INTERVIEW: Melihat Efek Pelemahan Rupiah pada Sektor Komoditas

Kondisi nilai tukar rupiah masih belum perkasa terhadap dolar Amerika Serikat. Bagaimana efeknya terhadap sektor komoditas? CekAja.com berkesempatan mewawancarai Direktur Utama Jakarta Future Exchange (JFX) atau Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang untuk mencari jawabannya.

Saat ini, level rupiah masih berada di Rp14.500 per 1 dolar AS. Level ini jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi rupiah pada awal tahun 2018. Memang, pemerintah dan Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menguatkan otot rupiah melawan dolar AS.

Kondisi rupiah sekarang juga disebabkan oleh meningkatnya perekenomian Amerika Serikat, sehingga membuat dolar perkasa diantara mata uang lainnya. Meski demikian, efek dari menguatnya dolar AS ini merembet kemana-mana, salah satunya merembet ke sektor perdagangan komoditas.

Nah, apa saja sih efek pelemahan rupiah terhadap perdagangan sektor komoditas dan yang lainnya? Berikut penjelasan efek rupiah terhadap sektor perdagangan komoditas dan perdagangan berjangka oleh Direktur Utama Jakarta Future Exchange (JFX) atau Bursa Berjangka Jakarta Stephanus Paulus Lumintang kepada CekAja.com.

Apa saja sih efeknya disaat rupiah sedang melemah terhadap komoditas?

Sebuah komodoti pasti berhubungan dengan currency yang digunakan, contoh harga emas. Harga emas menggunakan nilai dasar per troy ons untuk beratnya dan nilai tukar rupiah menggunakan dolar AS. Tentunya jika harga komoditi mengalami penurunan, kemudian harga nilai tukar rupiah mengalami penguatan, dampaknya terjadi di negara lain, seperti di Indonesia.

Jadi, seakan-akan harga emas di Indonesia naik secara rupiah, padahal itu harga emasnya turun. Nilai tukar dolar AS naik, sehingga kita membutuhkan uang yang lebih banyak. Itu korelasi yang biasa, sama dengan komoditi lainnya.

(Baca juga: Akuisisi Blok Migas dan Berbagai Cara Menghemat Devisa)

Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan kondisi rupiah saat ini?

Bagi eksportir belum tentu dengan adanya kenaikan dolar akan langsung mendapat keuntungan,. Mengapa? Karena belum tentu harga komoditi naik. Kalau dolar AS naik dan harga komoditi naik, double positif. Kalau seandainya harga komoditi turun, dolar AS menguat, kan itu jadi balance juga. Cuma kuantitas dolar AS yang kita terima akan lebih sedikit, tetapi kalau dirupiahkan jadi lebih banyak. Meski begitu, secara fungsi tidak ada efeknya.

Sebenarnya apa penyebab kenaikan rupiah?

Begini, kalau melihat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat, pasti ada dampak macam-macam. Misalnya, cadangan devisa mereka (Amerika Serikat), ekspor mereka terhadap impor, ada policy kebijakan Trump, ada trade war.

Apakah kondisinya akan seperti ini terus?

Saya melihat ini ada kecenderungan tidak permanen. Ini juga sudah masuk ke tahun politik. Indonesia saya rasa punya fundamental keuangan yang cukup stabil. Sebenarnya kita juga sudah cukup tangguh.

Adakah saran untuk pemerintah?

Ya otomatis harus dilakukan peningkatan ekspor dan pengurangan impor. Itu bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Dan cintailah produk-produk Inddonesia, itu ada salah satu pendukung.