Drama Persaingan Ojol: 5 Startup Tergerus, Kini Muncul Bonceng

Akhir tahun 2015 lalu merupakan masa di mana bisnis startup transportasi berbasis aplikasi mobile amat menjamur di Ibukota. Di awal kemunculannya, bisnis ini hanya memiliki layanan antar-jemput penumpang dengan motor dan mobil. Lalu dalam waktu singkat, sejumlah fitur ditambahkan seperti delivery makanan, cleaning service, salon online, sampai layanan pembayaran tagihan.

ojol

Kemunculan aplikasi ojek online (ojol) mulanya dipelopori oleh Gojek, Grab, dan Uber. Gojek kerap menjadi tolak ukur kesuksesan, lantaran kreatornya adalah orang Indonesia asli. Itulah yang membuat pebisnis lain tergiur mengadu nasib mereka dengan ikut menciptakan pesaing. Benar saja, tak lama kemudian, beberapa merek lain hadir dan berusaha untuk menyaingi ojol-ojol terdahulu. Namun sayang, umur pesaing-pesaing tersebut tidaklah panjang. Uber sendiri lalu dibeli Grab, sehingga armada di bawah namanya tak lagi muncul.

Deretan 5 Ojol yang Tinggal Nama

Berbeda nasib dengan kesuksesan Gojek dan Grab yang kini sudah menyematkan valuasi Decacorn, startup ojol di bawah ini justru harus bangkrut dan tutup. Mereka kalah bersaing dengan dua raksasa ojol itu yang diketahui cukup aktif membakar duit dengan promosi diskon dan cashback. Tidak sampai setahun beroperasi, inilah 5 ojol yang sudah tinggal nama tersebut:

1. Blu-Jek

Pada awal beroperasi, Blu-Jek sempat digadang-gadang mampu jadi saingan Gojek dan Grab. Bahkan jumlah armada operasional yang bermitra saat itu cukup banyak. Masih lekat di ingatan, aplikasinya juga sempat ramai di-download karena tawaran promo Rp1000. Menurut kabar burung, ojek dengan ciri khas warna biru itu mengalami kerugian dalam perang tarif antar penyedia layanan ojek online, sehingga memaksa mereka untuk vakum sampai waktu yang tidak ditentukan.

(Baca juga: 5 Bisnis Rumahan yang Bisa Bikin Kaya Hanya Mengandalkan Ojek Online)

2. Ladyjek

Dengan warna pink sebagai identitas khasnya, Ladyjek dulu tampil sebagai ojek online khusus wanita dengan pengemudi wanita, sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman menggunakan transportasi ini. Tagline yang mereka buat saja ‘Dari Wanita Untuk Wanita’. Sayangnya, konsep ojek online yang cukup unik ini mengalami kegagalan di pasaran. Bukan hanya minimnya jumlah driver wanita, tapi ada satu masalah yang cukup sering dialami pengguna yaitu aplikasinya yang dipenuhi bug.

3. Jeger Taxi

Bak hilang di telan bumi, Jeger Taxi juga harus menjadi korban dari persaingan ojol yang amat ketat. Pada tahun 2015, ojol berwarna serba kuning ini mengklaim dirinya merupakan ojek berargo pertama kali di Indonesia. Jeger Taxi awalnya hanya menerima pemesanan lewat Hotline, WhatsApp, BBM, dan Line. Tak lama kemudian, aplikasi berbasis Android pun hadir untuk mempermudah pemesanan. Namun apa daya, kini Jeger Taxi seolah sudah tinggal nama. Bahkan armadanya tidak satupun terlihat mengaspal di jalanan.

4. Bangjek

Sekilas tidak ada layanan berbeda yang ditawari Bangjek. Beberapa fitur yang ada di aplikasi Bangjek: Oke-Ride (layanan yang tersedia bagi kamu yang suka bepergian tanpa ribet bisa langsung jalan), Oke-Car (Oke-Car ditunjukan bagi kamu yang ingin liburan atau bepergian bersama keluarga dengan menggunakan jasa antar jemput mobil), dan Oke-Shop. Meski aplikasi Bangjek bisa diunduh di Playstore, akan tetapi situs resmi perusahaannya setelah diselidiki telah rusak dan nampak tidak beraturan.

5. Call Jack

Pada 2010, O’Jack Taxi Motor atau Call Jack juga berdiri menguasai jalanan Yogyakarta. Sekitar lima tahun beroperasi, perusahaan telah mendapat beragam penghargaan nasional. Salah satunya dari MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Taxi Motor Pertama dengan Sistem Agrometer. Meskipun berhasil merengkuh prestasi ini, Call Jack terpaksa harus menyerah dan tutup, karena tak kuat bersaing dengan GoJek yang semakin menonjol di tahun-tahun akhir eksistensinya.

(Baca juga: Wahai Ojekers, Cek Nih Aturan Ojek Online yang Baru Diterbitkan)

Ojol Baru Muncul Lagi

Tepat pada Hari Sumpah Pemuda kemarin, startup transportasi berbasis aplikasi mobile terbaru resmi mengaspal. Ojol berseragam merah-putih ini melakukan pawai di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Bonceng menambah deretan ojol yang cukup berani menantang dominasi Grab dan Gojek di tanah air. Didirikan sejak 2018, Bonceng ternyata juga sudah didukung oleh LinkAja sebagai metode pembayarannya.

Startup tersebut nampaknya pede bersaing, lantaran memiliki pembeda dari para ojol senior terdahulu. Pembeda ini nantinya diharapkan bisa menarik banyak pengguna. Misalnya, tarif yang dikenakan bukan lagi per kilometer perjalanan, melainkan harga cluster berdasar radius jarak perjalanan yang dikelompokkan dalam beberapa harga bulat. Mulai dari Rp5.000, Rp10.000, Rp15.000, Rp20.000 dan seterusnya. Selain itu, hal lain yang menjadi pembeda antara Bonceng dengan aplikasi lain adalah konsumen dapat memesan layanan penjemputan sesuai dengan waktu yang diinginkan hingga tujuh hari ke depan.

Kelihatannya menarik ya? Namun, apakah ke depannya ojol yang melabelkan diri asli Indonesia ini, paling tidak bisa menyamakan pasar Gojek dan Grab? Kita lihat nanti.

Satu hal yang jelas, membangun bisnis sebesar itu pastinya tidak mudah. Butuh konsep matang dan berbagai strategi ciamik agar bisa terus bertahan di tengah persaingan ketat. Soal modal, kini sudah banyak fasilitas pinjaman untukmu yang berniat membuka usaha. Dapatkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) hingga Rp300 juta, hanya di CekAja.com. Info lebih lanjut kunjungi website kami atau telepon di nomor (021) 8062 6900.