9 Dampak Buruk Perceraian Bagi Kualitas Hidup
3 menit membacaKabar perceraian pasangan selebriti dunia Brad pitt dan Angelina Jolie tengah jadi buah bibir. Setelah 12 tahun menikah, aktor dan aktris Hollywood yang sempat disebut sebagai pasangan paling serasi ini memutuskan berpisah.
Perceraian memang jadi momok paling menakutkan dalam dunia pernikahan. Di Indonesia, angka perceraian juga meningkat dalam lima tahun terakhir. Data Kementerian Agama (Kemenag) RI menyebutkan angka perceraian meningkat sebanyak 59%-80% pada tahun 2010-2015. Data tersebut juga menyinggung, dari dua juta pasangan yang menikah, sebanyak 15% hingga 20 % bercerai.
Banyak orang bercerai karena alasan kebaikan. Namun, tahukah kamu perceraian memiliki banyak dampak negatif baik dari segi finansial, kesehatan bahkan psikologi. Berdasarkan sejumlah penelitian yang dihimpun CekAja, berikut ini dampak buruk perceraian bagi kualitas hidup:
Risiko pasangan yang menikah di akhir usia 20-an bercerai rendah
Salah satu hasil riset Nicholas Wolfinger, profesor dari Universitas Utah, jauh dari anggapan masyarakat selama ini. Menunda pernikahan hingga usia mendekati 35 tahun rupanya tidak menjamin pernikahan lebih awet. Sebaliknya, waktu paling tepat untuk menikah adalah di awal 20-an hingga awal 30-an.
Kalau kamu menunda pernikahan hingga lebih dari 32 tahun, risiko bercerai akan semakin besar meskipun tidak sebesar pasangan yang menikah di usia remaja. Dalam jurnal yang ditulis Wolfinger, dia menyebutkan jika usia terbaik untuk melangsungkan pernikahan adalah di akhir 20-an.
(Baca juga: Ini Budidaya Beromzet Ratusan Juta yang Bisa Kamu Kerjakan di Rumah)
Banyak perceraian terjadi di bulan Maret dan Agustus
Penelitian American Sociological Association tahun 2016 menemukan mayoritas perpisahan terjadi di bulan Maret dan Agustus. Rupanya ini ada kaitannya dengan musim liburan di sana. Dalam penelitian tersebut, ditulis jika awal liburan dipilih sebagai awal yang baru dan waktu yang tepat untuk memulihkan diri dari sakit hati.
Pasangan menikah yang menonton film porno memiliki risiko tinggi bercerai
Studi terbaru American Sociological Association menemukan fakta bahwa risiko bercerai pasangan menikah yang sering mengonsumsi pornografi dua kali lipat lebih besar dibanding mereka yang tidak kecanduan pornografi. Studi tersebut melibatkan 2.000 partisipan dengan jangka waktu 10 tahun. Faktanya, pornografi berdampak lebih besar pada wanita. Wanita yang rajin menonton film porno selama periode peneliatian berlangsung berisiko cerai tiga kali lipat lebih tinggi.
Alasannya, pasangan menikah yang mengonsumsi pornografi mengindikasikan jika pernikahan mereka sedang bermasalah. Entah itu tidak puas dengan kehidupan seks atau terjadi masalah komunikasi. Dengan kata lain, bukan pornografi yang menyebabkan pasangan menikah bercerai, melainkan alasan di balik kebiasaan tersebut.
Suami yang tidak punya pekerjaan berisiko cerai
Studi terbaru Universitas Harvard menyimpulkan, bukan besar kecilnya uang yang menjadi penyebab keretakan rumah tangga melainkan apakah suami punya pekerjaan tetap atau tidak. Pasangan dengan suami yang tidak punya pekerjaan tetap berisiko cerai 3,3% lebih banyak dibandingan suami yang punya pekerjaan purna waktu dengan risiko sebesar 2,5%.
Status pekerjaan wanita tidak mempengaruhi peluang bercerai
Universitas Harvard juga menemukan fakta bahwa pasangan menikah yang keduanya sama-sama bekerja, kualitas pernikahan akan semakin baik.
(Baca juga: Wanita Pencari Nafkah Ternyata Bikin Keluarga Lebih Bahagia)
Semakin dekat jarak usia, semakin rendah risiko cerai
Risiko bercerai semakin meningkat seiring lebarnya jarak usia pasangan. Perbedaan usia satu tahun membuat risiko bercerai ada di angka 3%, perbedaan lima tahun membuat risiko cerai 18%, dan perbedaan 10 tahun membuat risiko cerai mencapai 39%.
Semakin mewah pesta pernikaham, semakin tinggi tingkat cerai
Semakin banyak uang yang dihabiskan untuk merayakan pertunangan dan pernikahan, semakin besar risiko cerai. Sebuah riset yang dilakukan Departemen Ekonomi Universitas Atlanta membeberkan jika pasangan yang menghabiskan US$20.000 (Rp260 juta) berisiko cerai 1,6 kali lebih besar di bandingkan wanita yang menghabiskan biaya antara US$5.000 (Rp85 juta) sampai US$10.000 (Rp130 juta). Sedangkan pasangan yang biaya pernikahannya kurang dari US$1.000 (Rp13 juta) punya risiko cerai di bawah rata-rata angka perceraian di Amerika.
Perceraian berdampak pada hubungan pernikahan anak ketika dewasa
Perceraian sering berakibat buruk terutama untuk anak-anak. Psikologi anak terganggu karena kurangnya kasih sayang orangtua. Tapi penelitian terbaru menyebutkan, anak yang orangtuanya selalu bertengkar dan bercerai, justru berisiko rendah cerai saat dewasa. Sebaliknya anak yang orangtuanya bertengkar namun tidak cerai malah berisiko cerai lebih besar saat dewasa.
(Baca juga: Ini Caranya Agar Cicilan Utangmu Makin Ringan)
Perceraian dapat menyebabkan serangan jantung
Wanita yang bercerai berisiko terkena serangan jantung 24% lebih banyak dibandingkan wanita yang menikah. Risiko serangan jantung meningkat 77% pada wanita yang sudah bercerai dua atau lebih dari dua kali. Sedangkan bagi pria, risko serangan jantung hanya terjadi pada mereka yang bercerai lebih dari dua kali.
Butuh asuransi kesehatan yang dapat mengcover biaya berbagai penyakit berbahaya? Daftar segera di CekAja!