Mengenal Makna Upacara Siraman pada Rangkaian Pernikahan Adat Jawa

Bagi masyarakat Jawa, mereka pasti sudah sangat mengenal makna upacara siraman, beserta prosesi upacara pernikahan adat Jawa lainnya. Namun untuk mereka suku Jawa yang berdomisili di luar Jawa, apakah juga mengenal makna upacara siraman dengan baik?

Mengenal Makna Upacara Siraman pada Rangkaian Pernikahan Adat Jawa

Melihat realita yang ada, sepertinya banyak dari mereka, yaitu suku Jawa yang berdomisili di luar pulau Jawa, kurang mengenal makna upacara siraman yang sebenarnya.

Salah satu penyebabnya, yaitu mereka terlalu lama tinggal di luar daerah pulau Jawa, dan kurang mencari tahu adat dan kebudayaan suku Jawa, termasuk siraman.

Sehingga, secara garis besar bisa disimpulkan, kalau tidak semua suku Jawa mengenal makna upacara siraman dengan baik.

Untuk itu, buat kamu suku Jawa yang belum mengetahui makna upacara siraman, dan kamu suku lainnya yang ingin tahu seperti apa upacara siraman beserta maknanya, pada artikel kali ini, CekAja.com akan mengulasnya lengkap khusus untuk kamu. Simak bersama-sama, yuk!

Sekilas tentang Upacara Siraman

Makna Upacara Siraman Adat Jawa

Sebelum mulai mengenal makna upacara siraman, ada baiknya kamu ketahui terlebih dahulu informasi dasar seputar siraman itu sendiri.

Jadi, pada dasarnya siraman adalah salah satu bagian dari rangkaian prosesi, yang harus dilakukan dalam upacara pernikahan adat Jawa.

Jika dilihat dari asal katanya, siraman berasal dari kata siram, yang artinya mengguyur atau mandi.

Namun, mandi dalam prosesi siraman ini berbeda dari mandi yang dilakukan sehari-hari, karena memiliki tujuannya sendiri.

Untuk waktu pelaksanaannya, prosesi siraman umumnya dilakukan satu hari sebelum hari akad nikah, baik itu siang atau sore hari.

(Baca Juga: Perbedaan Hantaran, Seserahan, dan Mahar)

Adapun orang yang memandikan calon pengantin, bukanlah orang sembarangan. Biasanya dipilih dari para sesepuh, maupun anggota keluarga yang dianggap pantas.

Dan sesepuh yang dipilih pun, tentunya bukan yang duda atau janda, melainkan sesepuh yang masih bersuami atau istri. Hal itu ditujukan agar pernikahannya nanti bisa panjang umur, layaknya pernikahan pelaku siraman.

Selain itu, pemilihan pelaku siraman juga dilihat dari kesuksesannya. Yang mana, pelaku yang dipilih adalah sosok yang dianggap sukses dalam hidupnya, dengan harapan jejaknya bisa menjadi contoh dan diikuti oleh calon pengantin.

Untuk jumlah pelaku siraman, sebenarnya tidak ada jumlah khusus. Namun biasanya, pelaku yang dipilih untuk siraman sebanyak tujuh orang, atau dalam bahasa Jawa disebut pitu.

Maksud dari dipilihnya tujuh orang tersebut, yaitu agar orang-orang yang terpilih menjadi pelaku siraman, dapat memberikan pertolongan (pitulungan).

Tetapi di samping itu, ada sebuah ulasan yang ditulis Ernawati Purwaningsih dan dipublikasikan di situs Dinas perpustakaan dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta mengatakan, kalau jumlah pelaku siraman sebenarnya tidak dibatasi.

Yang terpenting adalah jumlah pelakunya ganjil. Jadi, semakin banyak orang yang terpilih menjadi pelaku siraman, maka semakin baik.

Hanya saja, hal tersebut tidak disarankan untuk dilakukan, mengingat risiko calon pengantin kedinginan sangat besar. Sehingga, jumlah ideal untuk pelaku siraman hingga saat ini, yaitu tujuh orang.

Mengenal Makna Upacara Siraman

Makna Upacara Siraman Adat Jawa (1)

Nah, informasi dasar seputar upacara siraman, sudah kamu ketahui lengkap di pembahasan sebelumnya.

