5 Kesalahan Pelaku UKM dalam Mengelola Keuangan

Memiliki usaha sendiri adalah impian bagi kebanyakan orang. Namun, bisa mempertahankan usaha dan menjalankannya terus menerus adalah suatu tantangan. Tak jarang terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan pelaku UKM (Usaha Kecil Menengah) saat menjalankan usahanya. Simak lima kesalahan pelaku UKM dalam mengelola keuangan.

bangkit dari kebangkrutan - CekAja.com

Jumlah entrepreneur di Indonesia hingga saat ini mencapai sekitar 3,01 persen dari total populasi penduduk. Jumlah ini cukup meningkat dibanding beberapa tahun ke belakangan yang hanya mencapai sekitar 1,5 persen. Presiden Joko Widodo sendiri menyatakan standar jumlah entrepreneur adalah sekitar 14 persen.

Indonesia memang tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain yang jumlah pelaku usahanya lebih banyak. Di Indonesia, para entrepreneur dalam hal ini pelaku usaha kecil menengah (UKM) masih banyak kurang pemahaman terkait manajemen bisnis.

Salah satu alasan kenapa keberadaan entrepreneur di Indonesia masih belum berkembang karena terdapat kesalahan dalam pengelolaan keuangan mereka. Berikut lima kesalahan pengelolaan keuangan yang harus menjadi pelajaran para pelaku UKM. Yuk cek!

(Baca juga:  5 Kiat Sukses Bisnis Sayur Organik)

Masih menggunakan rekening bersama

Tidak sedikit para pelaku UKM yang masih menggunakan rekening pribadi untuk menyimpan pemasukan dan pengeluaran keuangan mereka. Kesalahan paling mendasar ini menyebabkan uang pribadi dan uang hasil usaha tercampur sehingga menyulitkan saat pengelolaan anggaran.

Seharusnya para pelaku UKM harus bisa memisahkan mana rekening pribadi dan mana rekening khusus untuk usaha. Ini penting dilakukan agar tidak ada lagi uang yang tercampur.

Keuntungan memiliki rekening terpisah adalah alur kas bisa dikontrol. Apalagi, usaha yang dilakoni adalah toko online atau online shop yang memungkinkan setiap transaksinya menggunakan transfer lewat rekening bank.

Dengan demikian, bagi para entreprenuer khususnya pelaku UKM, bisa mulai dari sekarang untuk memisahkan mana rekening pribadi dan mana rekening khusus untuk bisnis.

Tak punya catatan pengeluaran

Para pelaku UKM masih banyak yang belum terpapar pemahaman literasi bisnis. Artinya masih banyak pelaku UKM yang masih menggunakan cara konvensional dalam menjalankan bisnisnya.

Misalnya, seorang pedagang bakso dalam sehari mengeluarkan modal Rp300.000. Pendapatan yang diperoleh per harinya mencapai Rp600.000. Adapun laba bersihnya mencapai Rp200.000.

Dari pendapatan harian tersebut, ia mengalokasikan untuk modal, uang makan, dan kebutuhan keluarga lainnya tanpa mencatat secara jelas dan detail pengeluaran tersebut.

Baiknya, para pelaku UKM harus sudah membuat buku catatan, alur kas atau cashflow berapa pendapatan, laba, pengeluaran dan lain-lain.

Dengan mencatat alur kas atau uang yang masuk dan keluar akan meningkatkan pemahaman literasi keuangan dengan sendirinya. Sehingga catatan cashflow tersebut bisa membuat pelaku UKM profesional dalam mengelola keuangan bisnisnya.

Ingat, hampir semua perusahaan besar bermula dari usaha kecil. Jika sejak menjadi pelaku UKM Anda sudah baik mengelola keuanga, maka bukan mustahil ketika perusahaan Anda akan semakin besar, manajerial keuangan perusahaan akan semakin baik.

(Baca juga:  Paul Allen Meninggal, Ini Fakta Menarik Sang Pendiri Microsoft)

Masih menganut harga teman

Meskipun Anda sedang merintis usaha kecil-kecilan, namun Anda tetap harus profesional menjual produk kepada konsumen. Jangan sampai karena kedekatan keluarga, saudara, atau kerabat, Anda menjual produk dengan ‘harga teman’ kepada mereka.

Ingat, bisnis adalah bisnis. Bisnis tidak memandang orang terdekat sebagai pengecualian. Ketika Anda menjual baju atau celana dengan harga Rp200.000 kepada orang lain, bukan berarti Anda harus menjual Rp100.000 karena ‘harga teman’ kepada tetangga atau orang terdekat.

(Baca juga:  Ingin Bisnis Ternak? 5 Hewan Ini Pilihannya)

Jualan laris, foya-foya

Mungkin salah satu dari Anda ada yang pernah atau sering mengalami dagangan laris. Biasanya ketika dagangan laris, Anda akan tergoda untuk membelanjakan hasil penjualan Anda untuk ‘foya-foya’.

“Dagangan gua laris nih. Kalian gua traktir deh, mau makan apa aja bebas.”

Contoh pernyataan di atas boleh-boleh saja dilakukan untuk sekedar mengapresiasi diri atas kinerja usaha Anda yang sedang bagus. Namun, jangan sampai kebiasaan tersebut dilakukan sesering mungkin.

Kembali lagi ke poin sebelumnya, usahakan uang hasil penjualan harus tercatat dengan baik agar memudahkan saat mengevaluasi bisnis Anda ke depan.

Hasil usaha tidak diinvestasikan

Setiap menjalankan bisnis, seseorang harus memiliki rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Artinya, bisnis yang dijalankan harus bertahap dari UKM, menengah hingga menjadi perusahaan besar.

Pengembangan bisnis tentu saja tidak akan berhasil jika keuntungan yang didapat tidak pernah dialokasikan untuk tabungan atau investasi.

Oleh karena itu, setiap keuntungan usaha yang diperoleh setiap hari atau setiap bulannya sebaiknya dialokasikan untuk diinvestasikan.

Saat ini banyak instrumen investasi yang bisa dijalankan oleh hampir seluruh masyarakat mulai dari emas, reksa dana hingga saham. Pemerintah saat ini tengah gencar mempromosikan agar masyarakat aktif berinvestasi di pasar modal seiring jangkauannya sudah semakin mudah.

Dengan belajar mengelola keuangan dari kesalahan-kesalahan seperti di atas, maka niscaya bisnis yang dijalankan akan lebih berkembang. Dengan begitu, target jumlah entrepreneur di Indonesia perlahan bisa lebih besar atau tidak stagnan di angka 3,01 persen.

Apakah Anda mau menjadi salah satu entreprenur sukses? Jika Anda butuh panduan finansial yang profesional terkait permodalan untuk UKM, Anda bisa akses CekAja.com. Yuk cek.