8 Risiko Hamil di Bawah Usia 20 Tahun, Perempuan Mesti Tahu!
5 menit membacaMasih ingatkah kamu dengan film Dua Garis Biru? Di film tersebut, kita bisa tahu jika ada sederet risiko hamil di bawah usia 20 tahun bagi remaja, yang semestinya enggak dianggap sepele.
Film Dua Garis Biru Sempat Tuai Kecaman
Film Dua Garis Biru sempat membuat khalayak heboh karena tema dari film itu sendiri. Di Indonesia, perihal “seks” masih dianggap tabu bagi sebagian orang.
Sehingga, enggak sedikit bermunculan respon negatif dari beberapa kalangan atas film tersebut.
Padahal, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil melalui film yang disutradarai oleh Gina.S Noer ini, salah satunya mengenai risiko hamil di bawah usia 20 tahun.
Angka Perkawinan Dini di Indonesia Masih Tinggi
Faktanya angka perkawinan dini di Indonesia masih tercatat tinggi.
Mengutip dari laman Okezone, pada 2018 lalu, angka perkawinan anak di Tanah Air bahkan mencapai 193 ribu kasus.
Penyebabnya beragam. Ada yang dikarenakan faktor ekonomi, dan ada pula yang atas dasar suka-sama suka, di mana dua belah pihak keluarga tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Bahkan dimasa pandemi ini, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional mencatat adanya lonjakan angka pernikahan dini di Indonesia, terhitung sejak Maret hingga sekarang.
Data tersebut membuktikan bahwa, meskipun pemerintah sudah merevisi ulang peraturan mengenai batasan minimal perkawinan melalui UU Nomor 19 Tahun 2020, namun praktik perkawinan dini masih saja marak terjadi, apalagi karena faktor ekonomi.
(Baca Juga: 10 Cara Program Hamil Bayi Kembar)
Macam-macam Risiko Hamil di Bawah Usia 20 Tahun
Dari perkawinan dini tersebut, lalu muncul lah berbagai masalah, terutama yang menyangkut tentang kehamilan.
Selain mempengaruhi fisik, hamil di bawah usia 20 tahun juga ternyata mampu menyerang mental wanita yang menjalaninya.
Seperti yang dilansir dari berbagai sumber, berikut ini CekAja rangkum informasi mengenai risiko hamil di bawah usia 20 tahun khusus buat kamu.
1. Pendarahan tinggi
Risiko hamil di bawah usia 20 tahun yang pertama tentu saja ialah meningkatnya persentase pendarahan saat melahirkan.
Ketidaksiapan rahim dalam mengandung janin di usia belia, menjadi faktor utama penyebab masalah tersebut.
Pada wanita yang belum berusia di atas 20 tahun, biasanya memiliki mulut rahim yang tidak elastis.
Sehingga risiko robekan saat terpaksa dibuka lebar sewaktu melahirkan juga turut menyebabkan masalah kontraksi, yang akibatnya berujung pada risiko pendarahan.
2. Mengalami preeklamsia
Risiko hamil di bawah usia 20 tahun lainnya adalah meningkatnya masalah preeklamsia. Kondisi ini terjadi akibat adanya komplikasi.
Selain mengalami tekanan darah tinggi, preeklamsia juga seringnya muncul dengan gejala-gejala, seperti:
- Sakit kepala berat
- Nyeri di bagian perut kanan atas
- Sesak napas
- Pusing
- Lemas
- Mual dan muntah.
Apabila tidak segera ditangani, preeklamsia yang dialami oleh wanita hamil di bawah usia 20 tahun bisa berujung pada kondisi eklamsia, yang mengancam nyawa sang ibu dan janinya.
3. Risiko abortus lebih besar
Ada banyak faktor yang membuat pasangan belia menikah, salah satunya tentu karena pihak perempuan sudah “berbadan dua” alias hamil.
Nah, kehamilan di usia yang tergolong muda ini pastinya membuat si bumil tidak siap akan keadannya.
Sehingga, besar kemungkinan baginya untuk melakukan segala cara agar bisa menggugurkan janin yang ada dalam kandungannya tersebut.
Jika dilakukan tanpa pemahaman yang lebih, aborsi bukan hanya mengancam nyawa sang ibu namun juga menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi.
Terlebih jika ia mampu bertahan dalam kandungan, yang justru saat lahir bayi akan mengalami kondisi cacat bawaan.
4. Bayi lahir prematur
Pemahaman yang kurang mengenai masa kehamilan juga termasuk dalam risiko hamil di bawah usia 20 tahun.
