Yuk Mengenal Sejarah Ondel-Ondel!

Ulang tahun Jakarta yang ke-492 baru saja lewat. Bisa jadi ada beberapa di antara kamu yang masih belum bisa move on dari serunya kemeriahan perayaan hari ulang tahun (HUT) Ibu Kota Negara tersebut.

Larut menikmati euforianya, kamu tetap harus mengenali serta melestarikan sejarah dan budaya yang menyokong kota metropolitan ini. Membincang Jakarta dengan Betawi sebagai suku asli yang menghuninya, kita seolah tidak bisa tidak untuk membicarakan figur dari kebudayaan suku ini.

Yap, apalagi kalau bukan Ondel-ondel. Tidak sekadar boneka besar yang dirangkai dari bambu dan kain. Ondel-ondel ternyata memiliki sejarah yang panjang hingga akhirnya dikenal luas seperti sekarang.

Apa saja fakta-fakta tersebut? Yuk, intip di sini!

  • Pada Mulanya Bernama Barongan

Boneka raksasa yang memiliki tinggi kurang-lebih 2,5 meter ini sudah ada sejak zaman Belanda. Pada awal kemunculannya, boneka yang kini menjadi ikon Kota Jakarta ini dikenal dengan nama Barongan.

Konon nama tersebut berasal dari kata “barengan . Hal itu didasari oleh kegiatan pengarakan boneka raksasa ini yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama.

Seiring berjalannya waktu, nama Barongan pun berganti menjadi Ondel-ondel. Adalah seniman Betawi kenamaan Benyamin Sueb yang memiliki peran penting dalam pergantian nama tersebut lewat lagunya yang berjudul “Ondel-ondel yang bercerita tentang tingkah polah boneka raksasa tersebut.

Viral pada masanya, lagu itu pun melekat pada masyarakat Jakarta dan turut memanggil Barongan dengan sebutan Ondel-ondel hingga saat ini.

(Baca juga:  8 Tempat di Jakarta Buat Hangout dan Tambah Wawasan)

  • Berfungsi sebagai Penolak Bala

Ondel-ondel ditengarai sudah dikenal masyarakat Betawi sejak tahun 1600-an. Kehadiran Ondel-ondel dulunya difungsikan sebagai penolak bala atau hal-hal jahat yang mengganggu masyarakat setempat.

Fungsi tersebut seolah mengonfirmasi kenapa dulunya Ondel-ondel memiliki wajah yang menyeramkan. Fungsi itu juga yang menjadi alasan masyarakat Betawi pada zaman dahulu selalu menyiapkan sajen dan melakukan ritual tatkala ingin membuat boneka raksasa tersebut.

Saat ini, Ondel-ondel pun seolah beralih fungsi. Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tahun 1960-an mengubah penampilan boneka ini sehingga tidak lagi begitu menyeramkan.

Sebagaimana dapat ditemui di banyak titik Kota Jakarta saat ini, Ondel-ondel hadir dengan wajah yang lebih ramah dalam balutan baju dengan warna-warna yang cerah.

Kini, tak jarang Ondel-ondel turut berperan serta dalam hajatan-hajatan yang digelar di Jakarta. Selain sebagai hiburan, tidak sedikit pula Ondel-ondel dimanfaatkan sebagai mata pencaharian bagi masyarakat.

  • Tampil Berpasangan

Dalam setiap kegiatan pertunjukan seni, Ondel-ondel selalu hadir berpasangan. Seperti ditemui pada umumnya, Ondel-ondel terdiri atas dua jenis, yaitu jenis laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel yang laki-laki memiliki wajah dengan balutan warna merah. Adapun Ondel-ondel perempuan hadir dengan wajah berwarna putih.

Dalam hal pakaian, Ondel-ondel laki-laki biasanya cenderung menggunakan baju dengan warna nuansa gelap. Hal itu dipercaya sebagai lambang dari kekuaan jahat. Adapun Ondel-ondel perempuan dikenakan baju dengan warna bernuansa cerah. Pakaian cerah pada Ondel-ondel jenis ini dinilali sebagai symbol dari kekuatan baik.

(Baca juga:  Selain Bermusik, Ini Mesin Uang yang Dihasilkan Slank)

  • Ritual sebelum Pentas

Sebagai boneka raksasa, Ondel-ondel dulunya memiliki bobot yang cukup berat. Hal itu bisa dilihat secara kasat mata. Namun, kondisi itu seolah tidak menjadi masalah bagi orang yang memerankannya, bahkan Ondel-ondel dapat dibuat melompat-lompat dan melenggak-lenggok seolah boneka raksasa yang tengah dibawanya memliki bobot yang sangat ringan.

Ternyata, dulunya ada tradisi yang harus dijalankan oleh para pemain Ondel-ondel sebelum mereka tampil. Mereka biasanya menyiapkan sajen dan melakukan ritual dengan mengunjungi makam yang dinilai keramat. Di daerah Kemayoran, misalnya, para pemain Ondel-ondel biasanya melakukan ritual tersebut di makam Kumpi.

Dengan melakukan ritual sebelum pentas tersebut, pemain Ondel-ondel diyakini memiliki kekuatan lebih untuk dapat menandak dengan boneka raksasa itu hingga berjam-jam.

Namun, menginjak tahun 2000-an, tradisi tersebut sudah mulai ditinggalkan. Ritual sebelum pentas dianggap sebagai animisme belaka.

Karena meninggalkan tradisi ke makam leluhur tersebut, para pemain Ondel-ondel saat ini dinilai banyak yang tidak sanggup menanjak hingga berjam-jam. Kondisi yang panas di dalam boneka raksasa itu juga dapat memicu pemain mengalami pingsan saat menggelar pementasan.

Ondel – Ondel atau apapun bentuknya merupakan bentuk kearifan lokal yang harus dijaga. Hal itu merupakan bukti bahwa kita orang yang berbudaya dan berakal.