Serapan Tenaga Kerja di Indonesia Melemah dalam Tiga Bulan

karyawan hemat - CekAja.com

Penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada tiga bulan perdana tahun ini terlihat melambat. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan bahwa serapan tenaga kerja di periode Januari hingga Maret 2018 hanya mencapai 201.239 orang, jumlah tersebut menyusut 74,1% jika dibandingkan dengan serapan tenaga kerja di kuartal 4 tahun 2017 yang sebesar 350.399 orang.

Hal itu tidak sejalan dengan realisasi investasi pada Maret 2018 yang justru mengalami peningkatan sebesar 3,17% secara year to date menjadi Rp185,3 triliun dari posisi sebelumnya Rp179,6 triliun.

Nilai investasi yang sudah terlaksana itu didominasi oleh penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) yang mencapai Rp108,9 triliun dimana sumber investasi utama masih berasal dari Singapura yang sudah membenamkan dananya sebanyak US$2,6 miliar atau sekitar Rp36,5 triliun.

Melambatnya penyerapan tenaga kerja di awal tahun ini menyiratkan tanya, pasalnya pemerintah sendiri diketahui tengah menggenjot pembangunan infrastruktur. Melalui program itu pemerintah berharap dapat menyediakan banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat.

Selain realisasi investasi yang membumbung, realisasi belanja infrastrukur pada tahun lalu juga berhasil mengalami pertumbuhan 7,2% menjadi Rp1.998,5 triliun. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan bahwa pada tahun lalu terdapat 8,14 juta tenaga kerja di sektor infrastruktur.

Patut diduga melambatnya penyerapan tenaga kerja merupakan imbas dari melambatnya pergerakan perekonomian di dunia industri. Hal itu terefleksi dari lesunya penjualan lahan industri di beberapa wilayah.

Menurut riset Colliers International Indonesia, pada kuartal perdana tahun ini volume penjualan lahan industri di wilayah Jabodetabek saja masih berada dibawah 10 hektare (ha). Artinya banyak perusahaan mulai menahan langkah ekspansinya.

Teknologi Masif

Disamping melambatnya ekonomi, kecilnya angka penyerapan tenaga kerja juga dipicu oleh mulai masifnya penggunaan teknologi di hampir segala lini, khususnya di bidang perdagangan dan jasa. Hal itu dapat diartikan sebagai pergeseran investasi dari padat karya ke padat modal.

Selain itu mulai bermunculannya perusahaan teknologi finansial atau tekfin juga ikut membuat sepi angkatan kerja tahun ini. Melihat data Asosiasi Fintech Indonesia, saat ini terdapat sekitar 134 perusahaan rintisan yang berbasis teknologi finansial.

Nah model bisnis perusahaan tekfin biasanya tidak memerlukan banyak sumber daya manusia (SDM), karena yang menjadi fokus utamanya adalah bagaimana teknologi dapat membantu manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Jadi tentunya jumlah SDM-nya lebih sedikit ketimbang rata-rata perusahaan pada umumnya.

Melihat potensinya yang besar, tak pelak jika perusahaan – perusahaan besar sekalipun mulai masuk dan bernafsu untuk mencicipi bisnis tekfin.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan pada akhir tahun lalu hanya berada di level 29,7%, kenyataan itu membuat industri tekfin menjadi gula-gula yang susah untuk ditolak. Karena berarti terdapat sekitar 70,3% masyarakat yang belum disentuh oleh Lembaga perbankan.

Pendorong Ekonomi

Hal lain yang juga perlu diperhatikan terkait lambatnya penyerapan tenaga kerja adalah mulai beralihnya sektor penggerak ekonomi. Jika dulu banyak orang berlomba untuk bekerja di sektor primer seperti kebun dan juga tambang yang akhirnya sektor-sektor tersebut menjadi motor penggerak ekonomi,  sekarang justru  sektor e-commerce, logistic dan juga jasa lah yang memutar roda perekonomian.

Namun bukan berarti sektor primer tidak lagi menarik, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyebutkan bahwa proyek-proyek besar berpotensi mendorong penyerapan lapangan pekerjaan meskipun tidka secara langsung.

Dengan gambaran di atas, perlu siasat jitu agar Anda tidak terjebak dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Mencoba melakukan pertukaran ide dengan rekan ataupun kolega untuk memulai bisnis juga tidak ada salahnya di coba.

Bagi Anda yang ingin memulai bisnis secara mandiri namun perlu dukungan pembiayaan,   mungkin bisa memilih salah satu produk pinjaman dari perbankan yakni Kredit Tanpa Agunan (KTA).

Melalui fasilitas ini, Anda tidak perlu menjaminkan barang berharga apapun. Silakan lihat perbandingan tawaran berbagai macam produk KTA secara komprehensif di CekAja.com.