INTERVIEW: Kerja Keras Bank Indonesia Bangkitkan Nilai Tukar Rupiah
3 menit membacaBaru-baru ini, kondisi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berbalik arah. Rupiah menunjukkan cakarnya dengan menguat selama 2 hari di awal pekan kemarin. Pada Senin (9/7/2018), rupiah menguat terhadap dolar AS yakni berada di level Rp14.332 per 1 dolar AS. Pada hari berikutnya, Selasa (10/7/2018), rupiah kembali menguat di level Rp14.326 per 1 dolar AS.
Meskipun pada Rabu (11/7/2018) rupiah melemah di level Rp14.391 per dolar 1 AS, tetapi rupiah terus mengalami tren yang baik. Hasil ini bukan tanpa kerja keras. Bank Indonesia telah mengeluarkan berbagai cara agar rupiah tetap stabil terhadap dolar AS. Mulai dari menaikkan suku bunga BI 7-day Reserve Repo Rate hingga 1 persen hingga mengintervensi untuk memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang memadai.
Namun, bagaimanakah respon dari Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo tentang penguatan rupiah terhadap dolar AS tersebut? Nah, berikut petikan hasil wawancara dengan Gubernur BI Perry Warjiyo.
Rupiah belakangan ini menguat, bagaimana tanggapan Anda?
Alhamdulillah, kondisi pasar keuangan kita khususnya nilai tukar rupiah tambah stabil. Ini menunjukkan bahwa langkah-langkah kebijakan kita tidak hanya BI, tetapi koordinasi dengan pemerintah itu langkah-langkah yang tepat.
Kalau dari sisi BI kan sudah kita sampaikan bahwa kenaikan suku bunga BI rate kemarin memang dimaksudkan supaya pasar keuangan Indonesia itu kompetitif, khususnya pasar SBN.
Dan, Alhamdulillah dalam beberapa waktu terakhir ini terjadi arus masuk asing ke SBN dan itu menjadi satu poin positif yang memang mendorong stabilitas nilai tukar.
Apakah BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah?
Koordinasi dari BI dengan pemerintah yang sangat erat bertujuan untuk secara sinergi membuat bauran kebijakan antara kebijakan fiskal, kebijakan reformasi struktural, dan juga dukungan dari kebijakan bank sentral. Dan juga dengan OJK adalah bagaimana kita lebih mendorong ekspor, mengurangi impor, dan mendorong pariwisata, serta mendorong arus modal asing untuk pembiayaan-pembiayaan ekonomi.
Koordinasi terus dilakukan tidak hanya memperkuat dari transaksi berjalan kita, tetapi juga mendorong pertumbuhan dan itu menjadi satu poin penting.
Kami juga tegaskan untuk BI terus berada di pasar memantau pasar, menjaga stabilitas ekonomi, dan menjaga stabilitas nilai tukar dengan berbagai instrumen-instrumen yang ada dan akan terus kita optimalkan ke depan.
Bagaimana dengan pergerakan rupiah terhadap dolar AS ke depannya?
Kita lihat bahwa nilai tukar yang ada sekarang itu masih overvalue atau masih terlalu lemah kalau dibandingkan dengan fundamentalnya. Sehingga dari sisi fundamentalnya mestinya ada ruang untuk lebih apresiatif lagi. Cuma karena masalah tekanan-tekanan eksternal ini yang kemudian masih mendapat tekanan.
Akan tetapi, kami tegaskan secara relatif depresiasi nilai tukar rupiah dibanding negara lain relatif terkendali. Hingga hari ini (Rabu, 11/7/2018) pelemahan nilai tukar rupiah hanya 5,6 persen. Pelemahan ini lebih rendah dari Filipina peso, Indian Rupee. Apalagi kalau dibandingkan dengan Brazil, South Korea, Turkey itu pelemahannya jauh lebih tinggi.
Maksudnya, rupiah masih bisa menguat?
Ini yang kami tegaskan bahwa nilai tukar rupiah itu relatif terkendali. Dan kami nyatakan kembali komitmen untuk terus jaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah. Artinya sebenarnya rupiah itu masih ada potensi untuk menguat.
Ke depan, bagaimana kebijakan BI?
Tentu saja BI akan mengarah agar fokus kebijakan moneter itu untuk stabilitas ekonomi khususnya dalam jangka pendek ini stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah yang dilakukan kemarin itu sudah dilakukan secara preemptive frontloading dan a head the curve. Artinya, kami sudah memperhitungkan kenaikan Fed Fund Rate yang keempat kali.
Ke depan seperti apa tentu kami akan pantau perkembangan kondisi baik di domestik maupun internasional dan khususnya akan memperhitungkan dalam rumusan bauran kebijakan.
Intinya moneter tetap pro stability, tetapi kebijakan yang lain seperti makro prudential, pendalaman pasar keuangan sistem pembayaran dan juga ekonomi keuangan syariah itu yang pro growth. Bauran itu yang kita lakukan.
(Baca juga: Ini Pesepak Bola yang Miliki Rumah Mewah)
Termasuk juga kita sedang mempersiapkan bagaimana akselerasi pendalaman pasar keuangan bisa membantu pembiayaan kebutuhan infrastruktur oleh pemerintah. Sehingga, sebagian bisa dibiayai melalui swasta baik dalam maupun luar negeri dengan penerbitan sejumlah sekuritas maupun moda moda atau teknik-teknik model pembiayaan. Ini sedang kami siapkan termasuk yang sedang kita koordinasikan dengan pemerintah.