Itu artinya, ini adalah saat yang tepat untuk kamu mengenal makna upacara siraman dengan baik. Sebab, makna upacara siraman bisa dibilang sangat menarik dan sakral.

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, siraman merupakan kata yang memiliki arti mandi atau mengguyur.

Dalam kehidupan sehari-hari, mandi adalah aktivitas yang ditujukan untuk membersihkan kotoran yang menempel di badan, agar bersih kembali seperti semula.

Tetapi dalam siraman adat Jawa, “mandi” ditujukan untuk membersihkan segala jenis gangguan, agar semua proses menuju pernikahan lancar dan tidak terhambat halangan apapun.

Sehingga, harapannya kedua pengantin setelah ijab kabul, dapat memulai hidup baru dengan lancar, serta berada dalam keadaan yang bersih dan suci.

Dalam prosesi siraman, alat dan bahan yang dibutuhkan tentunya tidak hanya air saja. Ada beberapa sesajen dan barang-barang kecil lainnya yang memiliki makna unik, yang perlu dipersiapkan.

Seperti misalnya jajanan pasar, pisang raja, bunga sritaman dan lain sebagainya. Semua sesajen dan barang tersebut, memiliki makna tersendiri yang unik.

Jajanan pasar misalnya, sesajen ini memiliki makna sebagai simbol akan pengingat kehidupan di dunia, serta lambang hubungan antar manusia dan silaturahmi.

Kemudian pisang raja, yang memiliki makna agar mempelai memiliki sifat seperti raja yang berbudi luhur, adil dan selalu menepati janji.

Tidak hanya itu, pisang juga memiliki filosofi yang dapat tumbuh dan hidup di mana saja. Apalagi, semua bagian pisang pun bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Dengan begitu, harapannya calon pengantin dapat beradaptasi satu sama lain, serta bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya.

Jenis pisang yang sebaiknya dipilih adalah pisang raja ayu yang sudah matang. Sebab, pisang ini memiliki makna berupa mempelai diharapkan dapat tumbuh dengan pemikiran yang matang dan dewasa.

Di samping itu ada juga bunga sritaman. Terdiri dari beberapa jenis bunga seperti mawar, melati dan kenanga, setiap bunga ini mempunyai maknanya tersendiri.

Bunga mawar mengandung makna mawi arsa, yang artinya dengan kehendak atau niat. Lalu bunga melati bermakna ketulusan dalam berucap, berbicara dan hati nurani paling dalam.

Sementara bunga kenanga mengandung makna kenenge, yang artinya gapailah.

Sesaji Siraman

Sesaji Siraman - Makna Upacara Siraman Adat Jawa

Berbicara seputar sesaji, beberapa di antaranya kamu mungkin sudah tahu, apa saja sesaji yang harus ada di upacara siraman adat Jawa, karena sudah sempat disinggung sebelumnya.

Tetapi, agar lebih mengenal makna upacara siraman, kamu juga perlu tahu secara lengkap sesaji siraman yang sudah pasti digunakan, di antaranya yaitu:

  • Wadah air besar yang terbuat dari perunggu atau tembaga
  • Air yang diambil dari sumur bersih
  • Bunga sritaman yang terdiri dari bunga mawar, melati, kenanga dan kantil yang ditaruh di dalam air untuk mandi siraman
  • Konyoh manca warna, atau lulur yang terbuat dari tepung beras dan kencur yang dicampur lima warna, yaitu warna putih, merah, kuning, hijau dan biru
  • Dua buah kelapa yang diikat menjadi satu
  • Sampo tradisional
  • Slemek lungguh atau alas duduk berbentuk tikar pandan ukuran satu meter, kemudian kain mori satu lembar, kain jarik satu lembar, serta beberapa jenis dedaunan
  • Kain jarik atau kain empat warna, kain bango tulak yuyu sekandhang atau kain lurik tenun berwarna coklat ada benang kuning, kemudian kain pulo watu atau kain lurik warna putih dengan garis hitam, dan kain berwarna jingga
  • Kain dua warna, yaitu grompol dan nagasari
  • Satu lembar kain mori
  • Kain batik untuk slemek sebelum menggunakan mori
  • Kendi yang sudah terisi air untuk siraman
  • Sabun dan handuk
  • Sejumlah sesaji siraman yang terdiri dari tumpeng gundhul, tumpeng robyong, dhahar, pisang raja saliran, anyep-anyepan, pisang pulut saliran isi genap, pala kependhem, pala gumantung, pala kesimpar, satu butir telur ayam kampung, empluk-empluk yang diberikan bumbu pawon komplit, gula jawa setangkep, kembang telon, kelapa yang sudah dikupas dari kulitnya, cuplak ajug-ajug, jajanan pasar, jenang dodol, jenang werna pitu, jadah, wajik, kacang cina atau kacang tanah yang direbus dengan kulitnya, dan ayam jago satu ekor.

