Rencana Pengganti Ujian Nasional, Nadiem Makarim Terapkan di 2021
5 menit membacaRencana pengganti ujian nasional tahun 2021 sudah diumumkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Ia memastikan kalau tahun 2020 menjadi tahun terakhir dilaksanakannya ujian nasional (UN).
Lantas, apa saja isi dari rencana pengganti ujian nasional tersebut? Di bawah ini CekAja.com akan mengulasnya khusus untuk kamu. Simak bersama-sama, yuk!
Rencana Pengganti Ujian Nasional
Sesuai dengan yang diumumkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, rencana pengganti ujian nasional sejatinya akan berbentuk konsep Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter pada 2021.
Asesmen Kompetensi Minimum sendiri akan terfokus menjadi dua bagian, diantaranya yaitu akan terfokus pada kemampuan literasi dan numerasi.
Di mana, pada kemampuan literasi, siswa akan diuji kemampuannya dalam memahami konsep bacaan.
Sedangkan pada kemampuan numerasi, siswa akan diuji kemampuannya dalam mengaplikasikan konsep hitungan ke dalam konteks yang nyata maupun abstrak.
Melalui konsep Asesmen Kompetensi Minimum ini, siswa diharapkan tidak lagi terbebani dengan hafalan materi-materi pembelajaran, tetapi justru dapat melahirkan daya analisa yang didasarkan pada suatu informasi.
Nah, kemampuan analisa tersebut yang nantinya berguna untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan, baik persoalan secara personal maupun profesional atau dalam bidang pekerjaan.
Dalam pembuatannya, konsep Asesmen Kompetensi Minimum dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa organisasi, salah satunya adalah Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
Dalam kerja sama tersebut, Mendikbud beserta beberapa organisasi lainnya telah mengambil sejumlah inspirasi dari berbagai asesmen dari seluruh dunia. Maka dari itu, sistem penilaiannya pun akan mengacu pada standar internasional.
Di mana, standar internasional yang dijadikan acuan adalah Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).
Selain Asesmen Kompetensi Minimum, Mendikbud juga akan melaksanakan Survei Karakter. Sejatinya, Survei Karakter dilakukan untuk menilai penanaman nilai Pancasila serta implementasinya di lingkungan sekolah.
Penilaian penanaman serta implementasi Pancasila tersebut diantaranya mencakup kualitas pembelajaran, kemampuan gotong royong, kebebasan berpendapat, kolaborasi, curiosity, nasionalisme, perilaku bullying hingga karakter keilmiahannya.
(Baca Juga: Selama Corona, 5 Kebijakan Pemerintah Ini Tuai Pro dan Kontra)
Sistem Pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter
Sebagai bagian dari rencana pengganti ujian nasional, Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter memiliki sistem pelaksanaan yang terbilang unik.
Sebab, Untuk sistem pelaksanaannya sendiri rencananya akan diselenggarakan di pertengahan jenjang sekolah.
Jadi, untuk siswa Sekolah Dasar (SD), Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter akan dilaksanakan di kelas 4.
Untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Asesmen akan dilakukan di kelas 8, dan untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) akan dilakukan di kelas 11.
Melalui sistem tersebut, maka hasil Asesmen nantinya tidak akan dijadikan sebagai nilai penentu kelulusan.
Sebab, hasil Asesmen tidak akan relevan jika digunakan untuk menilai pencapaian siswa atau pun syarat masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Justru, hasil Asesmen dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk mengetahui dan menganalisa kebutuhan belajar siswa. Sehingga pihak sekolah dapat memperbaiki sistem dari proses belajar mengajar.
Terlebih, Kemdikbud juga akan memberikan dukungan dalam bentuk alokasi dana atau SDM sesuai dengan kebutuhan setiap sekolah.
Menariknya, hasil Asesmen juga dapat mendeteksi sejak dini permasalahan pendidikan serta menjadi cermin dari mutu pendidikan nasional.
Contoh Soal Asesmen Kompetensi Minimum
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa standar yang digunakan dalam Asesmen Kompetensi Minimum adalah standar internasional.
Dimana, tolok ukur penilaiannya terletak pada kemampuan analisa siswa yang didasarkan pada suatu informasi.
Oleh karena itu, soal-soal yang sekiranya akan dikeluarkan pun merupakan soal-soal cerita yang akan menguji kemampuan analisa siswa.
