Mengenal 15 Kesenian Tradisional Khas Sumatera Barat

Banyak sekali kesenian tradisional khas Sumatera Barat yang mungkin belum terlalu kamu ketahui. Indonesia memang dikenal sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan suku dan bangsa.

Mengenal 15 Kesenian Tradisional khas Sumatera Barat

Bagaimana tidak? Memiliki kurang lebih 34 provinsi dengan dikelilingi oleh beribu-ribu pulau, masing-masing dari provinsi memiliki bahasa daerah, makanan khas, hingga kesenian tradisional yang berbeda-beda. Maka dari itu, tak heran apabila Indonesia itu sendiri begitu erat dengan slogan Bhineka Tunggal Ika atau yang diartikan sebagai Berbeda Tapi Satu.

Nah, maka dari itu di dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang beberapa kesenian tradisional yang dimiliki oleh salah satu daerah di Indonesia, yaitu Sumatera Barat.

Penasaran? Yuk kita simak bersama-sama tentang beberapa kesenian tradisional khas Sumatera Barat, mulai dari lagu daerah, alat musik khas, hingga tarian tradisional yang mungkin banyak yang belum kamu ketahui.

Kesenian Tradisional Khas Sumatera Barat

Kesenian Tradisional Khas Sumatera Barat - Mengenal 15 Kesenian Tradisional Khas Sumatera Barat

1. Lagu Daerah

Berbicara tentang kesenian khas Sumatera Barat, maka kita tidak boleh lupa dengan berbagai lagu khas yang dimiliki oleh daerah satu ini. Mengapa? Karena lagu-lagu daerah biasanya tidak hanya diciptakan untuk didengarkan oleh masyarakat saja, melainkan juga menyiratkan makna yang cukup mendalam bagi siapapun yang mendengarkannya.

Tak hanya itu, lagu-lagu ini juga dibuat dengan menggunakan bahasa daerah yang sangat menunjukan keberagaman budaya dari musik Indonesia itu sendiri. Meski begitu, memang ada beberapa lagu daerah yang telah dimodifikasi dengan sentuhan modernisasi oleh para seniman agar dapat disesuaikan dengan masyarakat masa kini.

Namun, tentu saja hal tersebut juga tidak akan merubah esensi dari lagunya itu sendiri sehingga kita tetap bisa merasakan nuansa tradisional yang dihasilkan, sekaligus menghormati para seniman yang telah menciptakan lagu-lagu tersebut.

Gelang Sipaku Gelang

Lagu daerah yang menjadi salah satu kesenian tradisional khas Sumatera Barat yang pertama adalah lagu Gelang Sipaku Gelang yang sangat populer di kalangan anak-anak zaman dahulu dan sekarang. Bahkan, lagu satu ini juga sering diajarkan oleh para guru taman kanak-kanak kepada siswa untuk bisa memperkenalkan budaya Indonesia yang beraneka ragam.

Lagu Gelang Sipaku Gelang bercerita tentang perpisahan sehingga sering kali digunakan untuk mengajak pulang atau mengakhiri suatu acara. Tak jarang lagu ini juga digunakan sebagai pengganti lagu Sayonara.

Kampuang Nan Jauah di Mato

Bagi kamu kelahiran tahun 90 an, maka mungkin cukup familiar dengan kesenian tradisional khas Sumatera Barat satu ini. Lagu ini sempat dinyanyikan dengan begitu merdu dan nyaring oleh Chikita Meidy, seorang penyanyi anak-anak yang sangat sukses pada eranya.

Bahkan, dulu hampir setiap hari kita bisa mendengarkan dan menyanyikan lagu ini di lingkungan sekitar, baik itu bersama keluarga ataupun teman bermain, meskipun kita tidak lahir, tinggal, ataupun berasal dari suku Minang. Lagu Kampuang Nan Jauah di Mato bercerita tentang seseorang yang rindu dengan kampung halamannya ketika ia diharuskan untuk merantau ke kota atau provinsi lain untuk berbagai keperluan.

