Beda Tarif MRT, LRT, KRL hingga Transjakarta, Mana Paling Murah?
5 menit membacaLebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ungkapan ini mungkin relevan bila dikaitkan dengan sistem transportasi di Indonesia khususnya di ibu kota. Era baru! Demikian sebagian orang menyebut kehadiran transportasi berbasis rel yakni mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), dan kereta rel listrik (KRL) yang lebih dulu beroperasi.
Jika dibandingkan dengan negara lain macam Jepang atau Korea, Indonesia boleh disebut masih ketinggalan. Di dua negara tersebut misalnya kehadiran transportasi berbasis rel jauh lebih dulu hadir. Bukan hanya itu, ruasnya pun lebih panjang dibandingkan dengan transportasi rel di Indonesia.
Bagaimanapun, Indonesia sudah memulai. Dan kehadiran transportasi berbasis rel ini bisa menjadi gerbang pembuka untuk sistem transportasi yang lebih baik di Indonesia, paling tidak di Jakarta dan sekitarnya. Lalu seperti apa dan berapa besaran tarif antara MRT, LRT, dan KRL tersebut? Bagaimana perbandingannya dengan tarif Transjakarta?
Tarif MRT Jakarta
MRT Jakarta yang baru beroperasi tepatnya pada Maret 2019 adalah fase 1 yang menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI. Anggaran yang dihabiskan menelan hampir Rp17 triliun. Total ada 13 stasiun yang terdiri dari tujuh stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah.
Sementara untuk MRT Jakarta fase 2 saat ini proses pengerjaannya masih berlangsung yang menghubungkan Bundaran HI sampai dengan Kampung Bandan dengan anggaran mencapai Rp22,5 triliun. Total ada tujuh stasiun yang dibangun pada fase 2 yang semuanya berada di bawah tanah. Inilah yang menjadikan anggaran untuk fase 2 lebih besar ketimbang fase 1. Jalur MRT Jakarta fase 2 sepanjang 7,8 km ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2024.
Setelah beroperasi, MRT Jakarta rupanya masih menyimpan polemik terutama pada besaran tarif. Namun, Gubernur DKI Anies Baswedan dan Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi telah menyepakati besaran tarif mencapai Rp10.000/10 km. Sementara dari Lebak Bulus ke Bundaran HI mencapai Rp14.000. Adapun tarif minimal yang tap in dan tap out di stasiun yang sama yakni Rp3.000.
Hitungan Rp10.000/10 km tersebut atas komponen dasar boarding fee sebesar Rp1.500 per km dan unit harga per km-nya Rp850. Dengan demikian, Pemprov DKI Jakarta akan menganggarkan subsidi sepanjang tahun ini mencapai Rp672 miliar untuk penumpang MRT Jakarta. Berikut tarif lengkap antar stasiun MRT Jakarta.