Melansir katadata.co.id, Nadiem memberikan contoh soal untuk menguji kemampuan analisa siswa menggunakan bahasa (literasi).
Pada soal tersebut, terdapat teks yang berisi informasi mengenai suatu permasalahan beserta gambarnya.
Melalui soal tersebut, siswa diminta untuk mengembangkan argumen sesuai dengan permasalahan yang sesuai dengan soal yang tertera. Di bawah ini merupakan contoh soalnya:
Tema teks 1: Perubahan Iklim
Baca dengan seksama informasi berikut dan jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
APA AKTIVITAS MANUSIA YANG MENYEDIAKAN PERUBAHAN IKLIM?
Pembakaran batu bara, minyak dan gas alam, serta deforestasi dan berbagai macam praktek pertanian dan industri, mengubah komposisi atmosfer dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Aktivitas manusia ini telah menyebabkan peningkatan konsentrasi partikel dan gas rumah kaca di atmosfer. Unsur utama yang berkontribusi terhadap perubahan suhu ditunjukkan pada Gambar 1.
Peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan metana berefek terhadap pemanasan. Peningkatan konsentrasi partikel memiliki efek pendinginan dalam dua cara yang diberi nama “Partikel” dan “Efek Partikel di Awan”.
Pertanyaan 1: Gunakan informasi pada Gambar 1 untuk mengembangkan argumen dalam mendukung pengurangan emisi karbon dioksida dari aktivitas manusia yang disebutkan di atas.
(Baca Juga: Selain Corona, Ini Alasan Pemerintah Hapus Ujian Nasional 2020)
Masalah pada Format Ujian Nasional
Rencana pengganti ujian nasional sejatinya menjadi upaya dalam memperbaiki sistem atau format dari ujian nasional. Karena nyatanya, pada format ujian nasional itu sendiri ada beberapa masalah yang terjadi.
Beberapa masalah tersebut di antaranya yaitu, ujian nasional dilihat terlalu berfokus pada kemampuan menghafal saja. Yang di mana, kemampuan menghafal tersebut justru membebani siswa, guru dan orang tua.
Selain itu, ujian nasional sendiri juga dinilai tidak menyentuh standar kemampuan pengembangan kognitif serta karakter siswa. Sebab, ujian nasional hanya berisi hal-hal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah.
Maka dari itu, guru menjadi tidak termotivasi untuk menggunakan metode pengajaran yang lebih efektif, guna memberikan dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa ke tingkat yang lebih tinggi.
Belum selesai sampai disitu, ujian nasional juga dinilai kurang optimal jika digunakan sebagai alat untuk memperbaiki mutu pendidikan secara nasional. Hal tersebut disebabkan oleh jadwal pelaksanaannya yang dilakukan di akhir jenjang pendidikan.
Dengan begitu, nilai ujian nasional tidak dapat dipakai untuk mengidentifikasi atau menilai apa saja kebutuhan belajar yang sebenarnya dibutuhkan oleh siswa. Sehingga, bantuan yang nantinya akan diberikan pun tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, dengan adanya rencana pengganti ujian nasional, para tenaga pengajar diharapkan dapat lebih termotivasi, untuk memberikan sistem pengajaran yang lebih inovatif serta merujuk pada pengembangan daya analisa siswa.
Selain itu, siswa juga diharapkan dapat lebih mengembangkan kemampuan analisa melalui latihan-latihan soal.
Di mana, siswa dapat berlatih mengerjakan soal melalui buku pelajaran yang dimiliki atau pun kursus bimbingan belajar.
Jika kamu ingin belajar dengan lebih mudah, kamu bisa mengikuti beberapa kursus bimbingan belajar online.
Hanya saja, kamu perlu berlangganan terlebih dahulu dan membayar sejumlah biaya yang telah ditentukan.
Kamu bisa membayarnya menggunakan beberapa metode pembayaran yang diberikan, salah satunya adalah kartu kredit. Melalui kartu kredit, kamu bisa membayar biaya tersebut dengan mudah.
Namun, jika kamu belum memiliki kartu kredit, jangan khawatir. Sebab, kini kamu bisa mengajukan kartu kredit dengan mudah dan proses yang cepat hanya di CekAja.com. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, ajukan sekarang!