Komitmen untuk Kaum Ibu dalam Menyambut Hari Kartini

Komitmen Untuk Kaum Ibu dalam Menyambut Hari Kartini

Lebih dari 100 tahun silam, sebuah buku kumpulan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” diterbitkan dan menginspirasi masyarakat luas pada masanya, bahkan hingga hari ini. Betapa tidak, tokoh perempuan kebanggaan Indonesia yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879 ini menyampaikan visi dan cita-citanya mengenai perempuan Indonesia, khususnya yang menyangkut kesetaraan di bidang pendidikan.

Lewat tulisan, Kartini menyampaikan pandangannya yang visioner meski dalam standar waktu itu tergolong kurang lazim. Lewat tulisan, ia berjuang untuk literasi perempuan. Lewat tulisan pula, ia seolah terus mengingatkan kita akan pekerjaan rumah yang belum selesai di bidang kesetaraan gender. Bagi bangsa Indonesia, tanggal 21 April bukan sekedar tanggal yang berulang tiap tahun, melainkan sebuah kesadaran kolektif mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk membuat kaum ibu semakin berdaya, semakin bisa memaksimalkan potensinya serta makin mampu untuk berkarya di berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali di bidang investasi.

(Baca juga: 7 Film Terbaik Tentang Perjuangan Wanita Menyambut Hari Kartini)

“Dalam momentum hari Kartini tahun 2022, kami ingin menegaskan komitmen perusahaan dalam meningkatkan literasi perempuan mengenai investasi di pasar modal. Kami meyakini, keterlibatan perempuan di pasar modal akan membawa dampak positif bagi perekonomian, baik dalam konteks individu, keluarga maupun nasional,” kata Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research di Stockbit dan Bibit.id, aplikasi investasi saham, reksa dana, dan Surat Berharga Negara (SBN).

Menurut Vivi, Stockbit dan Bibit meyakini bahwa generasi muda Indonesia saat ini perlu meneruskan cita-cita Kartini. Stockbit dan Bibit juga meyakini bahwa literasi merupakan kunci yang membuka berbagai pintu kesempatan bagi perempuan untuk menjadi semakin berdaya dan dapat berkontribusi lebih bagi perekonomian. “Itulah mengapa, kami tidak pernah lelah menjalankan inisiatif-inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan di pasar modal,” tambahnya.

Vivi menyatakan bahwa edukasi dan literasi keuangan merupakan fokus utama perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengajak perempuan agar berani mulai berinvestasi di pasar modal serta menghindarkan mereka dari jerat investasi bodong. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di bulan Maret 2022 menunjukkan bahwa jumlah investor di pasar modal telah menyentuh angka hampir 8,4 juta investor. Angka ini naik 3,2% dibandingkan bulan sebelumnya, sementara itu apabila dibandingkan dengan data akhir tahun 2021, jumlah investor di pasar modal telah meningkat lebih dari 12%. Kendati demikian, proporsi investor perempuan masih berada di kisaran 37% dari keseluruhan investor.

“Di tahun 2021, Stockbit dan Bibit telah mengadakan lebih dari 100 sesi edukasi secara gratis kepada publik. Di tahun 2022, upaya-upaya serupa akan dilanjutkan dan digencarkan dengan cara bermitra dengan berbagai organisasi seperti lembaga pendidikan, pelaku industri di sektor jasa keuangan, media massa, komunitas profesi, komunitas hobi, dan lembaga nonprofit,” jelas Vivi.

Khusus mengenai inisiatif perusahaan yang terkait dengan ajakan kepada perempuan agar berani berinvestasi di pasar modal, Olivia Budiono yang bekerja sebagai Product Marketing Lead mengatakan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak yang relevan adalah hal yang perlu terus dilakukan. “Tentunya Stockbit dan Bibit tidak bisa berjalan sendirian. Sejauh ini kami telah bekerjasama dengan organisasi-organisasi yang concern terhadap isu-isu terkait perempuan serta melakukan berbagai webinar, talkshow, dan acara publik yang disiarkan melalui media sosial dengan melibatkan tokoh-tokoh perempuan. Tujuannya agar perempuan semakin percaya diri untuk mulai berinvestasi dan mencapai tujuan keuangannya,” kata Olivia.

Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh David Aristei dan Manuela Gallo baru-baru ini, dikatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kesenjangan gender, khususnya yang terkait dengan literasi keuangan, adalah tingkat kepercayaan diri perempuan yang lebih rendah daripada laki-laki. Kebanyakan perempuan menjawab “tidak tahu” untuk pertanyaan yang terkait dengan pengetahuan finansial. “Untuk itulah, kami ingin sekali lagi menegaskan komitmen kami untuk perempuan Indonesia. Melalui berbagai inisiatif yang perusahaan lakukan, kami ingin agar perempuan Indonesia semakin melek investasi, meningkat literasi keuangannya, dan menjadi kian percaya diri untuk membangun masa depan keuangan yang lebih baik,” tambah Olivia.