Dindin Badindin

Selanjutnya ada lagu Dindin Badindin yang sering kali digunakan sebagai iringan untuk tarian Indang. Dulu, lagu ini dijadikan sebagai sarana dakwah agama Islam dan dimainkan ketika pemuda ataupun pemudi tengah berpulang dari surau.

Namun, saat ini lagi Dindin Badindin sudah mengalami perubahan dalam liriknya. Diciptakan oleh Tiar Ramon, lagu ini juga dipopulerkan oleh Elly Kasim, seorang penyanyi yang sempat terkenal pada tahun 80 an.

Lah Laruik Sanjo

Tak hanya lagu Dindin Badindin, ternyata penyanyi Elly Kasim juga sempat mempopulerkan lagu tradisional Sumatera Barat lainnya, yaitu Lah Laruik Sanjo. Lagu yang diciptakan oleh Asbon Madjid ini bercerita tentang apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang ketika waktu senja datang.

Namun kemudian, lagu ini juga sempat dilantunkan oleh Gumarang dengan versinya sendiri. Sehingga, lagu Lah Laruik Sanjo bisa kamu dengarkan dari dua versi, yaitu versi Gumarang dan versi Elly Kasim.

Anak Daro

Lagu daerah yang terakhir akan kita bahas adalah Anak Daro yang menceritakan tentang kebahagiaan sepasang pengantin baru yang baru saja mengadakan acara pernikahan. Tidak hanya akan menempuh hidup baru bersama, mereka pun juga bahagia karena seluruh anggota keluarga dan tamu turut hadir untuk memberikan selamat.

(Baca Juga: 13 Kesenian Tradisional Nusa Tenggara Barat yang Wajib Dilestarikan)

2. Alat Musik Tradisional

Talempong - Mengenal 15 Kesenian Tradisional Khas Sumatera Barat

Nah, setelah kita membahas tentang beberapa lagu daerah yang disertai dengan aritnya, maka kesenian tradisional khas Sumatera Barat selanjutnya adalah alat musik tradisional. Tanpa alat musik, jelas lagu daerah yang dilantunkan oleh penyanyi tidak akan sempurna.

Alat musik tradisional Sumatera Barat dapat dikatakan memiliki sejarah yang cukup panjang dan begitu erat dengan nuansa religi Islam. Dimana, diawali pada era musik melayu Qasidah dan Gurindam pada tahun 635-160 ketika penyebaran agama Islam dimulai.

Alat musik Sumatera Barat sebagian besar berasal dari suku Minang yang memiliki ciri khas gayanya yang sering kali disebut dengan nama rentak Minang.

Bansi

Alat musik pertama yang masuk ke dalam salah satu kesenian tradisional khas Sumatera Barat adalah Bansi yang dimainkan dengan cara ditiup dan memiliki bentuk seperti silinder layaknya seruling.

Bansi dalam hal ini sebenarnya memiliki dua jenis, yaitu Bansi dari Sumatera Barat dan Bansi dari Aceh. Hanya saja, yang membedakan keduanya adalah Bansi dari Aceh yang memiliki ukuran lebih kecil.

Bansi terbuat dari bahan bambu talang atau bisa juga menggunakan bambu sariak yang merupakan jenis bambu kecil dan cukup tipis, yaitu sekitar 33,5 – 36 cm dengan diameter 2,5 – 3 cm. Jenis alat musik satu ini memiliki tujuh buah lubang yang masing-masing memiliki fungsinya tersendiri.

6 buah lubang sebagai pengatur nada dan 1 buah lubang udara yang digunakan sebagai tempat meniup alat musik itu sendiri agar mengeluarkan alunan indah.

Pupuik Tanduak

Alat musik tradisional dari Sumatera Barat selanjutnya adalah Pupuik Tanduak. Pupuik Tanduak itu sendiri berasal dari kata Pupuik yang berarti peluit dan Tanduak yang berarti tanduk. Maka, apabila disimpulkan maka Pupuik Tanduak merupakan salah satu alat musik tradisional peluit yang terbuat dari tanduk.

