INTERVIEW: Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengajukan KPR

Membeli rumah dengan cara mengajukan KPR atau kredit pemilikan rumah sudah menjadi hal lumrah di tengah masyarakat saat ini. Dengan cara KPR, memiliki hunian akan lebih mudah dan ringan. Nah, simak wawancara CekAja.com terkait hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mengajukan KPR.

Namun, mencicil KPR tidak sama seperti barang elektronik yang prosesnya tidak terlalu ribet. Ketika mengajukan KPR, Anda harus memperhatikan beberapa hal agar semua prosesnya dilewati secara mudah dan tidak dirugikan.

Nah, kali ini CekAja mewawancarai perencana keuangan, Irshad Wicaksono Ma’ruf terkait seluk beluk KPR. Mau tahu apa saja hal-hal penting yang harus diperhatikan sebelum nyicil KPR? Yuk simak.

Biaya-biaya apa saja yang harus disiapkan ketika seseorang menyicil KPR?

Pertama adalah uang tanda jadi atau booking fee. Biasanya biaya booking fee di setiap pengembang besarannya berbeda-beda. Biasanya setelah Anda bayar booking fee, Anda akan dapat formulir pemesanan unit dan jadwal pelunasan DP.

Kedua, siapkan uang muka atau DP. Persentase DP biasanya berkisar antara 10 persen hingga 20 persen dari harga rumah. Pelunasan DP ini pastikan dilunasi setelah akad kredit anda disetujui bank.

Ketiga adalah biaya notaris. Biasanya pengembang sudah bekerjasama dengan notaris. Bersama pengembang, Anda akan menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) di depan notaris. SPJB menyatakan bahwa Anda akan melunasi uang muka setelah akad kredit disetujui bank.

Selain SPJB, sertifikat lain yang harus Anda urus dan dikenakan biaya pembuatan adalah AJB atau Akta Jual Beli, balik nama sertifikat, dan biaya pengikatan akad kredit. Besaran nominalnya tergantung dari masing-masing kantor notaris.

Ada biaya lain lagi yang perlu diperhatikan?

Ada, yang keempat, biaya yang harus disiapkan adalah pajak penjualan dan pembelian. Pajak penjualan atau dikenal dengan Pajak Penghasilan (PPH) besarannya 5% dari harga jual rumah dan dibayarkan oleh orang atau perusahaan pengembang.

Lalu ada pajak pembelian atau dikenal dengan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB). Besaran BPHTB adalah 5% x (Harga Jual – Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak). Besaran Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak tergantung kota dan wilayah.

Kelima yaitu biaya provisi. Biasanya besaran biaya provisi 1% dari total pinjaman KPR dan dibayar 1 kali saat pengajuan. Biaya ini harus dilunasi sebelum akad kredit dilangsungkan. Ada juga bank yang memotong biaya provisi dari jumlah kredit yang diterima. Dengan kata lain, biaya provisi ini sebagai biaya admin pengrusan KPR.

Keenam, siapkan biaya asuransi jiwa dan properti. Untuk asuransi jiwa, bank biasanya akan memitigasi risiko kredit macet jika terjadi risiko. Misalnya mencari tahu siapa yang akan melunasi cicilan kredit jika kreditur meninggal, sedangkan ahli waris belum cukup umur atau tidak bekerja atau tidak mampu melunasi cicilan.

Bagaimana dengan asuransi untuk properti?

Biasanya bank menawarkan KPR bersama dengan premi asuransi jiwa. Dengan solusi ini maka tidak membebani ahli waris kreditur nanti bila terjadi risiko meninggal.

Nah, besaran premi asuransi jiwa ini tergantung usia, kesehatan, riwayat kesehatan hingga kebiasaan gaya hidup Anda, misal merokok atau minum alkohol. Semakin berisiko maka akan semakin mahal biaya premi asuransi jiwanya.

Sementara untuk asuransi properti, asuransi ini berfungsi untuk melindungi kerusakaan rumah tersebut dari bencana alam, kebakaran, dan lain-lain. Preminya tergantung paket yang diambil misal hanya karena kebakaran saja atau paket komplit.

Banner KTA CekAja

Bagaimana trik agar orang berpenghasilan UMR juga bisa ambil KPR?

Orang berpenghasilan UMR tentu bisa ambil KPR. Cara pertamanya adalah hitung kemampuan terlebih dahulu, penghasilan atau gaji dikurangi biaya hidup. Kalau penghasilannya tidak ada sisa, coba lakukan apakah ada yang bisa dihemat dari biaya hidup, misal kurangi nongkrong di kafe, mall, dan lain-lain.

Kemudian cek apakah ada penghasilan tambahan seperti bonus, lemburan dan tambahan lainnya. Bisa juga mencari sumber penghasilan tambahan lainnya, misal jualan online hingga freelance tambahan. Cara lainnya pilih tenor paling panjang sehingga cicilan bulanannya ringan.

