Mengenal Hiperinflasi: Mulai dari Pengertian, Dampak, dan juga Faktor Penyebabnya

Kata ‘hiperinflasi’ kerap disebutkan oleh banyak orang. Tetapi, kamu tahu tidak apa itu hiperinflasi? Untuk mengenal hiperinflasi secara lengkap, yuk simak bahasan berikut ini!

Mengenal Hiperinflasi: Mulai dari Pengertian, Dampak, dan juga Faktor Penyebabnya

Apa Itu Hiperinflasi?

Hiperinflasi merupakan suatu kondisi dimana kenaikan harga terjadi secara cepat dan tidak terkendali di sebuah perekonomian dalam jangka waktu tertentu.

Kondisi dapat dikatakan hiperinflasi apabila, tingkat inflasi lebih dari 50% atau bahkan mencapai 100% dalam kurun waktu sebulan.

Normalnya, inflasi biasanya menunjukan perhitungan kenaikan harga dilakukan secara bulanan. Tetapi, untuk hiperinflasi perhitungan tersebut dilakukan per hari. Sebab, kenaikan harga dalam 1 hari bisa mencapai 5 hingga 10%.

Perubahan kenaikan harga yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba ini, jika tidak diiringi dengan pendapatan masyarakat, maka dapat memicu perekonomian menjadi tidak stabil.

Tidak hanya itu, hiperinflasi juga dapat menyebabkan penurunan mata uang di suatu negara menjadi turun dengan cukup tajam. Oleh sebab itu, penting untuk memantau harga dan mengelola laju inflasi.

Dampak dari Hiperinflasi

Kenaikan harga yang terjadi sangat cepat dan tiba-tiba tentu akan berdampak bagi suatu negara. Terlebih, jika kenaikan tidak diseimbangi dengan pertambahan pendapatan masyarakatnya.

Sebab, dalam kondisi ekonomi normal, kenaikan harga akan terjadi bersamaan dengan kenaikan upah pekerja.

Apabila hal tersebut tidak bejalan seiringan, maka perekonomian suatu negara akan terganggu. Nilai mata uang akan mengalami penurunan, dan menjadi tidak memiliki nilai. Hal ini, karena berkurangnya daya beli.

Selain itu, ketidakmampuan masyarakat dalam membeli kebutuhan pokok dapat membuat masyarakat bertindak nekat. Seperti, menjarah toko atau supermarket, demi memenuhi kebutuhan pokoknya.

Faktor-Faktor Penyebab Hiperinflasi

Nah setelah mengetahui dampak yang diberikan dari hiperinflasi, kamu perlu mengetahui juga apa saja faktor yang menyebabkan hiperinflasi tersebut.

Berikut ini, CekAJja telah merangku beberapa faktor penyebab terjadinya hiperinflasi:

1. Defisit Anggaran

Faktor penyebab hiperinflasi yang pertama adalah akibat banyaknya jumlah uang yang diterbitkan, tetapi tidak disikapi dengan bijak.

Penerbitan uang yang tidak terkendali, bahkan tidak di seimbangi dengan jumlah ketersediaan barang serta jasa, dapat menyebabkan nilai mata uang suatu negara mengalami penurunan.

Oleh sebab itu, penerbitan uang ini perlu dilakukan dengan bijak dan memperhatikan banyak faktor. Dengan begitu, hiperinflasi bisa dicegah.

2. Kondisi Sosial Politik

Nyatanya, politik juga bisa menyebabkan hiperinflasi. Sebab, konflik internal yang berkepanjangan ini bisa menimbulkan ketidakstabilan ekonomi suatu negara, dan menyebabkan terjadinya hiperinflasi.

Konflik interal bisa akibat berbagai faktor permasalahan, yang mengakiatkan memanasnya hubungan antara masyarakat dengan pemerintah.

Akibat dari hal tersebut, bisa terjadi banyak hal yang kurang baik, seperti demostrasi, kerusuhan, hingga vandalisme.

Apabila permasalahan ini berlangsung dengan lama, maka sudah bisa dipastikan akan berdampak pada penurunan pendapatan nasional.

Terlebih, konflik internal ini bisa berpotensi adanya kerusakan infrastruktur. Sehingga, anggaran dana yang besar akan dialihkan untuk memperbaiki infrastruktur tersebut.

Negara Yang Pernah Terkena Hiperinflasi

Nyatanya, hiperinflasi sudah pernah dialami oleh berbagai negara, seperti cina, yunani, prancis, peru, hingga negara yang memiliki ekonomi yang kuat, Jerman, sudah pernah mengalami hiperinflasi.

Bahkan di tahun 2007, juga terdapat salah satu negara yang mengalami hiperinflasi. Negara tersebut adalah Zimbabwe.

