Asuransi Kesehatan Kunci Merdeka dari Kekurangan Gizi
4 menit membacaMenyambut Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) yang jatuh pada tanggal 28 Februari nanti, Kementerian Kesehatan bakal mengusung tema Gizi Optimal Untuk Generasi Milenial. Tema itu dipilih untuk menjadikan milenial sebagai generasi yang sadar akan pentingnya gizi baik dan terhindari dari kekurangan gizi.
Maklum, saat ini generasi milenial merupakan generasi terbesar di Indonesia yang masuk dalam usia produktif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, populasi generasi milenial di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 90 juta jiwa.
Angka tersebut bakal bertambah sebanyak 83 juta jiwa di tahun 2020 ini. Melihat besarnya jumlah generasi yang dikenal sebagai insan tech savy itu, tak aneh jika Kementerian Kesehatan memfokuskan program gizi baik pada generasi tersebut.
Apalagi diketahui banyak juga milenial yang memegang peranan penting dalam pemerintahan maupun perusahaan swasta.
Dengan hal tersebut diharapkan program gizi baik dapat ikut digaungkan oleh para milenial di lingkungan sosial maupun pekerjaannya.
(Baca juga: Mengenal Pekerjaan Jurusan Ilmu Gizi, Salah Satu Profesi Paling Mulia)
1. Kekurangan Gizi Masih Menghantui Indonesia
Kekurangan gizi bagi generasi muda merupakan hal yang serius. Pasalnya, yang akan memegang peranan dan yang menjalankan pemerintahan kedepannya adalah mereka-mereka yang saat ini masih berada dalam rentang usia muda atau bahkan balita.
Maju atau tidaknya suatu bangsa di tentukan oleh pemudanya, dan kualitas pemuda ditentukan oleh asupan gizi yang di konsumsi pada saat mereka kecil.
Founding father negeri ini, Presiden Soekarno pernah berkata, “Beri Aku 10 Pemuda, Maka Akan Kuguncang Dunia, .
Hal tersebut sebenarnya sudah bisa memperlihatkan betapa besar peran pemuda kedepannya nanti.
Namun sayang, melansir data Riskesdas, pada tahun 2018 prevalensi kurang gizi di Indonesia masih berada di angka 17,7 persen.
Sementara bagi calon ibu, harus menghadapi masalah tingginya angka anemia yang berada di angka 48,9 persen.
Sementara untuk gizi buruk, angkanya masih berada diatas ambang batas yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Prevalensi gizi buruk di Indonesia pada tahun berada di level 30,8%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pernah menyebutkan pada tahun 2019 angka gizi buruk berada di angka 27,67 persen. Sementara angka yang ditetapkan oleh WHO berada di kisaran 20 persen.
2. 50 persen Balita Masuk Kategori Not Growing Well
Data dari United Nations Children’s Fund (UNICEF) memberikan data yang lebih mengagetkan lagi, dikatakannya di Indonesia terdapat 50-59 persen anak dibawah 5 tahun atau yang dikenal dengan balita (bawah 5 tahun) yang masuk dalam kategori pertumbuhannya tidak baik.
Hal itu dipicu oleh kekurangan gizi, lapar terselubung dan juga kelebihan berat badan. Membincang gizi tidak melulu tentang makan yang cukup dan tidak lapar.
Tetapi lebih dari itu, memberikan gizi yang baik adalah dengan memberikan asupan yang sehat dan seimbang untuk masa depannya kelak.
Pemerintah sendiri sudah memasukkan perihal gizi ke dalam target kinerjanya. Tahun 2024 diharapkan angka gizi buruk atau stunting berada di angka 19 persen.
Untuk itu program gizi sudah dimasukkan ke dalam berbagai program dan kebijakan, seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.
Masuknya persoalan gizi kedalam rencana kerja pemerintah dimaksudkan untuk menekan angka kematian ibu melahirkan dan meningkatkan kualitas hidup keluarga.
3. Strategi turunkan angka gizi buruk
Presiden Joko Widodo mengatakan untuk dapat mencetak sumber daya manusia yang pintar dan berbudi harus didahului oleh SDM yang sehat dan kuat.
Salah satu caranya adalah adalah dengan menurunkan angka gizi buruk anak.
Pemberian literasi gizi merupakan salah satu strategi yang akan dijalankan oleh pemerintah.
Pasalnya masih banyak orang yang belum mengetahui tentang pentingnya asupan gizi seimbang bagi anak.
Untuk itu, Pemerintah melalui Kemenkes sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Dalam peraturan tersebut tertera juga informasi terkait kecukupan zat gizi rata-rata yang direkomendasikan pada setiap orang berdasarkan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas fisik dan indikator lainnya.
Nah di tingkat mikro, angka gizi buruk juga bisa ikut diturunkan melalui peran serta ibu.
Kamu bisa memulainya dengan membuat jadwal makan yang teratur. Mulai dari apa yang dimakan, cemilan apa yang disiapkan dan juga minum minuman yang bergizi baik.
Selain itu, perlu juga diingat bahwa setiap anak merupakan pengikut orang tuanya.
Jadi beri contoh kepada si buah hati dengan memakan makanan yang sehat. Dengan begitu anak juga akan memakan makanan yang sehat, sama seperti kamu.
(Baca juga: Kendalikan Hipertensi Yuk, Biar Ga Kena Serangan Jantung)
4. Perkuat dengan asuransi
Selain tindakan antisipatif, kamu juga perlu melengkapi kesehatan dan kecukupan gizi anak dengan program mitigasi. Pasalnya kekurangan gizi merupakan gerbang awal dari penyakit lain.
Banyak penyakit serius yang masuk akibat kurangnya asupan nutrisi. Jika sudah begitu, sudah tergambar langsung biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati si buah hati.
Oleh karena itu, pemilihan produk asuransi yang tepat juga menjadi kunci kelangsungan hidup sehat anak.
Karena dengan begitu, kesehatan anak sudah ada yang menjami, selain itu kamu juga bisa menjadi lebih tenang dalam menyiapkan alokasi dana.
Nah untuk dapat menentukan produk mana yang paling cocok, kamu harus tahu betul apa yang dibutuhkan.
Jangan sampai demi premi murah, kamu malah tidak bisa mendapatkan manfaat dari produknya. Sesuaikan dengan kebutuhan dan kalau bisa pilihlah perlindungan yang lengkap.
Dengan asuransi kesehatan juga kamu bisa mendapatkan manfaat saat melakukan rawat jalan, rawat inap dan dan juga jenis perawatan lain yang dibutuhkan. Jadi kamu bisa melakukan penghematan yang banyak.
Pun jika ada kelebihan dana bisa kamu alokasikan ke instrument investasi agar bisa menambah penghasilan kamu. Jangan sampai salah pilih, temukan ragam produk asuransi yang sesuai di CekAja.com.