Ini Alasan Beli Baju Anak Harga Mahal adalah Tindakan Sia-sia

Setiap orang pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Sampai terkadang, orangtua rela meredam keinginan sendiri supaya bisa mengabulkan permintaan anak.

Membeli baju sering menjadi pengeluaran yang besar bagi orangtua. Apalagi ketika menjelang lebaran, Natal, dan tahun ajaran baru. Melihat pangsa pasar anak yang begitu besar ini, banyak merek-merek desainer maupun retail premium yang mengeluarkan koleksi baju anak. Harganya pun tidak jarang justru lebih mahal dari baju orang dewasa. Sepotong baju anak karya desainer Indonesia misalnya bisa dibandrol hingga Rp4 juta.

Di Amerika, rata-rata orangtua di sana mengeluarkan US$335 atau Rp4,5 juta untuk membeli baju dan sepatu anak menjelang tahun ajaran baru. Padahal angka ini bisa ditekan karena sebenarnya tidak perlu membeli baju anak mahal-mahal. Kamu akan setuju setelah membaca alasan berikut.

promo kejutan 25 hari - CekAja.com

1. Anak tumbuh dengan cepat

Kaki anak usia 3-5 tahun tumbuh hingga mencapai dua kali lipat ukuran awal setiap empat bulan sekali. Ini artinya, sepatu yang dibeli pada bulan Desember bisa menjadi sempit saat April atau Mei.

Pada masa pra remaja yakni 13 tahun untuk anak laki-laki dan 11 tahun untuk anak perempuan, pertumbuhan rata-rata anak laki-laki mencapai 3,7 inchi per tahun, sedangkan anak perempuan 3,3 inchi.

(Baca juga:  Ada 20 Hari Libur di Tahun 2017, Ini Deretan Ide Keren untuk Memanfaatkannya!)

Karenanya, membeli baju mahal untuk anak hanya akan bertahan sampai satu semester saja karena keburu sempit. Oleh karenanya belilah baju yang nyaman, bagus, dengan harga lebih terjangkau. Ada banyak pilihan di luar sana sehingga orangtua tidak perlu bingung memilih.

Solusi: Bertukar baju antara saudara dan kerabat bisa lebih menghemat pengeluaran.

2. Tren fesyen cepat berubah

Biasanya orangtua ingin mendandani anak perempuan agar tampak cantik dan lucu, serta anak laki-laki supaya tetap keren. Sama halnya dengan orang dewasa, fesyen anak juga musiman alias cepat berubah. Merek-merek seperti H&M dan Zara bahkan memperkenalkan koleksi baru setiap minggu.

Mengikuti tren tidak akan ada habisnya. Jika sejak kecil anak-anak dibiasakan mengikuti tren, saat dewasa dia akan menjadi pribadi yang konsumtif.

Solusi: Coba buat dua anggaran untuk membeli baju anak. Pertama adalah baju untuk sehari-hari, yang kedua baju berkualitas dan fashionable. Beli lebih banyak baju untuk sehari-hari karena ini yang lebih sering dipakai.

3. Harga tidak selalu sebanding dengan kualitas dan ketahanan

Di Instagram, mungkin kamu sering melihat anak-anak bergaya bak model profesional, mengenakan baju branded dengan model baju yang sebetulnya diperuntukkan untuk orang dewasa. Jika dulu orangtua senang mendandani anak mereka suapaya makin lucu dan menggemaskan, baju-baju dari brand premium membuat anak terkesan keren dengan membuat bersi anak kecil untuk koleksi terbaru mereka. Baju-baju ini tentu saja mahal.

cekaja-pinjaman-tanpa-jaminan-kta-tanpa-agunan

Namun harga tidak selalu menjamin kualitas. Yang membuat sepotong baju anak menjadi mahal adalah karena ada biaya marketing, lisensi, dan distribusi di dalamnya.

(Baca juga:  10 Pekerjaan yang Membuatmu Berisiko Terkena Kanker)

Solusi: Kalau kamu ingin baju yang awet dan tahan lama, perhatikan kualitas, bukan harga. Baju berkualitas tidak harus selalu mahal. Asalkan lembut, tidak transparan, menyerap keringat anak dengan baik, dan jahitan rapi sudah bisa dikatakan berkualitas.

Contek tips lainnya berikut ini:

  • Libatkan anak saat belanja baju. Beri tahu berapa anggaramu dan biarkan anak memilih baju yang disukainya dengan harga terjangkau. Karena anak menyukai baju yang dipilihnya, kegiatan memakaikan baju anak tidak berubah jadi pertengkaran karena anak memang menyukai baju tersebut.
  • Buat daftar baju apa yang sudah dimiliki si kecil sehingga orangtua tidak perlu membeli jenis yang sama dua kali.
  • Gunakan kartu kredit untuk mendapatkan diskon.