Zimbabwe menjadi negara yang mengalami hiperinflasi terbesar di tahun 2007. Negara yang merdeka tahun 1980 ini, memang belum mempunyai kemandirian ekonomi.

Pemicu terjadinya hiperinflasi di Zimbabwe berasal dari berbagai faktor. Salah satunya adalah akibat kebijakan redistribusi tanah yang dilakukan oleh pemerintah.

Tanah tersebut dikelola oleh petani lokal. Tetapi, akibat kurangnya pengetahuan, lahan tersebut tidak bisa berproduksi secara optimal.

Akibatnya, produksi di sektor pertanian menjadi anjlok, dan stok bahan pangan terus menurun. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hiperinflasi.

Tidak hanya itu, pemicu hiperinflasi lainnya juga akibat keterlibatan Zimbabwe dalam konflik dengan negara Kongo.

Sebenarnya, defisit anggaran Zimbabwe mulai terjadi dari tahun 1990-an, dan puncaknya di tahun 2007. Di Tahun ini tingkat inflasi yang dialami mencapai 115%.

Dari hiperinflasi tersebut, mengakibatkan ketersediaan pangan hingga pasokan bahan bakar di negara Zimbabwe semakin langka.

(Baca Juga: Mengenal Definisi Inflasi dan Jenis-jenisnya)

Untuk mengatasi inflasi tersebut, pemerintah Zimbabwe menerapkan kebijakan Quantitative Easing (QE) sebagai langkah awal.

Kebijakan tersebut adalah mencetak mata uang guna membiayai pengeluaran pemerintah dan pinjaman dari luar negeri. Tetapi, ternyata kebijakan tersebut menyebabkan nilai mata uang menurun.

Tidak berhenti sampai disitu, pemerintah terus mengembangkan kebijakan demi meningkat perekonomian. Langkah selanjutnya yang diambil adalah kebijakan multi-currency.

Kebijakan ini yaitu menggunakan mata uang asing sebagai alat pembayaran transaksi dalam negeri. Dengan menerapkan kebijakan ini, ternyata memberikan dampak positif bagi perekonomian di negara Zimbabwe.

Apakah Indonesia Pernah Terkena Hiperinflasi?

Tidak hanya negara-negara di atas saja. Ternyata Indonesia juga pernah loh terkena hiperinflasi. Hiperinflasi ini terjadi pada masa order baru di tahun 1963 hingga 1965.

Di tahun tersebut terjadi defisit anggaran yang besar. Besarnya defisit APBN salah satu penyebabnya adalah pengeluaran yang sangat besar, terutama untuk program-program politik.

Dari tahun 1965 defisit anggaran terus meninggi, puncaknya di tahun 1966, defisit mencapai hingga Rp2,139 triliun.

Keadan semakin keruh, akibat kebijakan penanganan yang dilakukan. Kebijakan yang dilakukan yaitu menutup defisit dengan mencetak uang.

Mengatasi permasalahan ekonomi tersebut, selanjunya diterapkan model anggaran penerimana dan belanja yang berimbah. Upaya ini ternyata cukup berhasil. Perekonomian Indonesia lambat laun mulai stabil.

(Baca Juga: Definisi dan Kegunaan Pemotongan Nilai Mata Uang)

Nah, itu dia seputar mengenai hiperinflasi. Setelah membaca artikel di atas tentu kamu satu langkah lebih mengenal hiperinflasi.

Hiperinflasi terjadi secara cepat dan tiba-tiba, tidak ada yang tau kapan akan terjadi. Oleh sebab itu, perlu kamu perlu mempersiapkan dana darurat sebagai penanganan.

Kamu bisa membuka tabungan sejak dini. Saat ini, sudah banyak jenis tabungan yang ditawarkan oleh berbagai perusahaan perbankan.

Setiap jenis tabungan memiliki tujuan dan manfaat yang beragam. Sebelum membukanya, pastikan jenis tabungan yang kamu pilih sesuai dengan kebutuhan kamu.

Pembukaan tabungan untuk dana darurat, bisa dilakukan dengan mendaftar langsung ke kantor cabank bank yang kamu inginkan.

Tetapi, rasanya cukup ribet jika harus keluar rumah dan mendatangi kantor cabang. Agar lebih mudah, kamu bisa loh melakukan pengajuan pembukaan tabungan secara online melalui CekAja.com.

Di CekAja.com, kamu bisa melakukan pengajuan kapan saja dan dimana saja. Terlebih pengajuan di sana terbilang cukup mudah, cepat, dan juga aman.

Nah, tunggu apalagi? Yuk, segera buka tabungan pilihan kamu melalui CekAja.com sekarang juga!