Baru Menjadi Orangtua atau Punya Anak Pertama, Inilah Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan

Miliki anak pertama adalah berkah, rezeki dan kebahagiaan yang tidak terkira bagi banyak orang. Namun kebahagiaan tersebut sebanding dengan kekhawatiran bila kita tidak miliki persiapan finansial.

Apakah saya mampu membeli popok? Apakah saya mampu membiayainya sampai perguruan tinggi? Dengan persiapan matang dan kedisiplinan, kamu bisa mmbangun keluarga dengan landasan finansial yang kuat. Masa depan anak pun terjamin.

Umumnya pasangan muda yang baru punya anak menikah cenderung menunda memiliki asuransi jiwa karena dirasa belum perlu. Mereka lebih memprioritaskan untuk mengumpulkan aset lainnya, seperti rumah atau kendaraan. Padahal asuransi jiwa adalah kebutuhan pokok yang berguna untuk melindungi diri orang yang dicintai.

Ini salah satu kesalahan yang sering dilakukan orangtua yang baru punya anak. Berikut kesalahan lainnya dan bagaimana menghindarinya.

Tidak punya asuransi jiwa

“Kebanyakan orangtua muda tidak memiliki asuransi jiwa, kata Johanna Fox Turner, seorang perencana keuangan dan pendiri Milestones Financial Planning di Kentucky Amerika.

Garrett Prom, perencana keuangan terkemuka dari Texas Amerika juga setuju. “Sangat sedikit klien muda yang menyadari pentingnya asuransi jiwa. Mereka hanya dilindungi asuransi dari kantor.

Sayangnya asuransi dari kantor tidak menawarkan manfaat yang cukup besar, dan manfaat tersebut berakhir ketika meninggalkan perusahaan. (Baca juga: Punya BPJS Kesehatan dan Asuransi Kesehatan Lain dari Kantor? Begini Cara Memaksimalkannya

Yang harus dilakukan: Kedua orangtua perlu asuransi jiwa, bahkan jika salah satunya tidak bekerja. Katakanlah jika istri yang tidak bekerja meninggal dunia, suami perlu membayar jasa pengasuh atau penitipan anak jika anak tidak bisa diurus oleh kakek dan neneknya. Pilih asuransi jiwa yang mengcover biaya pendidikan anak dan biaya hidup layak.

 Tidak membuat surat wasiat

“Kebanyakan keluarga muda yang aku temui tidak ingin berpikir tentang surat wasiat. Bahkan jika perencana keuangan menyarankan, mereka tetap tidak mau membicarakan tentang ini, kata Prom.

Namun setiap orangtua sebaiknya memang menyiapkan surat wasiat yang mencatat bagaimana pembagian kekayaan, properti, dan wali anak. Kalau kamu dan pasangan meninggal dunia dan tidak ada yang meninggalkan surat wasiat, negara akan menunjuk wali dan wali tersebut yang memutuskan pengelolaan aset sampai anak cukup umur. (Baca juga:  Hal-Hal yang Sering Diabaikan Orang Soal Warisan)

Yang harus dilakukan: Setiap orangtua harus memiliki surat wasiat. Minta sahabat baik atau keluarga yang tepercaya untuk bertindak sebagai wali jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Konsultasikan dengan pengacara untuk keputusan terbaik.

Tidak punya perancanaan anggaran dan tabungan masa depan

“Setiap orangtua punya kecenderungan untuk meyenangkan anak mereka, terutama saat baru memiliki anak pertama, kata Chad Nehring, perencana keuangan dari Wisconsin Amerika.

Semakin boros seseorang, semakin takut mereka untuk mengevaluasi pengeluaran. Tanpa perencanaan anggaran, tentu saja catatan pengeluaran merupakan momok menakutkan.

Yang harus dilakukan: Kamu tidak bisa mengatur apa yang tidak kamu ukur. Supaya lebih mudah, gunakan aplikasi smartphone untuk mencatat setiap pengeluaran. Buat kategori berdasarkan kebutuhan dan pengeluaran. Jangan lupa siapkan rekening khusus untuk dana darurat.

Tidak menyiapkan dana pendidikan dan pensiun

Masa kuliah mungkin terkesan masih lama saat anakmu masih bayi. Apalagi masa pensiun untukmu dan pasangan. Namun mengabaikan dana pensiun demi bisa menyekolahkan anak adalah ide buruk. Anakmu bisa sekolah dengan beasiswa, tapi tidak ada beasiswa untuk pensiun lho.  (Baca juga:  Perbedaan Asuransi Pendidikan dan Tabungan Pendidikan yang Wajib Diketahui OrangTua)

Yang harus dilakukan: Bikin tabungan rencana pendidikan dan tabungan rencana pensiun. Sistem pembayarannya akan didebet dari tabungan setiap bulan.

Tidak memasukkan anak dalam rencana asuransi

Setelah anak lahir, sangat besar kemungkinannya untuk sakit dan menyedot biaya. Lalu bagaimana menanggung biayanya?

Yang harus dilakukan: Mengubah plan Asuransi kesehatan itu sangatlah mungkin, kamu tinggal menyesuaikan apa yang ingin kita sesuaikan dengan kebutuhan akan perlindungan asuransi.

Penambahan jumlah tanggungan dilakukan apabila kamu akan menambahkan istri atau anak ke dalam daftar tanggungan dalam polis asuransi kesehatan.   (Baca juga: Pedoman Memilih Asuransi Kesehatan Murah

Penambahan ini bisa dilakukan hanya dengan pemegang polis mengisi dan menyerahkan formulir permohonan Asuransi kesehatan istri atau anak yang akan ditambahkan dalam polis.