Sehingga, besar kemungkinan bagi sang bayi untuk lahir dalam keadaan prematur.
Kondisi tersebut biasanya dialami karena alat reproduksi sang ibu yang masih kurang matang dan minimnya keperdulian untuk menjaga kehamilan.
Alhasil, kebutuhan akan gizi dan nutrisi bagi bayi masih di bawah rata-rata.
Kalaupun sang bayi bisa lahir secara prematur, namun kondisi ini sangat berisiko bagi kesehatan sang bayi.
Mulai dari mengalami gangguan pernapasa, penglihatan, hingga tumbuh kembangnya.
5. Mengalami kelainan atau cacat bawaan pada bayi
Risiko hamil di bawah usia 20 tahun berikutnya adalah bayi mengalami kelainan atau cacat bawaan.
Kurangnya pengetahuan seputar janin, membuat bumil tidak mendapat perawatan yang tepat selama masa kehamilannya.
Selain itu, sel telur pada bumil yang masih berusia 20 tahun ke bawah juga dinilai jadi salah satu faktor bayi terlahir cacat.
Sebab di usia belia, sel telur pada perempuan cenderung belum sempurna sehingga berdampak pada fisik anaknya kelak.
6. Risiko pengeroposan tulang
Saat hamil, biasanya pertumbuhan tulang pada wanita akan terhenti karena kalsium yang ada pada tubuhnya dialihkan ke janin dalam rahim.
Lalu, bagaimana dengan perempuan yang masih berusia 20 tahun ke bawah?
Di usia yang belum genap 20 tahun, kehamilan justru sangat rawan dan tidak dianjurkan.
Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan tulang dan dampaknya di masa yang akan datang bagi sang ibu.
Hamil dan melahirkan di usia belia, tentu membuat pertumbuhan tulang pada bumil terhenti, yang sebenarnya di usia tersebut mereka masih bisa mengalami pertumbuhan lebih pesat.
Terhentinya pertumbuhan tulang ini memang enggak berdampak di masa sekarang. Namun saat telah menginjak usia 50 tahun, barulah muncul masalah pengeroposan tulang.
7. Babyblues atau depresi pasca melahirkan
Walaupun bisa melewati masa kehamilan, namun belum tentu perempuan di bawah umur 20 tahun bisa melewati fase pasca melahirkan.
Malahan, setelah melahirkan ada banyak tantangan yang harus dilewati.
Bukan hanya fisik saja yang harus siap, tapi juga mental.
Kalau enggak mampu melewatinya, yang ada justru mereka bisa mengalami depresi yang seringnya kita sebut sebagai sindrom babyblues.
Sebagai informasi, babyblues adalah kondisi di mana perempuan tidak bisa mengendalikan emosinya pasca melahirkan.
Mereka bisa tiba-tiba menangis, tersinggung, dan bahkan kelelahan tanpa sebab.
8. Kanker serviks dan risiko kematian lebih besar
Terakhir, yang menjadi risiko hamil di bawah usia 20 tahun adalah meningkatnya masalah kanker serviks dan angka kematian.
Pasalnya pada usia yang terbilang muda ini, perempuan cenderung belum siap untuk menghadapi kehamilan, di mana mukosa sel serviksnya masih terbilang belum matang.
Sehingga, berbagai masalah bisa saja terjadi yang menyebabkan dia berisiko terkena kanker serviks maupun risiko terhadap kematian.
(Baca Juga: 6 Tips Melahirkan di Tengah Masa Pandemi)
Nah, itu tadi informasi mengenai risiko hamil di bawah usia 20 tahun. Kehamilan tentu saja adalah hal yang menyenangkan bagi wanita.
Untuk itu di masa tersebut, kita harus memberikan yang terbaik bagi diri sendiri maupun bayi.
Kalau urusan perlindungannya dari luar, kamu bisa melengkapi diri dengan asuransi kesehatan dari CekAja.com.
Ajukan Asuransi Kesehatan Hanya di CekAja
Kenapa mesti CekAja? Karena melalui layanan kami, risiko kesehatan maupun finansial bisa dikontrol sedari awal.
Cakupan perlindungannya yang menyeluruh dengan bantuan klaim cepat bakal memberikan kenyamanan bagi kamu yang menggunakannya.
Selain membeli asuransi, di CekAja juga kamu bisa membandingkan terlebih dulu seluruh produk asuransi kesehatan dari mitra terbaik kami.
Jadi, tunggu apalagi?
Yuk, akses laman CekAja.com sekarang juga, dan beli produk asuransi kesehatan terbaik di sini untuk menikmati seluruh manfaatnya.