Terbuat dari tanduk kerbau, pupuik tanduak sebenarnya bukanlah sebuah alat musik yang digunakan untuk mengiringi nyanyian ataupun tarian. Karena suaranya yang memiliki nada tunggal, maka jenis alat musik satu ini biasanya digunakan sebagai penanda sholat Magrib, Isya, dan Subuh, ataupun sebagai adanya pengumuman dari pemuka kampung yang perlu didengarkan oleh para warga.

Sarunai

Sarunai atau juga sering disebut sebagai “Puput Serunai merupakan salah satu kesenian tradisional khas Sumatera Barat berupa alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini diperkirakan datang dari nama shehnai, yang merupakan alat musik dari dataran India Utara.

Namun, saat ini justru lebih dikenal sebagai alat musik tradisional masyarakat Minangkabau yang berkembang dan bisa kamu temukan di kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Lima Puluh Kota. Sementara, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat Sarunai ini adalah batang padi, kayu, bambu, tanduk kerbau, dan daun kelapa.

Memiliki panjang sekitar 20 cm, Sarunai memiliki 4 buah lubang dengan selisih 2,5 cm sebagai pengatur nada dan sering kali dimainkan pada saat acara-acara adat seperti perkawinan, batagak pangulu, saat memanen padi, hingga untuk pertunjukan pencak silat Minang.

Rabab

Rabab merupakan salah satu jenis alat musik tradisional khas Minangkabau yang sering kali digunakan pada saat penyebaran agama Islam oleh Pedagang Aceh di masa lalu. Kesenian tradisional khas Sumatera Barat satu ini tumbuh dan berkembang di kebudayaan masyarakat Minangkabau.

Namun, saat ini justru sudah mulai tersebar di beberapa daerah dengan jenisnya masing-masing. Untuk saat ini, terdapat tiga jenis rabab, yaitu rabab darek, rabab pasisia, dan rabab piaman. Rabab darek merupakan jenis rabab yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Minangkabau daerah darek yang meliputi Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota.

Sementara itu rabab pasisia merupakan jenis rabab yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau daerah Pantai Barat, terutama di Pesisir Selatan. Masyarakat yang tinggal di daerah Pesisir Selatan percaya bahwa rabab pasisia merupakan wujud eksistensi dari seni tutur kaba yang dikenal dengan nama basikambang.

Nah, terakhir ada rabab piaman yang memiliki 3 buah tali atau dawai dengan bentuk alat musik yang terbuat dari tempurung kelapa dan berfungsi sebagai resonator suara.

Talempong

Terakhir ada talempong yang merupakan jenis alat musik perkusi atau alat musik pukul khas suku Minangkabau. Talempong ini memiliki bentuk yang serupa dengan bonang dalam perangkat alat musik gamelan Jawa.

Kesenian tradisional khas Sumatera Barat ini terbuat dari bahan utama kayu yang disertai dengan batu zaman dahulu. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, talempong mulai dibuat dengan menggunakan bahan dasar logam seperti kuningan.

Terdiri dari beberapa unit dengan nada yang berbeda-beda, jenis alat musik satu ini menjadi sering digunakan sebagai pengiring dari berbagai pertunjukan tari atau penyambutan di suatu acara, seperti tari piring, tari pasambahan, dan tari gelombang.

(Baca Juga: 34 Tarian Tradisional Asal Indonesia)

3. Tarian Tradisional

Tari Piring - Mengenal 15 Kesenian Tradisional Khas Sumatera Barat

Tarian daerah memang tidak bisa luput dari perhatian ketika kita berbicara tentang kesenian tradisional khas Sumatera barat. Karena, tarian itu sendiri memang sering kali dipentaskan di berbagai acara dan tak jarang pula ada yang sudah terkenal hingga ke mancanegara, seperti tari Saman yang berasal dari Aceh.

Nah, karena sangat menarik untuk ditonton, maka tarian tradisional juga sering kali menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis-turis yang tengah berkunjung di suatu daerah di Indonesia. Lalu, kira-kira apa saja sih jenis tarian tradisional yang dimiliki oleh Sumatera Barat? Berikut beberapa diantaranya.