(Baca juga: Beli Rumah Tanpa Riba, Pilih dengan KPR Syariah atau Developer Syariah?)

Bagaimana memilih pengembang yang baik untuk KPR?

Ada beberapa langkah untuk memilih developer yang memiliki reputasi baik dan terpercaya, salah satunya bisa dilihat dan dicek proyek-proyek mereka sebelumnya. Misal, biasanya mereka memiliki rumah contoh untuk melihat kualitas bangunannya.

Cari tahu juga fasilitas apa saja yang disediakan pengembang. Cari info juga tentang status lahannya dan pastikan lahan yang dibangun oleh pengembang tidak bermasalah. Kemudian, tanyakan kepada pengembang kepastian serah terima perumahan kepada calon konsumen.

Selain itu, pilih pengembang atau developer yang banyak bekerja sama dengan banyak bank. Ini salah satu indikator developer tersebut memiliki reputasi baik. Karena, bank tidak sembarang kerjasama, bank menganalisa kualitas bangunan, keuangan perusahaan pengembang, komitmen menyelesaikan sertifikat dan lain-lain.

(Baca juga: Kiat Mengumpulkan Uang Muka KPR Rumah Seharga Rp350 Juta)

Bank seperti apa yang menguntungkan untuk KPR?

Pilihlah bank dengan reputasi baik, bunga rendah dan yang terpenting pilih KPR yang sesuai kemampuan pribadi.

Bagaimana membagi pos-pos pengeluaran ketika seseorang mengambil KPR?

Pertama, buatlah pos terpisah untuk cicilan KPR dan prioritaskan setelah menerima penghasilan atau gaji. Ini dilakukan untuk menghindari dana cicilan KPR terpakai untuk hal lain. Kedua, cadangkan dana darurat misal untuk perbaikan atap bocor dan hal mendesak lainnya.

Ketiga, cek kenaikan pajak properti. Buatlah pos untuk pajak properti dan kenaikannya. Kemudian, siapkan dana untuk antisipasi kenaikan bunga KPR. Ketauilah kenaikan ini sejak dini, tanyakan aturan semua hal tentang KPR kepada bank terkait agar mudah dalam mempersiapkan.

(Baca juga: Kredit Rumah dengan Take Over KPR? Simak Kiatnya!

Bagaimana tips jika seseorang sedang memiliki cicilan kendaraan tapi juga ingin ambil KPR?

Pastinya sesuaikan dengan kemampuan. Dan juga biasanya bank akan melihat kemampuan kreditur dalam mencicil. Jadi, biasanya bank punya standar analisa antara 30 persen sampai 40 persen dari total penghasilan krediturnya sehingga permohonan kreditnya diterima.

Kalau cicilan kendaraannya saja sudah 30 persen bahkan lebih, maka sebaiknya lunasi dulu cicilan kendaraannya. Sembari melunasi cicilan kendaraan, cari penghasilan tambahan lain untuk ditabung atau investasi untuk membentuk dana DP rumah serta cicilan rumah nantinya.

Apa kelebihan dan kekurangan jika seseorang membeli rumah dengan cara KPR dengan meminjam uang ke bank atau Kredit Bangun Rumah (KBR)?

Sesuai namanya, KPR adalah pembiayaan untuk membeli rumah dan KBR untuk bangun rumah. Nah, di KPR ini banyak pihak yang terlibat seperti developer, bank, notaris, pemborong, dan lainnya. Kalau dilihat dari kelebihannya, si pembeli tidak perlu ribet mencari bahan bangunan, survey lokasi, dan sebagainya. Pokoknya nasabah tahu jadi terus bayar cicilan.

Namun, dilihat kekurangannya, karena banyak pihak yang terlibat tadi, maka dari masing-masing pihak pasti ingin dapat profit. Nah jadinya harga rumah tersebut jadi tinggi.

Sementara KBR yaitu keterlibatan pembangunan rumah yakni pemeran utamanya adalah bank dan orang yang ingin bangun rumah dengan pinjam ke bank tersebut.

Nah, orang tersebut syaratnya harus punya tanah milik pribadi dengan pembuktian segala legalitasnya. Kemudian membuat blueprint serta biaya yang diperlukan bangun rumah tersebut.

Kelebihannya, karena orang tersebut yang membangun rumahnya sendiri (tanpa developer) maka dia bisa menekan biaya pembangunannya, mulai bahan, tenaga buruh dan biaya lain. Sehingga, saat meminjam dana ke bank tidak sebesar seperti KPR.

Kekurangannya, harus memiliki tanah dulu serta legalitas kepemilikannya, punya banyak waktu untuk mengurus semua hal tentang pembangunan rumah.