Rangkaian Upacara Siraman

Rangkaian - Makna Upacara Siraman Adat Jawa

Agar semakin mengenal makna upacara siraman, sepertinya kamu perlu tahu rangkaian upacara siraman yang perlu dilakukan, yang akan dimulai dari:

  • Menyebar bunga sritaman di wadah yang sudah diisi air untuk siraman
  • Setelah itu, masukkan dua buah kelapa yang sudah diikat ke dalam wadah tersebut
  • Calon pengantin yang sudah mengenakan busana siraman, dijemput oleh kedua orang tua dari kamar pengantin dan digandeng menuju tempat siraman
  • Para pinisepuh yang membawa ubarampe (satu lembar jarik grompol, satu lembar nagasari, handuk dan padupan) akan mengiringi dari belakang
  • Setelah semua siap, acara akan dimulai dan diawali dengan doa
  • Kemudian, orang tua khususnya bapak akan mengawali prosesi siraman, dengan menyiram calon pengantin pakai air siraman
  • Setelah bapak, selanjutnya ibu, baru setelah itu para pinisepuh yang sudah diminta dan dipilih untuk turut menjadi pelaku siraman dan memberi berkah
  • Pelaku siraman terakhir yang akan menyirami calon pengantin, yaitu juru rias atau sesepuh yang telah ditunjuk
  • Di akhir siraman, juru rias atau sesepuh akan mengeramasi calon pengantin dengan landha merang, santan kanil dan banyu asem
  • Kemudian dilanjut dengan meluluri tubuh calon pengantin pakai konyoh, dan menyiraminya lagi sampai bersih
  • Setelah selesai, calon pengantin akan memanjatkan doa, sembari juru rias mengucurkan air kendi untuk calon pengantin berkumur sebanyak tiga kali
  • Selanjutnya, juru rias akan mengguyurkan air kendi ke kepala calon pengantin sebanyak tiga kali, dan dilanjutkan membersihkan wajah, telinga, leher, tangan dan kaki sebanyak tiga kali
  • Apabila air kendi sudah habis, juru rias akan memecah kendi tersebut di hadapan kedua orang tua calon pengantin
  • Setelah ritual siraman selesai dilakukan, acara selanjutnya yaitu membawa calon pengantin ke kamar pengantin
  • Dalam perjalanannya, calon pengantin akan digandeng kembali oleh kedua orang tua menuju kamar, untuk mengeringkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk prosesi selanjutnya.

(Baca Juga: Ide Seserahan Lengkap sesuai Bujet)

Nah, sejumlah informasi seputar upacara siraman sudah kamu ketahui secara lengkap di pembahasan sebelumnya.

Bagaimana, dari informasi-informasi di atas, kamu sudah sangat mengenal makna upacara siraman, bukan?

Apabila setelah mengetahui informasi ini, kamu semakin tertarik untuk mencari tahu adat Jawa dan prosesi lainnya, maka kamu bisa membacanya di beberapa artikel, jurnal, bahkan e-book sekalipun.

Dan jika kamu tertarik untuk menggunakan adat Jawa dalam pernikahanmu, maka sebaiknya mulai persiapkan dananya.

Sebab, untuk bisa menikah pakai adat Jawa, kamu perlu melakukan beberapa rangkaian prosesi adat, yang sudah pasti akan memakan biaya cukup besar.

Maka dari itu, mempersiapkan dana sejak saat ini sangat penting. Namun apabila tanggal pernikahan sudah semakin dekat, dan dana yang kamu miliki saat ini masih belum mencukupi, jangan khawatir.

Kamu ajukan saja pinjaman dana tunai melalui CekAja.com. Sebab, CekAja.com memiliki proses pengajuan pinjaman dana yang sangat mudah, cepat dan aman.

Hal itu karena, CekAja.com sudah terdaftar dan diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, ajukan pinjaman dana tunaimu sekarang juga, dan wujudkan pernikahan impian!