Lebak Bulus-Fatmawati Rp4.000
Lebak Bulus-Cipete Raya Rp5.000
Lebak Bulus-Haji Nawi Rp6.000
Lebak Bulus-Blok A Rp7.000
Lebak Bulus-Blok M Rp8.000
Lebak Bulus-Sisingamangaraja Rp9.000
Lebak Bulus-Senayan Rp10.000
Lebak Bulus-Istora Rp11.000
Lebak Bulus-Bendungan Hilir Rp12.000
Lebak Bulus-Setiabudi Rp13.000
Lebak Bulus-Dukuh Atas Rp14.000
Lebak Bulus-Bundaran HI Rp14.000
Fatmawati-Cipete Raya Rp4.000
Fatmawati-Haji Nawi Rp5.000
Fatmawati-Blok A Rp6.000
Fatmawati-Blok M Rp7.000
Fatmawati-Sisingamangaraja Rp7.000
Fatmawati-Senayan Rp9.000
Fatmawati-Istora Rp9.000
Fatmawati-Bendungan Hilir Rp10.000
Fatmawati-Setiabudi Rp11.000
Fatmawati-Dukuh Atas Rp12.000
Fatmawati-Bundaran HI Rp13.000
Cipete Raya-Haji Nawi Rp3.000
Cipete Raya-Blok A Rp4.000
Cipete Raya-Blok M Rp5.000
Cipete Raya-Sisingamangaraja Rp6.000
Cipete Raya-Senayan Rp7.000
Cipete Raya-Istora Rp8.000
Cipete Raya-Bendungan Hilir Rp9.000
Cipete Raya-Setiabudi Rp9.000
Cipete Raya-Dukuh Atas Rp10.000
Cipete Raya-Bundaran HI Rp11.000
Haji Nawi-Blok A Rp3.000
Haji Nawi-Blok M Rp4.000
Haji Nawi-Sisingamangaraja Rp5.000
Haji Nawi-Senayan Rp6.000
Haji Nawi-Istora Rp7.000
Haji Nawi-Bendungan Hilir Rp8.000
Haji Nawi-Setiabudi Rp8.000
Haji Nawi-Dukuh Atas Rp9.000
Haji Nawi-Bundaran HI Rp10.000
Blok A-Blok M Rp3.000
Blok A-Sisingamangaraja Rp4.000
Blok A-Senayan Rp5.000
Blok A-Istora Rp6.000
Blok A-Bendungan Hilir Rp7.000
Blok A-Setiabudi Rp7.000
Blok A-Dukuh Atas Rp8.000
Blok A-Bundaran HI Rp9.000
Blok M-Sisingamangaraja Rp3.000
Blok M-Senayan Rp4.000
Blok M-Istora Rp5.000
Blok M-Bendungan Hilir Rp6.000
Blok M-Setiabudi Rp6.000
Blok M-Dukuh Atas Rp7.000
Blok M-Bundaran HI Rp8.000
Sisingamangaraja-Senayan Rp3.000
Sisingamangaraja-Istora Rp4.000
Sisingamangaraja-Bendungan Hilir Rp5.000
Sisingamangaraja-Setiabudi Rp6.000
Sisingamangaraja-Dukuh Atas Rp7.000
Sisingamangaraja-Bundaran HI Rp7.000
Senayan-Istora Rp3.000
Senayan-Bendungan Hilir Rp4.000
Senayan-Setiabudi Rp4.000
Senayan-Dukuh Atas Rp5.000
Senayan-Bundaran HI Rp6.000
Istora-Bendungan Hilir Rp3.000
Istora-Setiabudi Rp3.000
Istora-Dukuh Atas Rp4.000
Istora-Bundaran HI Rp5.000
Bendungan Hilir-Setiabudi Rp3.000
Bendungan Hilir-Dukuh Atas Rp3.000
Bendungan Hilir-Bundaran HI Rp4.000
Setiabudi-Dukuh Atas Rp3.000
Setiabudi-Bundaran HI Rp4.000
Dukuh Atas-Bundaran HI Rp3.000
(Baca juga: Menilik Perbedaan KRL, LRT, dan MRT)
Tarif LRT Kelapa Gading – Velodrome
Berbeda dengan MRT Jakarta, tarif LRT dipatok lebih rendah lagi yakni mencapai Rp5.000 untuk rute Kelapa Gading – Velodrome dari sebelumnya diwacanakan Rp6.000. Untuk saat ini, LRT yang siap beroperasi baru rute Kelapa Gading – Velodrome. Sementara LRT Jabodebek pengerjaannya masih berproses dan ditargetkan beroperasi pada 2021.
LRT Jabodebek merupakan proyek transportasi yang dibangun guna mengurangi kepadatan kendaraan yang masuk Jakarta dari kota-kota satelit disekitarnya. Dengan begitu, akan meminimalisir kemacetan di tol Jakarta – Cikampek (Japek) dan Jagorawi.
