Lima Kesalahan Sepele Meningkatkan Risiko Kecelakaan di jalan
2 menit membacaTahukah kamu, angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia menempati tertinggi di dunia? Kesimpulan ini berdasarkan data The Global Report on Road Safety keluaran WHO (World Health Organization) yang memuat angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi sepanjang tahun di 180 negara.
Faktanya Indonesia menjadi negara ketiga di Asia di bawah Tiongkok dan India dengan total 38.279 total kematian akibat kecelakaan lalu lintas di tahun 2015. Meskipun data menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ketiga, tapi jika dilihat dari perbandingan jumlah kecelakaan dari jumlah populasi, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan angka kematian 0,015 persen dari jumlah populasi di bawah Tiongkok dengan angka 0,018 persen dan India 0,017 persen.
Angka ini tidak mengejutkan. Berita kecelakaan lalu lintas seperti menjadi pemberitaan di surat kabar, online, maupun televisi Ditambah lagi regulasi lalu lintas di Indonesia tidak begitu tegas mengatur tentang praktik mengatur kecepatan dalam berkendara, mengemudi di saat mabuk, memakai helm, penggunaan sabuk pengaman, serta keamanan anak selama berkendara.
Seringnya malah kecelakaan lalu lintas terjadi karena kesalahan sepele seperti di bawah ini.
Tidak mengaitkan helm
Kasus tilang karena tidak memakai helm sangat sering terjadi. Helm memang alat keselamatan krusial pagi pengendara motor. Meski sudah banyak kecelakaan yang terjadi karena tidak mengenakan helm, masih banyak saja orang yang malas mengenakan helm.
Sudah memakai helm saja risiko cedera kepala masih mengintai kalau tidak dikaitkan. Pilih helm berlogo SNI dan jangan lupa kaitkan dengan benar.
Salah memberi sen
Kalau yang ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu. Yang dinyalakan sen kanan tapi malah belok ke kiri atau sebaliknya. Kesalahan sepele seperti ini bisa membaut pengendara di belakang mengerem mendadak dan akhirnya terjadi kecelakaan beruntun.
Tidak mengatur spion
Bagi pengendara pemula, menyeimbangkan fokus ke depan dan spion bisa menyulitkan. Jika spion ini tidak disetel dengan tepat, pengendara jadi tidak bisa melihat motor atau mobil yang menyalip dari samping. Hal inilah yang berujung pada kecelakaan. (Baca juga: 6 Hal Penting yang Bisa Dibeli dengan Dana Kampanye Calon Gubernur Jakarta)
Menghindari menabrak hewan
Memang dilema ketika sedang mengendarai mobil lalu melihat ada hewan yang melintas cepat. Di satu sisi ingin menghindari supaya tidak menabrak hewan tersebut. Apalagi jika menabrak kucing, mitosnya bisa mendapat kesialan seumur hidup. Di sisi lain ada banyak kecelakaan yang disebabkan ingin menghindari hewan.
Kucing, anjing, kelinci memang sulit dilihat karena tingginya lebih rendah dari mobil. Tapi di negara-negara seperti India di mana sapi berkeliaran, di Selandia Baru di mana domba sering melintasi jalan, kecelakaan masih saja terjadi.
Mendengarkan musik
Memang, musik bisa membantu relaksasi dan menghilangkan kebosanan apalagi saat macet. Tapi mendengarkan musik sambil mengemudi juga bisa memicu kecelakaan. Ini karena musik bisa memecah konsentrasi pengendara.
Bahkan hal ini sudah diatur di Pasal 283 UU Lalu Lintas, yang menyebutkan: Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi, dipidana dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan kurungan atau denda paling banyak Rp 750.000.
Misalnya ketika mendengar musik beat dan saat itu suasana jalan sedang lenggang, pengemudi mungkin saja jadi terpacu untuk kebut-kebutan. Atau suara musik yang terlalu keras membuat pengemudi tidak mendengar suara sirine ambilan sehingga tidak menepikan mobil. Suara musik juga sangat mungkin membuat pengemudi tidak sadar akan suara klakson mobil yang hendak menyalip sehingga terjadilah kecelakaan.