Ekonomi 2020: Serba-serbi Resesi yang Perlu Kamu Ketahui

Belakangan, kamu mungkin sering mendengar isu tentang prediksi akan terjadinya resesi global pada tahun 2020. Nah, apa itu sebenarnya resesi? Lalu apa tanda-tanda yang mengarah pada resesi global? Dan apa saja instrumen investasi yang sebaiknya dimiliki untuk menghadapi resesi?

resesi global 2020

Berhubung sekarang sudah memasuki penghujung tahun 2019, sudahkah kamu punya gambaran tentang kondisi keuanganmu di tahun depan? Biar lebih pede menghadapi situasi ekonomi di tahun depan, yuk pahami serba-serbi resesi!

Apa Itu Resesi?

Resesi merupakan sebuah istilah dalam bidang ekonomi makro. Kalau menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi memiliki arti kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).

Sementara definisi resesi menurut National Bureau of Economic Research (NBER) yaitu periode jatuhnya aktivitas ekonomi, tersebar di seluruh ekonomi dan berlangsung selama lebih dari beberapa bulan.

Tanda-tanda awal resesi bisa terlihat melalui lima indikator ekonomi yaitu produk domestik bruto (PDB) riil, data pendapatan, pekerjaan, manufaktur, dan penjualan ritel.

(Baca juga: Bawa Lewati Krisis Ekonomi, Sri Mulyani Kembali Sabet Penghargaan Internasional!)

Resesi Global 2020

Isu resesi global yang diprediksikan akan terjadi pada tahun 2020 memang tengah hangat dibicarakan. Dalam laporan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) juga terdapat peringatan mengenai resesi global yang bisa terjadi di tahun 2020.

UNCTAD menilai tanda-tanda resesi terlihat dari memanasnya tensi perdagangan, pergerakan mata uang dunia, utang korporasi, Brexit tanpa kesepakatan, dan kurva yield obligasi AS yang terbalik (inverted yield curves).

Berikut sedikit ulasan tentang beberapa tanda-tanda yang mengarah pada resesi global 2020 yang terangkum dari berbagai sumber:

  • Kondisi ekonomi di Amerika Serikat, China, Eropa, dan Jepang melemah

Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, China, Eropa, dan Jepang diperkirakan melambat pada tahun 2020. Hal tersebut menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

  • Terlihat gejala di pasar obligasi Amerika Serikat

Salah satu yang bisa menjadi tanda awal resesi ekonomi adalah kurva imbal hasil (yield) obligasi yang terbalik. Maksudnya yaitu ketika bunga obligasi pemerintah jangka pendek justru lebih tinggi daripada bunga obligasi jangka panjang.

Mengintip sejarah, sejak tahun 1955, resesi yang terjadi di AS diawali dengan kondisi kurva yield yang terbalik. Pada tahun ini telah terjadi kondisi kurva yield obligasi terbalik di AS. Kondisi yang juga disebut sebagai inverted yield curve itu terjadi pertama kalinya sejak tahun 2007.

  • Kondisi ekonomi makro domestik

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 berada pada level 5,02 persen. Angka ini lebih rendah daripada kuartal III 2018 yang tercatat sebesar 5,17 persen. Pertumbuhan yang melambat itu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang diliputi ketidakpastian. Hal ini berdampak pada ekonomi kawasan, baik di negara maju atau negara berkembang.

  • Meningkatnya Economic Policy Uncertainty Index (EPU)

Indeks Ketidakpastian Kebijakan Ekonomi Meningkat atau Economic Policy Uncertainty Index (EPU) mencapai level yang paling tinggi sepanjang masa yaitu 342 pada Juni 2019. EPU adalah indeks yang dirancang untuk mengukur kekhawatiran terkait kebijakan di seluruh dunia.

(Baca juga: Banyak yang Kepincut, Ini Lho Kelebihan dan Kekurangan Investasi Emas)

Investasi Menghadapi Resesi

Jangan khawatir, meski resesi benar-benar terjadi nantinya, kamu bisa meminimalisir dampaknya. Caranya dengan mulai investasi sedari sekarang. Berikut aset dan instrumen investasi terbaik yang bisa kamu pilih seperti dilansir sahabatpegadaian.com:

1. Emas

Pilihan pertama untuk melawan resesi global adalah logam mulia seperti emas. Mengapa? Karena sedari dulu, emas memang selalu dijadikan pelindung harta untuk melawan inflasi. Ketika inflasi naik, harga emas juga cenderung akan naik. Kelebihan lainnya, emas juga mudah disimpan dan dijual kembali.

2. Surat Berharga Negara (SBN)

Berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) dapat melawan resesi sekaligus membantu negara. Surat utang yang diterbitkan pemerintah ini tergolong instrumen investasi yang aman karena sudah dijamin negara di bawah UU Surat Utang Negara (UU SUN). SBN bisa dibeli mulai Rp1 juta.

3. Deposito

Deposito adalah pilihan yang cocok jika kamu lebih suka berinvestasi di produk keuangan yang diterbitkan perbankan. Selama dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), aset depositomu akan aman, bahkan jika terjadi resesi global 2020. Batas maksimal deposito adalah Rp2 miliar per orang pada tiap bank.

4. Dolar AS

Instrumen investasi lain yang cukup efektif melawan inflasi besar-besaran adalah dolar AS, mengingat Amerika adalah negara dengan kondisi ekonomi terbaik di dunia. Selain itu, nilai tukar dolar terhadap rupiah juga terus mengalami peningkatan yang signifikan, yakni sekitar 47,4 persen dalam satu dekade terakhir.

5. Reksa dana non-saham

Terdapat berbagai jenis reksa dana, tetapi yang dinilai paling kuat menahan resesi adalah reksa dana non saham seperti reksa dana pasar uang, reksa reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana proteksi.

Nah, agar kondisi finansialmu tetap stabil, yuk investasi di instrumen yang tepat sebagai langkah bijak menyambut isu resesi global 2020!