Memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Ini Perbedaan “Bangkit” Generasi Dulu dan Sekarang  

hari kebangkitan nasional_KTA-CekAja.com

Tanggal 20 Mei yang merupakan hari berdirinya  organisasi Boedi Oetomo diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.

Kebangkitan nasional menjadi semangat Boedi Oetomo yang merupakan organisasi bumi putra pertama dengan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Sesuatu yang tidak pernah muncul selama penjajahan.

Semangat bangkit dimulai dari sendiri. Seiring dengan berkembangnya zaman, makna dari bangkit mengalami pergeseran. Kalau dikaitkan dengan kebangkitan finansial, kita-kira apa saja perbedaan bangkit untuk generasi dulu dan sekarang?

Dulu bangkit artinya bisa baca tulis, sekarang harus melek finansial

Dulu tidak semua orang bisa merasakan bangku sekolah. Hanya anak-anak dan keturunan bangsawan saja yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Kalau dulu orang yang intelek adalah orang yang bisa baca tulis, sekarang lulusan universitas pun belum bisa dikatakan intelek kalau tak punya wawasan.  Zaman terus berubah. Selain wawasan, kamu harus juga melek finansial  di zaman sekarang.

Dulu bangkit artinya berjuang melawan penjajah, sekarang harus melek teknologi

Dulu kakek, nenek, dan uyut kita berjuang menggunakan tenaga dan pikiran melawan penjajah. Sekarang, kita berjuang meneruskan perjuangan mereka denga menjadi manusia berilmu.

Di era modern ini, penjajahan bertransformasi dalam bentuk kapitalisme dan korporatokrasi. Negara lain memegang kendali atas idustri tanah air karena memang memiliki teknologi yang lebih maju. Tugas kitalah untuk belajar dan menguasai teknologi agar tidak ketinggalan.

Dulu cukup melengkapi sandang pangan papan, sekarang gawai dan kendaraan jadi kebutuhan sekunder

Dulu, asal punya sandang, pangan, dan papan saja sudah cukup bahagia. Kebutuhan primer di era milenial tidak terbatas sandang, pangan, dan papan saja. Bahkan gawai dan kendaraan yang asalnya kebutuhan tersier sudah dianggap sebagai kebutuhan sekunder. Tak heran jika banyak orang memanfaatkan kredit kendaraan bermotor.

Dulu merdeka keuangan dengan cara nabung, sekarang investasi

Orangtua zaman dulu terkenal suka menyembunyikan uang di bawah bantal, di kaleng yang diletakkan di kolong tempat tidur, atau di dalam baju. Dengan menyimpan sebanyak mungkin, finansial pun aman.

Tapi sekarang, menabung saja tidak cukup. Nilai tabungan Rp500.000 mungkin hanya akan menjadi Rp50.000 20 tahun kemudian karena inflasi. Oleh karenanya, kita juga harus investasi agar nilai uang  yang dimiliki terus tumbuh.

Dulu cukup  asal bisa makan teratur, sekarang harus punya asuransi kesehatan

Bagi kakek dan nenek kita, asalkan bisa makan teratur saja sudah cukup. Maklum saja, saat masa penjajahan dulu untuk makan saja sudah sulit. Tapi kini makan supaya badan sehat saja belum cukup.

Untuk mengantisipasi kebangkrutan jika sakit berat, wajib memiliki asuransi kesehatan. Sehat saja tidak cukup, karena juga harus terlindungi dari risiko kesehatan.