INTERVIEW Agatha Simanjuntak: Motor Utama CekAja 5 Tahun Melayani Indonesia

Digitalisasi telah memberi efek positif terhadap sejumlah industri di Indonesia. Fenomena ini akhirnya melahirkan financial technology (Fintech). Secara umum, fintech memadukan jasa keuangan dan teknologi, dimana calon nasabah bisa melakukan transaksi keuangan jarak jauh dalam hitungan detik secara online.

Hingga Januari 2018, tercatat sebanyak 135 perusahaan fintech berdiri di Indonesia dengan pertumbuhan volume bisnis hingga Rp3,5 triliun selama setahun terakhir.

Rendahnya inklusi keuangan membuat fintech digadang-gadang menjadi alternatif bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan industri finansial konvensional seperti perbankan, perusahaan asuransi, perusahaan pembiayaan dan lain-lain. Oleh karena itu, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tak ragu memberi perhatian lebih bagi perusahaan yang bergerak di bidang usaha tersebut.

PT Puncak Finansial Utama, pengelola CekAja.com merupakan salah satu fintech Indonesia terbaik yang sudah terdaftar di OJK. Berdiri sejak April 2014, perusahaan ini mengusung konsep marketplace produk keuangan. Mulai dari kartu kredit, asuransi, hingga pinjaman bisa ditemukan melalui laman resminya.

(Baca juga: INTERVIEW: Kenaikan Suku Bunga Acuan Jadi Langkah Strategis)

Ambil contoh ketika ingin mengajukan kartu kredit. Prosesnya sesederhana memasukkan data finansial pribadi, lalu sistem akan memperlihatkan kartu kredit mana yang cocok untuk calon nasabah berdasarkan data yang diberikan.

Bagaimana awal mula bisnis tersebut dirintis hingga berhasil memperoleh 30 juta lebih pelanggan? Di hari ulang tahun perusahaan yang ke-5, Agatha Simanjuntak, Presiden Direktur CekAja memaparkan kisah suksesnya membangun perusahaan pionir marketplace finansial di Indonesia.

Bisa ceritakan latar belakang terbentuknya CekAja pada April 2014?

Misi dan visi perusahaan adalah mempermudah akses finansial bagi masyarakat Indonesia. Kami ingin menjadi perusahaan yang bisa menjembatani kebutuhan produk finansial masyarakat dengan cara yang mudah, bisa diakses dari mana saja dan kapan saja secara online. Misalnya masyarakat membutuhkan kredit tanpa agunan (KTA) atau kartu kredit, bisa browsing di website kami dan mereka bisa pilih sendiri produk yang sesuai dengan kebutuhan.

Apa tantangan yang dihadapi ketika beroperasi di tahun pertama?

Saat kami memulai, Cekaja adalah salah satu fintech pertama dan menjadi financial marketplace pionir di Indonesia. Tentunya banyak tantangan yang harus kami hadapi. Salah satunya meyakinkan bank atau perusahaan asuransi untuk bekerjasama dengan kami.

Awalnya kami harus menjelaskan kalau CekAja bukan kompetitor, melainkan partner yang dapat membantu mereka untuk menjangkau lebih banyak nasabah, terutama generasi milenial yang belum memiliki produk perbankan.

Pencapaian apa saja yang menurut Anda paling berkesan selama 5 tahun CekAja berdiri?

Growth CekAja selama ini cukup signifikan. Jumlah customer kami terus meningkat. Di tahun 2017 saja, ada hampir setengah juta unique transactions di CekAja. Tahun ini revenue kami pun naik 200% dari tahun sebelumnya.

Selain itu yang menarik adalah, banyak repeat customer yang datang kembali untuk mencari produk-produk keuangan yang berbeda lewat CekAja. Artinya selain mereka semakin percaya dengan CekAja, kebutuhan produk finansial mereka pun terus bertambah, dan kami juga sangat happy dapat bertumbuh dengan mereka. But, more on that later.

 

 

Target-target apa yang ingin dicapai perusahaan dalam 5 tahun ke depan?

Kami selalu fokus untuk terus berinovasi. Dengan inovasi, kami dapat lebih memperluas akses dan mempercepat proses aplikasi dari tahap pengajuan oleh nasabah sampai mendapat persetujuan dari bank.

Proses pengajuan pun seharusnya bisa lebih transparan, sehingga akan lebih banyak masyarakat yang bisa mendapatkan produk finansial yang mereka butuhkan, terutama produk kredit atau pinjaman.

Selain itu, CekAja mempunyai tujuan untuk menjadi Finlife bukan hanya sebatas fintech, dalam 5 tahun ke depan ini. Finlife dalam pandangan saya akan terus menjadi lebih relevan bagi kita, sejalan dengan perkembangan ekonomi di Indonesia.

Dengan machine learning dan teknologi lainnya, customers bisa mendapatkan end-to-end solution yang sesuai dengan tujuan, kebutuhan, situasi, dan rencana keuangan mereka lewat CekAja.com.

Apa keuntungan yang bisa dirasakan masyarakat dengan CekAja bertransformasi jadi Finlife?

Masyarakat jadi lebih well planned dan well prepared dalam membuat perencanaan keuangan. Kita tahu kebutuhan dan goals kita terus berubah sesuai dengan bertambahnya umur, karir, ataupun situasi personal life kita.

Dengan Finlife approach, customer akan lebih mudah untuk mencari dan mengenal produk-produk finansial yang tepat dan sesuai dengan segala perkembangan di hidup mereka, seperti memilih produk apa dan kapan saat yang tepat untuk membeli asuransi, berinvestasi, atau menyimpan deposito berjangka panjang, misalnya.

Customer journey pun akan jauh lebih personalized dan customized sesuai dengan jejak dan kebutuhan finansial setiap individu. Semoga ini akan sangat membantu customer untuk lebih nyaman dan bijaksana dalam mengatur keuangan mereka.

Sebagai wanita karier, apa kiat yang bisa Anda share untuk bisa tetap menyeimbangkan tanggung jawab di perusahaan dengan keluarga?

For me it’s about quality time. Saya mempunyai dua anak berumur 5 dan 3 tahun. Mereka lagi lucu-lucunya dan sangat curious dalam semua hal termasuk menanyakan kenapa orang tua mereka selalu di kantor haha…

Oleh karena itu saya selalu ajak mereka untuk ke kantor pada setiap hari Jumat sore supaya mereka lihat sendiri apa yang saya kerjakan di kantor. Selain saya jadi bisa berbagi waktu dengan mereka, saya juga ingin menanamkan nilai-nilai kerja keras serta entrepreneurship pada mereka.

Itulah hasil wawancara dengan Presiden Direktur CekAja, Agatha Simanjuntak. Pada 30 Juli 2018 lalu, perusahaan ini berhasil mendapat pendanaan Seri C sebesar US$28 juta atau sekitar Rp403 miliar yang dipimpin oleh perusahaan credit scoring terkenal asal Inggris bernama Experian.

Semoga di ulang tahun CekAja yang ke-5, semakin banyak masyarakat Indonesia yang bisa dengan mudah mengakses layanan finansial dari industri perbankan dan jasa keuangan lainnya.