang baru untuk berwirausaha. Secara otomatis, kemunculan startup juga menambah jumlah wirausaha baru. Gak sedikit anak muda cerdas yang tertarik jadi entrepreneur dan membangun bisnis startup.

Namun, kehadiran startup juga punya sisi negatif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengkhawatirkan perkembangan startup fintech dimanfaatkan sebagai wadah melakukan pencucian uang ataupun pendanaan kegiatan terorisme. Tapi tenang aja, OJK sudah menyiapkan banyak strategi untuk mencegahnya.

Sisi negatif lain misalnya persaingan yang sangat ketat berpotensi menciptakan terjadinya bubble alias kejenuhan.

Pionir Marketplace Finansial Indonesia

Nah, buat kamu yang sedang mencari kemudahan untuk mengakses produk finansial dengan aman, nikmati layanan terbaik dari startup bidang finansial CekAja.com!

CekAja yang beroperasi di bawah bendera PT Puncak Finansial Utama merupakan anak usaha dari C88 Financial Technologies Pte. Ltd dan telah terdaftar secara resmi di OJK, Bank Indonesia, maupun Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech).

Perusahaan yang beroperasi sejak April 2014 ini merupakan marketplace finansial pertama di Indonesia yang membantu masyarakat dalam mendapatkan layanan perbankan, maupun jasa keuangan lainnya.

Adalah John Patrik (JP) Ellis dan Agatha B. Simanjuntak yang membidani lahirnya CekAja. 5 tahun lalu, masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di daerah-daerah yang tidak terjamah layanan perbankan banyak yang menyimpan uangnya di bawah tempat tidur.

Dari situ, muncullah ide dari keduanya untuk menyediakan ‘jembatan digital’ bernama CekAja yang menghubungkan masyarakat unbankable dengan bank atau lembaga keuangan.

Kehadiran CekAja disambut antusias karena dinilai sangat membantu dan memudahkan masyarakat dalam mendapatkan layanan perbankan, yang sebelumnya sangat jauh dari mereka.

Dalam usianya yang menginjak 5 tahun di bulan April ini, CekAja telah membantu lebih dari 30 juta masyarakat Indonesia mendapatkan layanan finansial yang dibutuhkannya. Siapa tahu sekarang giliran kamu menikmati kemudahan dalam mencari produk finansial melalui CekAja.