Sepanjang Tahun Lalu Penjualan Ford Ngempos 1,3%

Perusahaan otomotif asal negeri Paman Sam, Ford Motor Co mengalami tekanan dalam rapor penjualannya di tahun lalu. Penjualan mobil perusahaan susut 1,3% pada kuartal empat tahun lalu. Lemahnya permintaan akan mobil penumpang dituding menjadi salah satu penyebab turunnya angka penjualan perusahaan.

Melansir Reuters, pada kuartal akhir 2019, permintaan yang tinggi malah ada di segmen truk pikap. Hal yang dialami oleh Ford juga dialami produsen mobil lainnya, khususnya di Amerika Serikat (AS).

Pasalnya beberapa Agen Pemegang Merek (APM) yang memasarkan produknya di AS juga mengalami hal yang sama. Konsumen lebih menyukai produk    SUV dan pikap yang dinilai lebih menguntungkan di tengah rendahnya harga minyak dunia.

Adanya potongan harga yang diberikan perusahaan selama musim liburan ditambah rendahnya suku bunga bank mendorong penjualan truk Ford lebih kencang. Pada kuartal IV 2019, perseroan berhasil menjual 330.075 unit truk naik 16% dari capaian penjualan di periode yang sama tahun sebelumnya 284.859 unit.

Namun di sisi lain, perseroan harus rela melihat penjualan mobil penumpangnya turun 41% menjadi 63.400 unit mobil. Produsen mobil terbesar ke-2 di AS itu membukukan penjualan sebanyak 601.862 kendaraan selama kuartal keempat 2019.

Berdampak ke Saham

Bandingkan dengan capaian penjualan perusahaan di periode sebelumnya yang sebesar 609.693 kendaraan. Susutnya penjualan perusahaan ikut menghantam harga saham Ford. Tercatat harga saham perusahaan turun 1,6%.

Sebagai catatan, sepanjang tahun lalu Ford berhasil menjual 896.526 truk pikap ukuran penuh. Capaian tersebut mengalahkan angka penjualan rivalnya, General Motors Co (GMC), yang hanya menjual 802.962 pikap selama satu tahun.

(Baca juga: 6 Mobil SUV Terbaik dengan Performa Juara)

GMC juga harus rela menerima penurunan penjualannya sebanyak 6,3% akibat mogok kerja karyawan. Setidaknya terdapat 48 ribu karyawan yang melakukan mogok kerja selama 1 bulan.

Penjualan BMW Cuma Naik Tipis 0,37%

Berbeda nasib dengan Ford, Bayerische Motoren Werke AG alias BMW masih mencetak kinerja penjualan yang moncer. Sepanjang tahun 2019, pabrikan otomotif asal Jerman membukukan penjualan total 2,5 juta unit.

Angka tersebut masih naik tipis 0,37% dari penjualan perusahaaan di 2018 sebanyak 2,49 juta unit. Meski begitu, Reuters melaporkan perusahaan optimistis dapat membukukan penjualan yang baik pada tahun 2020.

“Kami melihat prospek tahun depan dengan percaya diri dan berkeinginan untuk meningkatkan penjualan di 2020, ungkap manajemen perusahaan.

Sebelumnya, pada kuartal tiga tahun lalu BMW AG menyatakan, penjualan di kuartal ketiga itu mencapai 613.000 unit. Penjualan ini dibukukan oleh mobil merek BMW, MINI, dan Rolls-Royce.

“Dari total penjualan ini lebih dari 500.000 unit dikirimkan ke Cina. Jumlah itu meningkat 14% dibanding periode yang sama tahun lalu, bunyi pernyataan pabrikan.

Seiring dengan naiknya penjualan ini, pendapatan pun terkerek naik hingga 9%. BMW grup mengantongi 23 miliar euro atau sekitar Rp 356,5 triliun di kurun waktu itu.

Garap Mobil Listrik

Ke depannya, BMW berpotensi memiliki penjualan yang lebih baik lagi. Pasalnya saat ini perusahaan tengah mengembangkan kendaraan listrik dengan lebih masif.

Pada akhir tahun 2019 lalu, perusahaan mengumumkan bakal membangun pabrik mobil listrik senilai 650 juta euro atau lebih dari Rp10 triliun di wilayah Zhangjiagang, Cina. Pembangunan pabrik tersebut tidak akan dilakukan seorang diri, BMW bakal menggandeng produsen mobil lokal Cina, Great Wall Motor (GWM).

Pabrik tersebut nantinya dapat memproduksi mobil sebanyak 160 ribu unit per tahun. Adapun jenis mobil yang akan dihasilkan adalah mobil listrik dengan merek MINI dan varian lain yang dimiliki oleh GWM.

(Baca juga: Asuransi untuk Mobil Bekas Online)

Proses pembangunannya sendiri diharapkan rampung pada tahun 2022. Hingga saat ini perusahaan sudah memegang izin pembangunan pabrik dari otoritas terkait. Bertindak sebagai operator pabrik adalah perusahaan patungan antara perusahaan dengan GWM, Spotlight Automotive

Pembangunan pabrik anyar ini juga merupakan salah satu upaya produsen mobil setempat untuk mengurangi tingkat polusi di China. Pemerintah China sendiri sudah menetapkan aturan yang menyebutkan bahwa penjualan kendaraan listrik hibrida diharapkan bisa mencapai 1/5 dari total penjualan mobil di tahun 2025.

Spesialisasi di SUV

Mitra BMW, GWM sendiri merupakan salah satu produsen mobil yang terkenal dengan jenis sport utility vehicle (SUV)-nya dan juga truk pick up. Sebelumnya GWM juga sudah memiliki varian mobil listrik yang diberi merek Ora.

Sebagai catatan, minat BMW untuk melakukan penetrasi pasar di China terlihat sangat tinggi, padahal belum lama ini perusahaan dikabarkan telah menarik 7.800 mobil buatannya di China sejak 29 Oktober lalu.

Apapun merek mobil kamu di rumah, jangan lupa lindungi dengan asuransi kendaraan yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhan lewat CekAja.com ya.