Dalam laman resminya disebutkan, LRT Jabodebek tahap I terdiri dari 3 lintas layanan yaitu Lintas layanan 1 Cawang-Cibubur, Lintas Layanan 2 Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, Lintas Layanan 3 Cawang – Bekasi Timur. LRT Jabodebek tahap II terdiri dari 3 lintas layanan yaitu Lintas Layanan 4 Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, Lintas Layanan 5 Cibubur- Bogor, dan Lintas Layanan 6 Palmerah-Grogol.
Sementara letak stasiun LRT Jabodebek tahap I: Untuk lintas layanan Cawang – Kuningan-Dukuh Atas memiliki panjang 11,5 km, terdapat beberapa stasiun pemberhentian antara lain Ciliwung, Cikoko, Kuningan, Rasuna Said, Setiabudi, dan Dukuh Atas.
Adapun, lintas layanan Cawang-Bekasi Timur memiliki panjang 18,5 km dan memiliki stasiun di Halim, Jatibening Baru, Cikunir1, Cikunir2, Bekasi Barat, dan Jatimulya (Bekasi Timur).
(Baca juga: Mengenal Lebih Dekat dengan LRT Jabodebek)
Tarif KRL
PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) yang menaungi KRL telah menetapkan tarif Rp3.000 untuk 25 km pertama dari tarif operator Rp6.250. Sementara tarif 10 km berikutnya beserta kelipatannya dipatok Rp1.000 dari tarif operator Rp2.500. Tarif ini mulai berlaku pada Oktober 2016.
KRL Jabodetabek terbagi ke dalam beberapa rute antara lain:
Bogor – Jakarta Kota: 54,812 km
Depok – Jakarta Kota: 32.682 km
Bogor – Jatinegara: 66,758 km
Depok – Jatinegara: 44,632 km
Bekasi – Jakarta Kota: 26,523 km
Maja – Tanah Abang: 55,629 km
Rangkas Bitung – Tanah Abang: 72,769 km
Tangerang – Duri: 19,297 km
Tanjung Priok – Jakarta Kota: 8,115 km
Nambo – Duri: 50,803 km
(Baca juga: 5 Peluang Bisnis Paling Menjanjikan di Kawasan Stasiun KRL)
Tarif BRT
Transjakarta atau transportasi di Jakarta dengan sistem bus rapid transit (BRT) mulai beroperasi pada Februari 2004. Sistem transportasi ini diklaim pertama kali ada di Asia Tenggara dan Asia Selatan dengan jalur lintasan terpanjang hingga 208 km.
Seperti dikutip dari laman resmi Transjakarta, tarif yang dikenakan kepada penumpang berbeda-beda sesuai waktu yakni mulai pukul 05.00 hingga pukul 07.00 WIB tarif dikenakan Rp2.000. Sementara mulai pukul 07.00 hingga pukul 24.00 WIB dan dari pukul 24.00 hingga pukul 05.00 WIB dikenakan tarif Rp3.500.
Sejak 2013, sistem ticketing di Transjakarta menggunakan kartu elektronik. Penumpang bisa menggunakan kartu prabayar yang dikeluarkan oleh beberapa bank antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRIZZI), Bank Central Asia (Flazz), Bank Negara Indonesia (Tapcash, Kartu Aku, dan Rail Card), Bank Mandiri (e-money, e-Toll Card, Indomaret Card, dan GazCard), Bank DKI (JakCard), serta Bank Mega MegaCash.
Kehadiran keempat transportasi andalan ibu kota di atas selama ini memang sangat efektif untuk memudahkan mobilitas warga Jakarta dan sekitarnya. Setidaknya kehadiran MRT, LRT, KRL dan Transjakarta bisa menekan angka kemacetan di Jakarta jika dibandingkan warga membawa kendaraan sendiri ke Jakarta. Nah, kamu sendiri lebih memilih transportasi yang mana?