Tari Piring

Pertama ada tari piring yang biasanya dilakukan oleh penari dalam jumlah ganjil, antara 3 – 7 orang. Penarinya pun dicampur laki-laki dan perempuan, dan tak jarang pula dilakukan secara berpasangan.

Pada awalnya, tarian tradisional satu ini dibuat untuk mengucapkan terima kasih dari masyarakat setempat karena hasil panen yang melimpah. Ritualnya pun dilakukan dengan membawa sesajen. Namun, ketika agama Islam masuk, maka tarian yang pada awalnya untuk melakukan ritual dialihfungsikan sebagai hiburan semata.

Tari Payung

Nah, selanjutnya ada tari payung yang juga merupakan salah satu jenis kesenian tradisional khas Sumatera Barat yang cukup dikenal. Sama halnya dengan tari piring, tari payung juga dilakukan secara berpasangan, namun dengan jumlah 4 – 8 penari.

Menggunakan payung sebagai media utamanya, tarian ini juga melambangkan kasih sayang. Menurut masyarakat sekitar, payung merupakan wujud perlindungan dari hujan dan panasnya terik matahari. Sehingga, makna dari tari payung itu sendiri ialah sepasang kekasih yang sedang membina kehidupan rumah tangga.

Tari Indang

Berikutnya ada tari Indang yang mungkin sudah tidak terlalu asing di telinga kita. Tarian yang juga bisa disebut sebagai tari Badindin ini biasanya dilakukan oleh 7 penari dan dibawakan oleh pria. Namun, seiring berjalannya waktu, wanita pun juga turut melakukan tarian satu ini.

Berdasarkan sejarah awal, tarian ini dibuat untuk menyebarkan dakwah agama Islam ketika dibawah oleh Syekh Burhanudin. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini mulai turut dilakukan untuk hiburan atau seminar kebudayaan.

Tari Lilin

Sesuai dengan namanya, kesenian tradisional khas Sumatera Barat satu ini memang menggunakan lilin sebagai media utamanya. Tari lilin diambil dari cerita rakyat ketika seorang gadis ditinggal oleh tunangannya dan memutuskan untuk berdagang.

Nah, selama ditinggal itulah gadis tersebut juga kehilangan cincin pertunangan sehingga ia berusaha untuk mencarinya di tengah malam sembari membawa lilin di atas piring kecil. Akhirnya, gerakan sang gadis itulah dijadikan sebagai sebuah tarian dan lahirlah tari lilin.

Tari Pasambahan Minang

Terakhir ada tari pasambahan Minang yang bertujuan untuk menyambut tamu istimewa sebagai ucapan selamat datang sekaligus ungkapan rasa hormat untuk tamu yang diundang di dalam suatu acara pernikahan. Biasanya, sang pengantin pria akan datang ke rumah pengantin wanita, yang kemudian dilanjutkan dengan suguhan daun sirih.

Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini mulai diperagakan di dalam pentas seni dan bersifat hiburan semata. Sementara gerakan tariannya itu sendiri mencakup gerakan silat, langkah berserah, dan membungkuk.

Jadi, sekarang kamu sudah tahu kan bahwa ternyata kesenian tradisional khas Sumatera Barat sangatlah banyak dan beraneka ragam. Tentunya, kesenian yang ada jauh lebih banyak dibandingkan apa yang sudah kita bahas saat ini.

Indonesia memang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budaya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis-turis mancanegara. Maka dari itu, tak ada salahnya bagi kita untuk turut bereksplorasi mengunjungi daerah-daerah di Indonesia yang belum pernah kita kunjungi, bukan?

Setelah pandemi corona berakhir dan kehidupan masyarakat kembali seperti sedia kala, sudahkan kamu merencanakan destinasi yang tepat untuk berlibur? Nah, sembari bersiap, jangan lupa juga untuk ajukan kartu kreditmu di CekAja.com agar liburan menjadi lebih hemat dan menyenangkan.